Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

2 Morfem Nonakar Morfem nonakar adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki makna setelah bergabung dengan morfem lain. Morfem nonakar dalam bahasa Indonesia, yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Morfem non akar yang bergabung dengan morfem mengalami proses morfologis, akibat proses morfologis afiksasi tersebut adalam proses morfofonemik. Pembahasan pada penelitian ini hanya akan dibicarakan mengenai empat prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang mengalami proses morfofonemik dengan istilah TI dalam tujuh buku bidang TI. Pembahasan selanjutnya pada bab VI mengenai hasil penelitian dan pembahasan.

2. Pengertian Morfofonemik

Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata polimorfemis. Kata polimorfemis merupakan kata yang minimal terdiri dari dua morfem, yaitu morfem terikat antara lain: {me-}, {ter-}, {di-}, {pe-}, {ber-}, {ke-}, {-an}, {ke- an}, {-em}. Morfem bebas antara lain: {tulis}, {pindah}, {jadi}, {makan}, {maju}, dan lain sebagainya. Morfem terikat jumlahnya lebih sedikit dan sifatnya terikat dengan morfem bebas. Oleh karena itu, morfem tersebut dapat berkolaborasi melalui beberapa cara, salah satunya adalah afiksasi. Afiksasi adalah proses penggabungan antara morfem bebas dan morfem terikat. Proses ini bisa meliputi proses prefiksasi, sufiksasi, infiksasi, dan konfiksasi. Secara berurutan contohnya adalah meneliti, usulan, temali, dan kecerdasan. Proses morfologis yang terjadi melalui afiksasi atau penggabungan morfem bebas dan morfem terikat menimbulkan proses morfofonemik. Menurut Muslich morfofonemik adalah perubahan fonem akibat proses pembubuhan afiks. 3 Selain pengertian tersebut, Ramlan juga memberikan pengertian bahwa morfofonemik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk 3 Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 41. dasarnya. 4 Dan Chaer berpendapat morfofonemik disebut juga morfonologi atau morfofonologi adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem akibat dari adanya proses morfologi. 5 Ketiga pendapat tersebut menyebutkan bahwa morfofonemik adalah gejala dalam afiksasi yang mengalami perubahan bunyi atau perubahan morfem. Penelitian ini akan membahas mengenai afikasi yang berfokus pada gejala proses morfofonemik sebagai salah satu proses morfologis pembentukan kata. Morfofonemik merupakan subsistem yang dibentuk dari dua sistem yang berbeda tetapi memiliki keterkaitan dan hubungan dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Pengertian mengenai morofofonemik dan prosesnya banyak diungkapkan para ahli, di bawah ini akan dipaparkan mengenai pengertian morfofonemik, proses morfofonemik, jenis perubahan, dan proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter, dan di- menurut para ahli linguistik. Jos Daniel, kata morfofonemik menunjukan adanya hubungan antara morfem dan fonem. 6 Hal yang sama diungkapkan oleh Kridalaksana, morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. 7 Selanjutnya Zainal dan Junaiyah, morfofonemik berkaitan dengan perubahan fonem akibat pertemuan antara morfem yang satu dan morfem lainnya. 8 Dari ketiga pengertian tersebut morfofonemik merupakan sistem yang berkaitan dengan morfologi dan fonologi. Keterkaitan tersebut dapat mengalami perubahan pada pembentukan kata. Kemudian Ramlan mendefinisikan, “morfofonemik sebagai perubahan- perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem yang satu dengan morfem yang lain ”. 9 Selanjutnya, Chaer mengungkapkan morfofonemik disebut 4 Ramlan, Morfologi:Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogyakarta:CV. Karyono, Cetakan ke-13, 2009, h.51. 5 Abdul Chaer. Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 43. 6 Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, h. 40. 7 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke5, 2009, h. 183 8 Zainal Arifin dan Junaiyah, Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi, Jakarta: Grasindo, Edisi Kedua, 2009, h. 125. 9 Ramlan, Morfologi:Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogyakarta:CV. Karyono, Cetakan ke- 13, 2009, h.83. juga morfonologi atau morfofonologi adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. 10 Morfofonemik dipahami sebagai gejala yang terjadi akibat proses morfologis antara morfem yang satu dengan morfem yang lain. Gejala yang terjadi adalah perubahan bunyi atau fonem. Mansoer Pateda menggunakan kata morfofonologi, morfofonologi sebagai istilah dalam linguistik untuk pertama kali diungkapkan oleh N. Trubetzkoy dalam karangannya yang berjudul: “Sur Ia Morphophonologie” yang dipublikasikan lewat majalah TCPL Travaux Un Cercle Linguistique de Proque pada tahun 1929. Morfofonologi diartikan oleh Mansoer Pateda adalah terjadinya perubahan fonem kalau morfem-morfem itu saling melekat yang menghasilkan kata dan terjadi pula perubahan fonem karena kata yang satu diikuti oleh kata yang lain, yang menghasilkan kelompok kata. 11 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa morfofonemik adalah subsistem dalam linguistik yang mengkaji pembentukan kata morfologi yang dapat dijelaskan atau berkaitaan dengan fonologi karena adanya perubahan-perubahan fonem di dalamnya. Jadi, dalam meneliti proses morfofonemik harus menggunakan dasar pemikiran fonologi yang dibarengi dengan morfologi.

3. Proses Morfofonemik

Kridalaksana berpendapat bahwa, proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar morfem dengan realisasi afiks morfem, baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks. 12 Hal yang senada diungkapkan Hasan Alwi, dkk. proses perubahan bentuk yang disyaratkan oleh jenis fonem atau morfem yang 10 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 43. 11 Mansoer Pateda, Linguistik Sebuah Pengantar, Bandung:Angkasa, 1999, h. 83-84. 12 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia,Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke5, 2009, h. 183.