Jenis Perubahan Deskripsi Teoretik

c. Penambahan fonem nasal ng terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan g, h, kh, a, l, u, e, dan o. Contoh: me + goda menggoda. Penambahan fonem nasal nge terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu kata. Misalnya: me + bom mengebom; d. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng, konsonan p diluluhkan dengan nasal m, dan konsonan t diluluhkan dengan nasal n. Perhatikan contoh: me + sikat menyikat. 2 Prefiksasi ber- Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa a pelepasan fonem r pada prefiks ber- itu; b perubahan fonem rpada prefiks ber- itu menjadi fonem l; dan c pengekalan fonem r yang terdapat prefiks ber- itu. a. Pelepasan fonem r pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem r, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Misalnya, ber + renang berenang; b. Perubahan fonem r pada prefiks ber- menjadi fonem l terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar; tidak ada contoh lain. Misalnya, ber + ajar belajar; c. Pengekalan fonem r pada prefiks ber- tetap r terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di atas. Misalmya, ber + obat berobat. 3 Prefiksasi ter- Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa: a pelepasan fonem r dari prefiks ter- itu; b perubahan fonem r dari prefiks ter- itu menjadi fonem l; dan c pengekalan fonem r itu. a. Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r. Misalnya, ter + rasa terasa; b. Pengekalan fonem r pada prefiks ter- tetap menjadi r apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas. Contoh: ter + dengar terdengar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan secara keseluruhan jenis perubahan pada prefiks me- dan ber- memiliki tiga jenis perubahan tetapi ada satu jenis perubahan yang berbeda. Prefiks me- mengalami tiga jenis perubahan, yaitu 1 pelepasan fonem, 2 pengekalan fonem, dan 3 perubahan fonem. Prefiks ber- mengalami tiga jenis perubahan, yaitu 1 pengekalan fonem, 2 perubahan fonem, dan 3 penambahan fonem. Prefiks ter- mengalami tiga jenis perubahan, yaitu 1 pelepasan fonem, 2 pengekalan fonem. Jenis perubahan yang banyak dialami dalam proses morfofonemik prefiks ini hanya empat. Jenis perubahan pergeseran fonem biasanya dialami dalam proses morfofonemik sufiks dan konfiks. 2 Muhadjir 17 Muhadjir menjelaskan kaidah proses morfofonemik dan alomorf yang digunakan pada bentuk dasar yang mengikutinya pada prefiks me-, ber-, ter-, dan di- khusunya pada bahasa Betawi, berikut penjelasannya. 1 PREFIKS {mƏ N-} 18 Prefiks {mƏ N-} memiliki lima buah alomorf, yaitu mƏ,mƏm, mƏn, mƏň-,dan mƏŋ-. Muhadjir membagi menjadi dua kelompok 1 alomorf mƏ dan 2 alomorf mƏ{N}-, Alomorf mƏ{N}- merangkum keempat alomorf selain mƏ-. Alomorf mƏ- dipakai di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan konsonan r,l,w,y, dan nasal; sedang mƏ{N}- dipakai di depan bentuk dasar lainnya. Pemilihan nasal pada alomorf mƏ{N}- bergantung kepada fonem awal 17 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 50-56. 18 Penulisan morfem terikat {mƏ N-} oleh Muhadjir digunakan {mƏ N-} yang berbeda dengan Abdul Chaer {me-}. bentuk dasar. Di depan bentuk dasar yang mulai dengan b dan p dipakai alomorf mƏm-; di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan d dan t dipergunakan alomorf mƏn-; di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf mƏň-; sedang di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g,k, dan di depan vokal dipakai alomorf mƏŋ-. Contoh: {lawat} + {mƏ N-} →mƏlawat „melewat‟ Seperti juga prefiks {N-}, nasal pada alomorf m ₔ {N}- pada bentuk dasar yang mulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b,d,j,g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung diimbuhkan kepada bentuk dasar. Tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara p,t,c, dan k, nasal pada alomorf mƏ{N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar. 2 PREFIKS {bƏ r-} 19 Prefiks {bƏ r-} memiliki enam buah alomorf. Keenam alomorf itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 1 lomorf bƏ- dan b-, serta 2 alomorf bƏr-,br-,bƏᴖ -, dan bl-. Kedua kelompok alomorf itu saling melengkapi. Kelompok pertama dipakai di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan konsonan; sedangkan kelompok kedua dipakai di depan semua bentuk yang mulai dengan vokal. Alomorf bl- bersifat istimewa, kemunculannya tidak dapat diramalkan. Berikut distribusi alomorf prefiks {bƏ r-} yang memiliki lima alomorf, beserta contohnya. a Alomorf bƏ- di pakai di depan semua konsonan, kecuali l dan r , seperti: {bisik} + {bƏ-} → bƏbisik‟berbisik‟; b Alomrf b- muncul di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan l dan r, seperti: laga ᴖ }+{bƏr-} →lagaᴖ ‟berlagak‟. Tetapi alomorf ini juga dapat beralternasi dengan alomorf bƏ-. Kedua contoh tersebut dapat juga berbentuk bƏlagaᴖ dan bƏrasƐ . Dalam ejaan yang dipakai dalam tulisan ini dipa kai varian kedua: alomorf bƏ-; 19 Penulisan morfem terikat {bƏ r-}oleh Muhadjir digunakan {bƏ r-} yang berbeda dengan Abdul Chaer {ber-}. c Alomorf bƏr- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, seperti: alaŋan}+{bƏr-} →bƏralaŋan vokal, seperti: alaŋan}+{bƏr-} →bƏralaŋan‟berhalangan‟berhalangan‟; d Alomorf bƏᴖ - terutama dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan vokal yang ditutup oleh konsonan, seperti: { arti}+{bƏr-} →bƏᴖ arti‟berarti‟. Tetapi kebebasan untuk bervariasi antara alomorf bƏ- dan bƏᴖ - itu juga dimungkinkan. Bentuk dasar seperti {abaŋ}‟kakak laki-laki‟ bisa mengambil bentuk bƏabaŋ maupun bƏabaŋ; sebaliknya, bentuk dasar {untuŋ} selalu mengambil bentuk bƏruntuŋ‟beruntung‟. Ejaan yang akan dipilih dalam tulisan ini bentuk alomorf bƏ- dan bukan bƏᴖ -. e Alomorf bl-, sepanjang data yang ada, hanya dipakai dalam satu kasus saja, yaitu pada bentuk dasar {ajar}: {ajar}+{bƏr-} →blajar‟belajar‟ Jadi, alomorf ini bersifat istimewa, yang terjadi tanpa dapat diramalkan lingkungan fonologisnya. Dalam lingkungan yang sama, seperti pada {akar}‟akar‟ misalnya, tidak menjadi xbakar, melainkan bƏrakar, sekalipun lingkungan fonologisnya presis sama dengan {ajar}. 3 PREFIKS {tƏr-} 20 Prefiks {tƏr-} mempunyai dua alomorf yang berdistribusi komplementer, yaitu alomorf tƏr- dan tƏ-. Berikut distribusi alomorf prefiks {tƏr-} yang memiliki dua alomorf, beserta contohnya. a Alomorf tƏr- dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan vokal, seperti:{ikƏt}+ {tƏr-}→ tƏrikƏt‟terikat‟; Selain itu, alomorf tƏr- juga muncul di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan h, seperti:{hin Ɛ }+ {tƏr-}→tƏrhinƐ ‟terhina‟; 20 Penulisan morfem terikat {tƏ r-} oleh Muhadjir digunakan {tƏ r-} yang berbeda dengan Abdul Chaer {ter-}. b Alomorf tƏ- dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan, kecuali h, seperti:{buka}+ {tƏr-}→tƏbuka‟terbuka‟ 4 PREFIKS {di-} Prefiks {di-} hanya mempunyai satu bentuk morf. Artinya, prefiks {di-} hanya memiliki satu bentuk dalam berdistribusi dengan konsonan dan vokal. 3 Arti Imbuhan Menurut Masnur Muslich 21 Pembentukan kata dengan afiksasi menimbulkan arti yang beragam. Misalnya, kata menginstall, terinstall, dan diinstall memiliki arti yang berbeda. Kata menginstall memiliki arti melakukan kegiatan installmemasang, kata terinstall berarti telah melakukan kegiatan installmemasang, dan kata diinstall memiliki arti yang menyatakan suatru tindak yang pasif. Berikut penjelasan Muslich mengenai arti imbuhan me-, ber-, ter-, dan di-. 1 Morfem Imbuhan {meN-} 22 Arti morfem imbuhan {meN-} sangat tergantung pada kelas kata bentuk dasarnya. Dan, dalam suatu kelas kata, masih ada lagi beragaman makna bagi berbagai kontruksi {meN-}. Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, imbuhan {meN- } mempunyai arti „melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasarnya‟. Arti itu, misalnya, terdapat pada kata membaca, menulis, menarik, memukul, menjerat, dan masih banyak lagi. Di bagian lain, bergabung dengan datang sehingga menjadi mendatang, misalnya, arti imbuhan {meN-} menjadi lain; begitu juga bila {meN-} melekat pada bentuk hilang sehingga menjadi menghilang, arti morfem {meN-} sudah lain lagi. Begitulah, meski yang dilekati sama-sama kata kerja, arti morfem {meN-} berbeda-beda untuk setiap konstruksinya. 21 Masnur muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h.41. 22 Penulisan morfem terikat {meN-} oleh Masnur Muslich digunakan {meN-} yang berbeda dengan Muhadjir {mƏ N-}dan Abdul Chaer {me-}. Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {meN-} dapat dikelompokkan atas empat kelas, yaitu bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda, sifat adjektiva, dan bilangan numeralia. Secara keseluruhan Masnur Muslich mengklasifikasikan arti morfem afiks {meN-} menjadi 16. Pertama, apabila prefiks me- bentuk dasarnya berkelas kata kerja, imbuhan {meN-} mempunyai tiga arti, yaitu: 1 „melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar‟: Mengambil „melakukan tindakan ambil‟; 2 „menjadi seperti tersebut dalam ben tuk dasar „atau‟ dalam keadaan seperti bentuk dasar‟: Melarut „menjadidalam keadaan larut‟; 3 „membuat kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja‟: Mengalah „membuat kesan kalah dengan sengaja‟. Kedua, apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan {meN-} mempunyai 11 arti, yaitu: 1 „pergi ke …‟ atau „menuju ke ….‟, misalnya: Mendarat „menuju ke darat‟; 2 „mencari‟ atau „mengumpulkan‟, misalnya: Merumput „mencari mengumpulkan rumput‟; 3 „menjadi sebagaimana yang disebut pada bentuk dasar‟: Membuah „menjadi buah‟; 4 „membubuhkan apa yang tersebut pada bentuk dasar‟: Mencap „membutuhkan cap‟ 5 „membuat apa yang tersebut pada dasar‟, misalnya: Menyate „membuat sate‟; 6 „berlaku seperti yang tersebar pada bentuk dasar‟, misalnya: Membabi buta „berlaku seperti babi buta‟; 7 „melakukan tindakan dengan alat seperti bentuk dasar‟ atau „menggunakan alat seperti bentuk dasar‟: Menyabit „menggunakan sabit‟; 8 „meminummenghisap seperti yang tersebut pada bentuk dasar‟: Mengopi „meminum kopi‟; 9„menyerupai seperti bentuk dasar‟: Menyemut „menyerupai semut‟; 10 „dalam keadaan berfungsi sebagai seperti bentuk dasar‟: Menjanda „dalam keadaan berfungsi sebagai janda‟; 11 „mengeluarkan bunyi seperti bentuk dasar‟: Mengeong „mengeluarkan bunyi ngeong‟; Ketiga, apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan {meN-} mempunyai arti seperti dideskripsikan berikut ini: 1 „menjadi seperti bentuk dasar dengan sendirinya: Menguning padi „menjadi kuning dengan sendirinya‟; 2 „menimbulkan kesan seperti bentuk dasar‟ Memanjang „menimbulkan kesan panjang‟ pengunungan Bukit Barisan memanjang ke utara sepanjang Pulai Sumatra; Keempat, arti awalan {meN-}, bila bergabung dengan bentuk berkelas kata bilangan numeralia , adalah „menjadi seperti dalam bentuk dasar‟. Misalnya: menyatu „menjadi satu‟, mendua „menjadi dua‟, meniga „menjadi tiga‟. Jadi penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa arti imbuhan {meN-} membentuk kelas kata menjadi kata kerja atau verba. Artinya, imbuhan {meN-} menyatakan suatu kegiatan atau pekerja yang bersifat aktif. 2 Morfem Imbuhan {Ber-} 23 Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {Ber-} dapat dikelompokkan atas empat kelas, yaitu bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda, sifat adjektiva, dan bilangan numeralia. Betikut ini disajikan secara berkelompok arti imbuhan {Ber-} pada setiap kelas kata tersebut. Secara keseluruhan Masnur Muslich mengklasifikasikan arti morfem afiks {Ber-} menjadi 12. Pertama, apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {Ber-} mempunyai arti seperti berikut: 1 „dalam keadaan seperti bentuk dasar‟: Berada „dalam keadaan ada‟; 2 „menjadi seperti bentuk dasar‟: Berubah „menjadi ubah‟; 3 „melakukan seperti bentuk dasar‟: Berkerja „melakukan kegiatan kerja‟. Kedua, apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan {Ber-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut: 1 „memakai‟ atau „mengenakan‟, misalnya: Bersepatu „memakai atau mengenakan sepatu‟; 2 „mempunyai apa yang tersebut pada benttuk dasarnya‟, misalya: Bersuami „mempunyai suami‟; 3 „mengeluarkan‟. Misalnya: Berdarah „mengeluarkan darah‟; 4 „mengerjakan‟ atau „menggarap‟,misalnya: Bersawah „mengerjakan atau menggarap sawah‟; 5 „mengendarai‟ atau mempergunakan‟,misalnya: 23 Penulisan morfem terikat {Ber-} oleh Masnur Muslich digunakan {Ber-} yang berbeda dengan Muhadjir {bƏ N-} dan Abdul Chaer {ber-}. Berkuda „mengendaraimempergunakan kuda‟; 6 „bermain seperti bentuk dasar‟: Bertinju „bermain tinju‟; Keempat, apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan {Ber-} mempunyai arti „dalam keadaan‟, misalnya berduka, bersedih, bergembira, dan banyak lagi. Kelima, apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan imbuhan {Ber-} mempunyai arti „menjadi‟ atau kumpulan yang terdiri atas jumlah yang tersebut bentuk dasar‟, misalnya bersatu „kumpulan yang terdiri atas satu, berdua, berlima, berempat dan sebagainya‟. Bila ada proses pengulangan pada kelas numeralia ini, maka morfem {Ber- } menujuk arti „dalam jumlah kelipatan seperti tersebut bentuk dasar‟. Misalnya berpuluh-puluh „dalam jumlah kelipatan seperti berjuta-juta, dan sebagainya. Jadi penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa arti imbuhan {Ber-} secara umum membentuk kelas kata menjadi kata kerja. Namun harus diperhatikan kembali, pada bentuk dasar yang mengikuti imbuhan {Ber-}, apabila yang bentuk dasarnya berkelas kata bilangan maka bukan membentuk kata kerja tetapi membentuk kata bilangan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pengecualian pada imbuhan {Ber-} yang diikuti bentuk dasar berkelas kata bilangan. 3 Morfem Imbuhan {ter-} 24 Bentuk dasar yang dapat bergandengan dengan imbuhan {ter-} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja, kata sifat, dan kata benda. Bila awalan {ter-} melekat pada kelas benda, makna yang timbul. Secara keseluruhan Masnur Muslich mengklasifikasikan arti morfem afiks {meN-} menjadi 10. Pertama, apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda imbuhan {ter-} mempunyai dua arti, yaitu: 1 „tak sengaja di seperti bentuk 24 Penulisan morfem terikat {ter-} oleh Masnur Muslich digunakan {ter-} yang berbeda dengan Muhadjir {tƏ r-} dan sama dengan yang digunakan Abdul Chaer {ter-}. dasar‟: Tercangkul „tak sengaja dicangkul‟; 2 „dapat di seperti bentuk dasar kanI‟: Tergambar „dapat digambarkan‟; Kedua, apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja maka imbuhan {ter-} mempunyai empat arti, yaitu: 1 „menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja‟, misalnya tersentuh, tertiup, tergeret, terganggu; 2 „dapat‟ atau „sanggup‟, misalnya: Terangkat dalam kalimat meskipun berat, batu itu terangkat juga; 3 „menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai perfektif‟, misalnya: Tertulis dalam kalimat pendapat dia tertulis di rumusan hasil seminar; 4 „ketiba- tibaan‟,misalnya: Teringat dalam kalimat setelah melihat kejadian itu, ia teringat peristiwanya sendiri dua tahun yang lalu. Boleh jadi, {ter-} berganda arti; tercetak, misalnya, bisa berarti 1 „tak sengaja dicetak‟, bisa pula „sudah dicetak‟ ; termakan bisa berarti 2 „sudah dimakan‟, bisa pula „dapat dimakan‟. Ketiga, apabila bentuk dasarnya berupa kelas kata sifat, imbuhan {ter-} mempunyai arti paling‟, misalnya terpandai, „paling pandai‟, terpendek, tertinggi dan masih banyak lagi. Jadi penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa arti imbuhan {ter-} secara umum membentuk kelas kata menjadi kata kerja. Namun harus diperhatikan kembali, pada bentuk dasar yang mengikuti imbuhan {ter-}, apabila yang bentuk dasarnya berkelas kata sifat maka bukan membentuk kata kerja tetapi membentuk kata sifat. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pengecualian pada imbuhan {ter-} yang diikuti bentuk dasar berkelas kata sifat. 4 Morfem Imbuhan {di-} Arti imbuhan {di- } hanya satu, yaitu „menyatakan suatu tindakan yang pasif‟, misalnya diambil, diangkat, disiram, dibayar, dan sebagainya. Pengertian pasif di sini tidak berarti tidak disengaja atau tidak melakukan apa pun sama sekali. Tetapi, pengertian pasif di sini semata-mata dihubungkan dengan fungsi subjeknya. Arti imbuhan {di-} hanya satu karena alomorf dan bentuk imbuhan {di-} hanya satu, artinya tidak memiliki wujud lain pada bentuk dasar yang berawalan dengan fonem apapun. Misalnya, diinstall, didrop, didrag, difilter merupakan bentuk kata yang terdiri dari prefiks di- dan kata dasar IT yang menyatakan suatu tindakan pasif. 4 Istilah Teknologi Informasi Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu. 25 Istilah merupakan kesatuan kata yang bergabung dan memiliki makna tertentu di suatu bidang. Selanjutnya TI Teknologi Informasi merupakan penggunaan teknologi seperti computer, elektronik, dan telekomunikasi untuk mengolah dan mendistribusikan informasi dibentuk digital. Puskur Diknas Indonesia mengungkapkan TI adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Jadi, TI Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan dapat digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintah. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah TI Teknologi Informasi adalah gabungan kata yang memiliki makna dalam bidang TI. Istilah tersebut digunakan dalam menyampaikan pengolahan data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan dapat digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintah. Penelitian ini membahas mengenai istilah TI yang digunakan dalam tujuh buku bidang TI, baik istilah yang masih asing maupun yang telah disempurnakan dalam bahasa Indonesia. 25 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:Pusat Bahasa, 2008, h. 566.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu mengenai proses morfofonemik, yaitu: Pada tahun 2005, Teguh Sarosa mahasiswa Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora, program studi linguistik, UGM Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menulis tesis yang “Proses Morfofonemik Afiksasi dalam Bahasa Indonesia”. Penelitian Teguh mengacu pada setiap bentuk afiksasi untuk mendapatkan variasi proses morfofonemik yang mungkin terjadi. Afiks yang digunakan dalam pross afiksasi yaitu {meN-}, {meN-i}, {meN-kan}, {peN-}, {peN-an}, {ber-}, {ber-an}, {ber- kan}, {per-}, {per-an}, {-an}, {ke-an}, {-i}, {-wan}, {ter}, {di-}. 26 Penelitian ini berobjek pada bahasa Indonesia dan meneliti proses morfofonemik seluruh afiks dalam bahasa Indonesia. Kemudian pada tahun 2013, Heru Tafiyanto mahasiswa Program studi pendidikan bahasa dan sastra Jawa melakukan penelitian morfofonemik dengan judul “Analisis Morfofonemik pada Cerita Bersambung Pak Guru dalam Majalah Dj aka Lodang Tahun 2012 Karya Suhindriyo”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfofonemik dan jenis-jenis morfofonemik. Pada penelitian tersebut Heru meneliti objek cerita bersambung yang menggunakan bahasa Jawa. 27 Penelitian ini berobjek bahasa Jawa dan meneliti proses morfofonemik yang terjadi dalam Cerita Bersambung Pak Guru. Mendeskripsikan proses morfofonemik dan mengelompokkan jenis perubahan yang terjadi. Pada tahun yang sama, Arif Sunarya mahasiswa Program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Lambung Mangkurat melakukan penelitian morfologi dengan judul “Proses Morfofonemik dalam Surat Kabar Harian Metro Banjar ”. Pada penelitian tersebut, Arif mendeskripsikan peristiwa- 26 Teguh Sarosa, “Proses Morfofonemik Afiksasi dalam Bahasa Indonesia”, diakses melalui http:etd.ugm.ac.idindex.php?mod=penelitian_detailsub=PenelitianDetailact=viewtyp=html buku_id=28544obyek_id=4, diunduh pada 18 Maret 2013, pukul 15.00. 27 Heru Tafiyanto, “Analisis Morfofonemik pada Cerita Bersambung Pak Guru dalam Majalah Diaka Loda ng Tahun 2012 Karya Suhindriyo” dalam Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol. 03 No. 06 November 2013, h. 24-29. peristiwa morfofonemik dan jenis-jenisnya yang muncul pada Surat Kabar Harian Metro. Banjar. 28 Arif Sunarya meneliti proses morfofonemik pada objek yang berbeda, yaitu Surat Harian Metro Banjar bahasa Indonesia. Arif Sunarya meneliti menggunakan pijakan teori Abdul Chaer. Hasil penelitian mendeskripsikan proses morfofonemik pada data media massa dan mengelompokkan jenis-jenis perubahannya. Pada tahun 2005 Yulia Trisnawati Gayatri, mahasiswa Universitas Indonesia menuliskan skripsi “Proses Morfofonemik Pembentukan Nomina Bersufiks Diminutif dalam Bahasa Perancis ”. Penelitian tersebut mendeskripsikan pembentukan nomina derivatif bersufiks diminutif derivatif dalam bahasa Perancis dan perubahan morfofonemiknya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses morfofonemik pelekatan sufiks diminutif pada bentuk dasar yang ada dalam bahasa Perancis. 29 Penelitian ini memiliki objek yang berbeda pula dengan ketiga sebelumnya. Objek penelitian yang dilakukan Yulia adalah bahasa Perancis. Mendeskripsikan proses morfofonemik sufiks akhiran diminutif dengan bentuk dasar yang ada dalam kosakata bahasa Perancis. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, peneliti melakukan penelitian mengenai proses morfofonemik bahasa Indonesia prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dalam istilah TI di tujuh buku TI. Peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana proses morfofonemik bahasa Indonesia dan jenis-jenis perubahan dalam istilah TI yang ditemukan dalam tujuh buku TI yang berbeda objek dengan penelitian- penelitian sebelumnya. 28 Arif Sunarya, “Penelitian Proses Morfofonemik Dalam Surat Kabar Harian Metro Banjar”, diakses melalui http:arifsunarya.wordpress.com20101207penelitian-proses- morfofonemik-dalam-surat-kabar-harian-metro-banjar, diunduh pada 17 Maret 2013, pukul 14:07. 29 Yulia Trisnawati Gayatri, “Proses Morfofonemik Pembentukan Nomina Bersufiks Dimin utif dalam Bahasa Perancis”, diakses melalui www.pps.unud.ac.id...unud-440-938566202- thesis20-20final.pdf .11.30 pukul ,2013 Maret 11 diunduh pada , 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode dipahami sekumpulan kegiatan dan prosedur yang digunakan untuk memperoleh keabsahan terhadap masalah tertentu yang diajukan di dalam suatu penelitian. Usaha tersebut dilakukan dengan sistematis, karena membutuhkan jawaban dan penyelesaian yang benar dan logis. Adapun pilar-pilar metodologi dalam penelitian ini sebagai berikut: Skema Konseptual 1 Sumber Muhammad, 2011 yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga parameter: ancangan, metode, dan teknik. Ancangan merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir yaitu ilmu Morfologi, metode kualitatif, teknik pengambilan data simak dan catat, dan teknik analisis data unsur langsung surlang. Metodologi Penelitian Ancangan Metode Morfologi -Morfofonemik -Peta Fonem Vokal dan Konsonan Kualitatif Teknik Teknik Pengumpulan Data: Teknik Simak dan Catat Hasil Penelitian Deskriptif Objek Penelitian Monolog Teknik Analisis Data: Teknik Unsur Langsung

B. Metode Penelitian

Muhammad mengungkapkan bahwa metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari satu paradigma, yang merupakan aspek nyata, cara melaksanakan penelitian. Di dalamnya terdapat jenis penelitian, data, sumber data, dan metode penelitian yang meliputi pengadaan, analisis dan penyedian data. 1 Penggunaan metode atau teknik penelitian sama halnya dengan cara melaksanakan aktivitas penelitian dalam menjawab persoalan yang terdapat dalam penelitian. Metode berkaitan dengan fokus, situasi, dan jadwal yang merupakan tiga hal yang sangat menentukan bagaimana sebuah data dapat terkumpul sehingga dapat dianalisis, disajikan dan dibahas. Metode juga menentukan peran penelit. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pada penelitian kualitatif, data yang terkumpul umumnya kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka. 2 Paradigma penelitian kualitatif menganjurkan bahwa masalah-masalah kehidupan ini harus didekati dengan menggunakan asumsi bahwa tidak ada satu hal pun yang sifatnya sepele, melainkan bermakna. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan dan mendorong pemahaman tentang pengalaman manusia dalam berbagai bentuk. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh. 3 Penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan, penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk mengajukan hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”. 4 Dengan demikian pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 1 Muhammad. Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 168. 2 Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002, h.61. 3 Ibid., h. 32-33. 4 Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 234.