45
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
Dari hasil analisis variansi faktorial model tetap menunjukkan bahwa adanya interaksi antara jenis dan berat koagulan yang digunakan terhadap
penurunan nilai COD dan BOD setelah proses koagulasi. Dari hasil analisis regresi dan korelasi diperoleh pengaruh yang nyata terhadap kedua variabel
tersebut. Data yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 21 dan 22.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hipotesa - 1
Dari hipotesa – 1 diperoleh harga F
hitung
lebih besar dari F
tabel
, maka H
1 1
di terima dan H
o 1
di tolak, yang berarti ada pengaruh jenis koagulan yang digunakan terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
Dalam hal ini jenis koagulan yang paling banyak menurunkan nilai COD adalah polialuminium klorida kemudian tawas tabel 4. Sedangkan jenis koagulan yang
paling banyak menurunkan nilai BOD adalah koagulan tawas, kemudian polialuminium klorida tabel 10.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada permukaan air limbah mempunyai muatan listrik yang sejenis yang menyebabkan keadaan stabil di mana muatan di
antara partikelnya saling tolak menolak, sehingga tidak dapat membentuk partikel yang lebih besar. Yang mana molekul-molekul air akan tertarik oleh permukaan
partikel zat padat koloid dan berfungsi sebagai penghalang untuk terjadinya kontak dengan partikel koloid lainnya. Sistem koloid ini mempunyai kestabilan
tertentu selama tidak terganggu oleh adanya elektrolit lain. Jenis koagulan yang digunakan yaitu polialuminium klorida dan tawas,
mempunyai sifat polielektrolit yang berasal dari garam aluminium. Koagulan ini
46
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
mempunyai muatan yang berlawanan dengan sistem koloid di mana muatannya positip terhadap sistem koloid pada air limbah yang mempunyai muatan negatip.
Dengan penambahan koagulan ini maka ion-ion yang mengelilingi permukaan tersebut akan menarik ion-ion yang berlawanan muatannya dari dalam larutan
sehingga sebagian partikel akan terimbangi dan terbentuk ion-ion polimer yang dapat terserap oleh partikel-partikel, yang berarti bahwa koloid akan terselubungi
oleh koagulan. Muatan partikel koloid dan hasil hidrolisa akan saling menetralkan sehingga muatan dari partikel-partikel koloid akan terjaring ke dalam gumpalan
membentuk molekul yang lebih besar. Dengan adanya ion Al
3+
di dalam larutan, maka akan bereaksi dengan ion OH
-
yang berasal dari ionisasi air atau alkalinitas air sehingga akan mengendap membentuk flok aluminium hidroksida dan juga
akibat adanya gaya gravitasi.
4.2.2. Hipotesa - 2