24
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
Ke dalam tiap liter aquades yang digunakan ditambahkan 1 mL larutan FeCl
3
, 1 mL larutan CaCl
2
, 1 mL larutan MgSO
4
dan 1 mL larutan Buffer Posfat. Setelah itu diaerasi dengan udara dari pompa udara selama 12 jam kemudian
ditambahkan 1 mL benih organisme.
3.3.6. Pengumpulan Data 3.3.6.1. Pembuatan sampel
1. Terlebih dahulu sampel air limbah di goyang-goyang agar senyawa-senyawa
yang terdapat dalam air limbah tersebut larut semua. 2.
Ke dalam gelas beaker dimasukkan air limbah sebanyak 1 L kemudian diinkubasi selama 1 hari.
3. Sampel tersebut langsung dianalisa nilai COD dan BOD sebagai nilai awal.
4. Kemudian ditambahkan koagulan polialuminium klorida sebanyak 50 mg,
diatur pH optimium dan di aduk selama 1 menit dengan kecepatan pengadukan 100 rpm lalu di saring.
5. Hasil ini dipergunakan untuk pengukuran nilai COD dan BOD
6. Hal yang sama juga ditambahkan koagulan Polialuminium klorida 100 mg dan
150 mg. 7.
Ulangi percobaan di atas dengan penambahan koagulan tawas. 8.
Percobaan diulangi sebanyak tiga kali.
3.3.6.2. Penetapan nilai kebutuhan oksigen kimia COD
1. Di pipet sebanyak 20 mL sampel air limbah ke dalam erlenmeyer refluks 500 mL
2. Dimasukkan 5 atau 6 batu didih yang terlebih dahulu dibersihkan ke dalam
erlenmeyer tersebut. 3.
Ditambahkan larutan K
2
Cr
2
O
7
0,25 N sebanyak 10 mL. 4.
Ditambahkan 30 mL reagen asam sulfat-perak sulfat ke dalam erlenmeyer refluks melalui batang pengaduk dan di aduk dengan pelan dan hati-hati
sampai homogen. 5.
Erlenmeyer refluks dihubungkan dengan alat kondensor dan di refluks ± 2 jam.
25
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
6. Dibiarkan erlenmeyer dingin dahulu, di bilas dengan air suling sebanyak 25
mL. 7.
Dilepaskan erlenmeyer refluks dari kondensor, didinginkan dan diencerkan menjadi 2 kali volume awal.
8. Dit ambah 3 tetes indikator fero 1,10 phenantroline feroin
9. Di titrasi dengan larutan FeNH
4 2
SO
4 2
0,1 N hingga warna hijau-biru berubah menjadi coklat-merah, di catat volume FeNH
4 2
SO
4 2
0,1 N yang terpakai.
10. Untuk blanko dikerjakan dari no. 1-9 dengan menambahkan 20 mL aquades
sebagai pengganti sampel.
3.3.6.3. Penetapan nilai kebutuhan oksigen biologi BOD
1. Sebelum analisa di mulai, sampel perlu diencerkan dan pengenceran itu
tergantung dari keadaan larutan sampel 2.
Larutan sampel yang sudah diencerkan dengan air pengencer dimasukkan ke dalam botol winkler 125 mL dan di isi penuh
3. Selanjutnya di tambah 1 mL MnSO
4
di bawah permukaan cairan, 1 mL larutan
alkali-iodida-azida. Botol di tutup rapat untuk mecegah masuknya udara dari luar, kemudian di homogenkan dengan membolak-balik botol beberapa kali.
4. Dibiarkan gumpalan mengendap selama ±10 menit, kemudian ditambahkan 1
mL H
2
SO
4 p.
5. Selanjutnya botol di tutup dan di homogenkan dengan cara membolak-bolik
hingga endapan larut semua. 6.
Segera dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,025 N sampai warna kuning pucat 7.
Di tambah 3 tetes indikator amilum dan dititrasi kembali dengan Na
2
S
2
O
3
0,025 N sampai warna biru hilang pertama kali. Catat volume Na
2
S
2
O
3
0,025 N yang terpakai.
8. Untuk BOD
5 20
dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 hari20
o
C dan dianalisa dengan prosedur yang sama.
9. Untuk blanko botol BOD di isi penuh dengan air pengencer dan dianalisa
dengan prosedur yang sama.
26
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
3.4. Pengolahan dan Analisa Data