6
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Teoretik
1. Morfem Akar dan Morfem Nonakar
1 Morfem Akar
Morfem akar adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Morfem akar dibagi menjadi dua bentuk, yaitu morfem akar bentuk lengkap
dan morfem akar bentuk gabungan. Morfem akar bentuk lengkap adalah kata yang memiliki satu kata yang tidak bisa dipisah-pisah. Misalnya, set, drop,
drag, dan burn. Morfem akar bentuk gabungan adalah satu kata yang memiliki dua kar atau lebih. Misalnya, upload, download, back-up, dan nonaktif.
Pembahasan mengenai morfem akar bentuk lengkap dan bentuk gabungan tidak bisa terlepas dengan silabel atau suku kata untuk mengetahui
unsur kata yang membentuknya. Setiap bahasa mempunyai ciri khas dalam fonotatik, yakni dalam merangkai fonem untuk membentuk satuan fonologis
yang lebih besar, misalnya suku kata. Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus
ujaran.
1
Senada dengan yang diungkapkan oleh Hasan Alwi, dkk. menyatakan suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan
umumnya terdiri atas beberapa fonem.
2
Dari penjelasan tersebut, silabel atau suku kata adalah unsur ritmis yang merupakan unsur pembangun kata terdiri
atas beberapa fonem, yang terdapat dalam satu hembusan nafas. Contoh, ins- tall memiliki dua suku kata, drop memiliki satu suku kata, dan lain
sebagainya. Pada bagian pembahasan peneliti mengelompokkan beberapa pola struktur morfem akar dari istilah TI.
1
Abdul Chaer, Fonologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 57.
2
Hasan Alwi,dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke3, 2003, h. 55.
2 Morfem Nonakar
Morfem nonakar adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki makna setelah bergabung dengan morfem lain. Morfem nonakar
dalam bahasa Indonesia, yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Morfem non akar yang bergabung dengan morfem mengalami proses morfologis, akibat
proses morfologis afiksasi tersebut adalam proses morfofonemik. Pembahasan pada penelitian ini hanya akan dibicarakan mengenai empat
prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang mengalami proses morfofonemik dengan istilah TI dalam tujuh buku bidang TI. Pembahasan selanjutnya pada bab VI
mengenai hasil penelitian dan pembahasan.
2. Pengertian Morfofonemik
Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata polimorfemis. Kata polimorfemis merupakan kata yang minimal terdiri dari dua morfem, yaitu
morfem terikat antara lain: {me-}, {ter-}, {di-}, {pe-}, {ber-}, {ke-}, {-an}, {ke- an}, {-em}. Morfem bebas antara lain: {tulis}, {pindah}, {jadi}, {makan},
{maju}, dan lain sebagainya. Morfem terikat jumlahnya lebih sedikit dan sifatnya terikat dengan morfem bebas. Oleh karena itu, morfem tersebut dapat
berkolaborasi melalui beberapa cara, salah satunya adalah afiksasi. Afiksasi adalah proses penggabungan antara morfem bebas dan morfem terikat. Proses ini
bisa meliputi proses prefiksasi, sufiksasi, infiksasi, dan konfiksasi. Secara
berurutan contohnya adalah meneliti, usulan, temali, dan kecerdasan.
Proses morfologis yang terjadi melalui afiksasi atau penggabungan morfem bebas dan morfem terikat menimbulkan proses morfofonemik. Menurut Muslich
morfofonemik adalah perubahan fonem akibat proses pembubuhan afiks.
3
Selain pengertian tersebut, Ramlan juga memberikan pengertian bahwa morfofonemik
adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk
3
Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 41.