Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
E. Tanda Bukti Tuntutan Ganti Kerugian
Di dalam perjanjian pengangkutan ada 2 dua pihak masing-masing yang mempunyai hak dan kewajiban. Mereka itu adalah pengangkut atau pengirim
barang. Dalam hal barang yang dapat disamakan itu akan mengirim barang dengan menggunakan sarana angkutan laut, maka berhak untuk meminta kepada
pengangkut agar kepadanya diterbitkan dokumen pengangkutan yang dikenal dengan nama konosemen Bill of Lading. Seperti yang telah diketahui bahwa Bill
of Lading itu ada yang transfarabel yang menjadi objek transaksi, sehingga karenanya Bill of Lading tersebut dapat diperalihkan dengan cara endosemen dan
penyerahan suratnya.Bill of Lading ini merupakan dokumen yang sangat penting di dalam pengangkutan di laut apabila yang diangkut itu adalah barang. Hal ini
diatur di dalam Pasal 506 KUHD, yang dalam hal ini memberikan pengertian bahwa konosemen adalah bukti bahwa pengangkut telah menerima barang-barang
tertentu untuk diangkutnya ke suatu tempat yang ditunjuk dan di sana menyerahkannya kepada orang yang ditunjukknya
34
34
Ibid, hal. 154.
. Di dalam praktik apabila barang-barang yang akan diangkut itu telah
dalam keadaan dan kondisi yang baik pada saat diterima, maka di dalam Bill of Lading itu dijelaskan tentang keadaan dan kondisi barang tersebut sebenarnya
received for shipment in apparent good order and condition. Apabila di dalam Bill of Lading tersebut tidak disebutkan keadaan dan kondisi barang, maka Bill of
Lading demikian itu disebut Bill of Lading yang bersih schoon cognessement- clean Bill of Lading.
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
Seperti telah diketahui sehubungan dengan masalah Bill of Lading ini, maka keadaan Negara Indonesia dalam penyelenggaraan pengangkutan di laut
harus pula menyesuaikan diri sehubungan dengan meningkatnya frekuensi pengangkutan dari dan keluar negeri. Negara Indonesia yang ingin menempatkan
diri sebagai negara yang mempunyai potensi yang besar dalam dunia perniagaan, mau tidak mau juga harus mengikuti pengangkut di laut dengan segala aspeknya.
Sampai saat ini perusahaan-perusahaan pelayaran di Indonesia hanya menyelenggarakan pelayaran dalam negeri, antar pelabuhan di dalam negeri-
antar pulau, di dalam penerbitan Bill of Lading masih lazim menggunakan ketentuan-ketentuan seperti yang terdapat di dalam Buku II KUHD, tetapi dalam
hal pengangkutan atau pelayaran lanjutan ke luar negeri maka Bill of Lading yang digunakan adalah Bill of Lading internasional, antara lain mengenai ketentuan
ganti rugi atau kehilangan dan kerusakan barang, sedangkan perusahaan pelayaran Indonesia yang menyelenggarakan pelayaran internasional menggunakan Bill of
Lading internasional yang pada hakikatnya berisi ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum di dalam The Hague Rules mengenai tanda bukti perjanjian
pengangkutan Sejalan dengan hal-hal yang telah diperjanjikan di dalam Bill of Lading,
setiap Perusahaan Pelayaran berusaha sebaik-baiknya untuk dapat menyerahkan barang cargo sesuai dengan jumlah keadaan yang tercantum pada surat
pengangkutan Bill of Lading. Walaupun dalam praktik tidak mungkin barang- barang selalu dapat diterimakan kepada penerima barang tanpa kerusakan atau
kekurangan apapun. Kekurangan atau kerusakan dapat saja terjadi di pelabuhan
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
muat, di atas kapal, di gudang setelah pembongkaran dari kapal ke pelabuhan tujuan.
35
Selanjutnya penerima barang setelah menerima EBCCB dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada perusahan pelayaran atau agennya di
pelabuhan tujuan dengan melampirkan dokumen-dokumen tuntutan ganti rugi, yaitu :
. Terlepas dari persoalan apakah kekurangan atau kerusakan terjadi di
pelabuhan muat, di atas kapal, atau di gudang, setiap penerima barang berhak mendapat surat keterangan dari Perusahaan Pelayaran, jika pada waktu
penerimaan atau penyerahan dari gudang Perusahaan Pelayaran ternyata terdapat kekurangan atau kerusakan.
Surat keterangan yang biasa dikeluarkan oleh Perusahaan Pelayaran biasanya adalah :
1. Bukti kekurangan Non Delevery Certificate, yang dalam praktek disebut E.B. Except Bewijs, yaitu bukti kekurangan jumlah koli yang tidak
diserahkan. 2. Bukti pemeriksaan Survey Report, yang dalam praktek disebut CCB Claim
Constatering Bewijs, yaitu untuk kehilangan isi pada sejumlah koli yang rusak.
36
b. Copy Bill of Lading, untuk memudahkan Perusahaan Pelayaran memeriksa apakah barangnya dimuat di atas dek atau tidak serta catatan-catatan lain,
a. Except Bewijs EBClaim Constatering Bewijs CCB, sebagai bukti barangnya memang hilangrusak.
35
Ibid, hal. 66-67.
36
Ibid,
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
karena Bill of Lading merupakan kontrak pengangkutan antara Perusahaan Pelayaran dengan eksportirimporter.
c. Faktur invoice, yaitu untuk memeriksa apakah jumlah tuntutannya sesuai dengan harga faktur tersebut.
d. Packing list, yaitu untuk mengetahui lebih mendalam tentang perincian barang, ukuran, isi, harga dan lain-lain yang tidak tercantum di dalam faktur.
e. Polis asuransi insurance policy sebagai pelengkap atas pembayaran suatu klaim jika barangnya diasuransikan.
Perusahaan pelayaran yang bergerak dalam bidang pengangkutan barang, selama menjalankan kegiatan usahanya juga tidak terlepas dari risiko kesusutan
barang, kekurangan barang, kerusakan barang dan keterlambatan sampainya barang yang diangkutnya.
Dasar untuk menetapkan jumlah ganti rugi yang harus dibayar oleh perusahaan pelayaran kepada penuntut claimant, biasanya didasarkan pada
harga yang tercantum dalam Bill of Lading atau factor CF atau CIF. Combined Transport Bill of Lading Maersk-Tabacalera Shipping –Agency
Filipinas Inc, Pasal 5 berbunyi sebagai berikut : “When the carrier is liable for compensation in respect of loss of or damage to
the goods, such compensation shall be calculated by reference to the invoice value of the goods plus freight and insurance if paid”.
Penuntut dapat menuntut lebih dari jumlah yang tercantum dalam faktur, apabila perusahaan pelayaran diberitahu tentang barang berharga itu sebelum
barang dikapalkan, dan harga barang tersebut harus tercantum dalam Bill of Lading. Tetapi jika sifat dan nilai barang dengan sengaja salah disebutkan oleh
pengirim barang dalam Bill of Lading, maka perusahaan pelayaran tidak akan memberi ganti kerugian kepada penuntut sesuai The Hague Rules 1924, pasal 5.
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
Jika pertama penerima barang mengajukan tuntutannya kepada perusahaan asuransi dan kemudian tuntutannya dibayar, maka sesuai hukum yang berlaku
dalam dunia perdagangan, perusahaan asuransi berhak mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga perusahaan pelayaran. Hak itu disebut hak subrogasi dan
perusahaan asuransi sendiri, setelah mendapatkan hak tersebut, disebut Subrogator.
Selain dokumen-dokumen yang telah disebutkan di atas yang pada dasarnya merupakan dokumen-dokumen yang sifatnya sebagai laporan, maka
dokumen lain yang erat kaitannya untuk menentukan ganti kerugian, adalah :
37
37
Ibid.
1. Affidavit Ada kemungkinan suatu kerusakan timbul karena kesalahan atas kelalaian
Stevedore, yang dalam hal ini biasanya disebut dengan Perusahaan Bongkar Muat PBM. Dalam praktek Stevedore seringkali melakukan kesalahan atau kelalaian.
Dalam hal ini pihak kapal harus mendapatkan pengakuan secepatnya secara tertulis dari pihak Stevedore mengenai kesalahan dan kelalaian ini. Laporan
biasanya dibuat setelah diadakan survei bersama. Laporan pengakuan itu ditandatangani oleh pihak kapal mualim atau Ship’s Officer dan Stevedore.
Dalam hal ini Stevedorelah yang bertanggung jawab atas kerusakan ini. 2. Log Entry
Log Entry dapat diartikan sebagai buku catatan segala kejadian yang dialami oleh kapal baik selama pelayaran maupun ketika berada di pelabuhan.
Untuk pertanggungjawaban kehilangan yang diakibatkan oleh pencurian, maka oleh nakhoda kapal dicantumkan dalam Log Book segala kejadian, usaha untuk
menghindari pencurian, serta spesifikasi kerusakan atau kehilangan. Log Book kemudian dibawa ke konsulat atau kedutaan yang bersangkutan untuk
dilegalisasi sesuai dengan hukum yang berlaku.
Lazimnya dalam penyelesaian tuntutan yang disebut Log Entry adalah salinan catatan Log Book yang dibubuhi materai dan turut ditandatangani oleh
kedutaan atau konsulat.
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
Biasanya Log Entry dimaksudkan untuk menyatakan suatu pencurian atau kerusakan yang tidak dapat dihindarkan dan pembuat menyatakan tidak dapat
bertanggung jawab atas segala kehilangan yang diakibatkan oleh kejadian itu. Namun demikian, kekuatan Log Entry terhadap pertanggungjawaban itu
bergantung pula kepada redaksi Log Book itu sendiri. 3. Note of Protest
Note of Protest yang juga disebut Sea Protest biasanya dibuat setelah sebuah kapal mengalami cuaca buruk dalam pelayaran. Nakhoda kapal yang
khawatir akan kerusakan yang diakibatkan oleh cuaca buruk itu menghadap syahbandar pelabuhan pertama setelah mengalami cuasa buruk tadi. Selanjutnya
diserahkan Log Book dan diberikan keterangan yang dialaminya serta menyatakan tidak dapat bertanggung jawab atas segala kerusakan yang diakibatkan cuaca
buruk tadi.
Kemudian syahbandar membuat suatu Statement of Sea Protest yang ditandatangani oleh syahbandar, dimana dokumen ini dibuat setelah mendengar
dan membenarkan keterangan nakhoda itu. 4. Letter of Indemnity
Dokumen ini dibuat oleh pengirim shipper untuk barang-barang yang rusak atau dalam keadaan kurang sempurna packingnya, yang sebelumnya
diserahkan kepada perusahaan pelayaran, jika shipper menghendaki Clean Bill of Lading konosemen bersih, tanpa celaan.
Dengan adanya Letter of Indemnity itu maka pengirim tetap bertanggung jawab atas segala kerusakan danatau kehilangan yang timbul di kemudian hari.
5. Prauwbrief Loslijst Dalam hal kapal tidak dapat bersandar di dermaga karena penuh dengan
kapal atau karena pelabuhan tidak mungkin disandari kapal, maka pembongkaran dilaksanakan melalui tongkang. Pembongkaran muatan melalui perahu dalam
bahasa asing disebut prauw lossing. Semua muatan yang dibongkar ke dalam tongkang dicatat dalam daftar yang disebut dengan Prauwbrief Loslijst.
Prauwbrief Loslijst ini harus dipegang oleh juragan perahu dan daftar ini merupakan dokumen pelindung dari kapal ke darat.
6. Survey Report pihak ketiga
Terlepas dari Survey Report biasa, maka perusahaan pelayaran dapat menunjuk surveyor pihak ketiga untuk melaksanakan pemeriksaan atas barang-
barang yang diangkut dengan kapal perusahaan pelayaran tersebut. Hasil pemeriksaan yang dituangkan dalam Survey Report atau Certificate
of Inspection dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tanggung jawab dalam penyelesaian tuntutan ganti rugi.
7. Berita Acara Proses Verbal
Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Freight Forwarder Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan,
2008. USU Repository © 2009
Jika pemuatan yang di gudang mengalami pencurian, pihak gudang hendaknya membuat laporan tentang hal ini. Laporan ini disebut Berita Acara
tentang Pencurian. Agar Berita Acara ini mempunyai kekuatan hukum, hendaknya Berita Acara semacam itu diketahui oleh pihak kepolisian setempat.
8. Equipment Interchange Receipt EIR
EIR dalam praktik lazim disebut Containter Inspection Report Laporan Pemeriksaan Kontainer. Disebut demikian karena laporan pemeriksaan ini
menjelaskan kerusakan kontainer yang diperiksa. Dokumen ini penting untuk menetapkan tanggung jawab terhadap kontainer yang mengandung catatan celaan
defect.
Catatan celaan tersebut dapat berupa kontainer itu penyok dented, berlubang holed, berminyak oiled robek ripped dan sebagainya harus ditulis
secara jelas berikut letak defect pada tiap kontainer. Selanjutnya EIR harus ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak yang menyerahkan dan pihak
yang menerima kontainer.
F. Proses Penyelesaian Tuntutan Ganti Kerugian