Proses Morfofonemik Prefiks Me-, Ber-, Ter-, dan Di- dengan Istilah Teknologi informasi dalam Tujuh Buku Teknologi Informasi
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Wulandari Nur Fajriyah
NIM 1110013000073
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
ii
ABSTRAK
Wulandari Nur Fajriyah (NIM: 1110013000073): “Proses Morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dengan peristilahan TI di dalam tujuh buku TI”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Darsita Suparno, M.Hum.
Proses morfofonemik merupakan salah satu akibat yang ditimbulkan dalam proses morfologis pembentukan kata dalam bentuk afiksasi. Buku TI merupakan objek yang menyajikan proses morfofonemik dengan peristilahan TI. Istilah TI yang bergabung dengan prefiks bahasa Indonesia membentuk kata baru, memiliki arti baru, dan terjadi proses morfofonemik sehingga menarik perhatian peneliti untuk meneliti dalam tataran morfologi.
Penelitian ini terfokus pada proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-,
dan di- dengan istilah TI sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses morfofonemik prefiks me-, ber-,ter-,
dan di- dalam tujuh buku TI.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan metode, teknik, dan kiat sebagai upaya peneliti dalam mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik lanjutan teknik catat, serta sebagai cara peneliti melaksanakan, menerapkan, dan memanfaatkan teknik secara objektif, maka peneliti menggunakan kiat tertentu yaitu penggunaan garis bawah untuk membantu mengidentifikasi data berupa kata-kata yang mengalami afiksasi dan proses morfofonemik.
Hasil penelitian ini menemukan empat jenis perubahan proses morfofonemik, yaitu: pengekalan fonem, perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Jenis perubahan bentuk yang diawali dengan kata yang belum diserap dan belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia dipertahankan bentuknya karena dengan menghilangkan bentuknya akan menyulitkan pembaca dan maknanya akan berbeda. Implikasi pembelajaran di sekolah mengenai materi imbuhan dapat diterapkan di SMA (Sekolah Menengah Atas) melalui pembelajaran menulis eksposisi. Dari kegiatan menulis paragraf eksposisi siswa diharapkan dapat mengidentifikasi kata berimbuhan serta dapat menyunting paragraf eksposisi yang ditulis teman. Penggunaan prefiks dalam proses morfofonemik dalam istilah TI yang produktif adalah prefiks me-,
ditemukan sebanyak 60 penggunaan prefiks me-. Prefiks di- yang merupakan bentuk pasif, prefiks ini menempati urutan kedua setelah prefiks me-, ditemukan 55 penggunaan prefiks di-. Setelah itu, penggunaan prefiks ter- ditemukan sebanyak 14 dan yang terakhir adalah prefiks ber- ditemukan penggunaan prefiks
ber- sebanyak 11. Proses morfofonemik dengan istilah TI dapat memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
Kata Kunci: Morfofonemik, Proses Morfofonemik, Prefiks me-, ber-, ter-, dan di-,
(6)
ii
ABSTRACT
Wulandari Nur Fajriyah, 1110013000073, “Morfofonemic process of prefixes me-, ber-, ter-, and di- in Terminology of IT (Information Technology) in Seven Book IT”. Department of Indonesian language and literature, State Islamic University of Syarif Hidayatullah, Jakarta. Under the supervision: Dr. Darsita Suparno, M.Hum.
Morfofonemic process is a result in morphological process the formation words in affixation form. IT books are an object of morfofonemic process in the IT term. Combination between IT term and prefixes Indonesia language formation a new word and have a new meaning. Therefore, it’s attracts the attention of researchers to make a research in the morphological level.
This research focuses on the morfofonemic process prefixs me-, ber-, ter-, and di- in the IT term into unit of word status. The purpose of this research is to describe the morfofonemic process prefixs me-, ber-, ter-, and di- with IT term, which is contained in the seven book of IT.
The types of this research is descriptive qualitative research. Researcher used method, techniques, and tips as researcher attempt to collect the words. The used method is attention method with advanced techniques that is write techniques, then as the way of the researcher to implement, apply, and utilize techniques objectively, the researcher used a particular issue, the use of underscores to help identify the data in the form of words into affixation and morfofonemic process.
Implication of affix learning in school could be applicate in senior high school with learning through writing a paragraph of exposition. In learning through writing a paragraph of exposition student are expected to identify word of affix and could edit paragraph of exposition by friend’s written.
This study is resulted four types change of morfofonemic process, namely phoneme eternal, phoneme change, phoneme addition, and phoneme removal. A type change formation which begins with word not yet absord and not yet have equivalent in Indonesia language maintained formation because removal formation will be complicated the reader and the meaning will be different. The use of prefixes me-, ber-, ter-, and di- in morfofonemic process in IT term is productive is prefix me-, discovered as much as 60 used prefix me-. Prefix di- is a passive form, this prefix occupy second place after prefix me-, discovered 55 used prefix di-. After that, prefix ter- discovered as much as 14 and the last is prefix ber- discovered used prefix ber- as much as 11. Morfofonemic procees between afixes me-, ber-, ter-, and di- and IT term enrich vocabulary Indonesia language. Key words: Morfofonemic, Morfofonemic Process, Prefixs me-, ber-, ter-, and di-, IT Term
(7)
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur atas ke hadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin dan ridho-Nya skripsi dengan judul “Proses Morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dalam peristilahan TI di dalam tujuh buku TI” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama proses pembuatan skripsi ini. Namun, berkat doa, usaha, dan perjuangan, serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya segala hambatan dan rintangan dapat teratasi.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa‟i, M.A. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat memotivasi penulis;
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., yang telah memberikan perhatian dan motivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ;
3. Dr. Darsita, Suparno, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, semangat dan motivasi kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan; 4. Dosen Penasehat Akademik Hindun, M.Pd., yang telah memberikan
arahan dan semangat kepada penulis ;
5. Seluruh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selama empat tahun mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal masa depan untuk penulis;
6. Dr. Nuryani, M.A dan Dra. Hindun, M.Pd selaku penguji sidang Munaqosah yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan agar menghasilkan karya ilmiah yang baik.
(8)
ii
7. Kedua orang tua tercinta H. Masduqi, M.Pd.I dan Hj. Esti Utami, S.Pd, yang tak henti-hentinya memberikan doa, motivasi, dan materi selama menempuh perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini;
8. Keempat adikku Afwan Malik Al-Mumtaz, Najwa Sabillah Estimas, Malika Hayu Mawadah Estimas, dan Adimah Sa‟din Estimas, dan seluruh keluarga besarku Buyut, Nenek, Om, Tante yang telah memberikan motivasi dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini;
9. Sahabat seperjuangan penulis Muhammad Faiz Prawiro Negoro, Nur Azizah, Nuning Sintya Defa, dan Zakiatunnisa yang telah memberikan semangat,bantuan, dan dukungan untuk meyelesaikan skripsi ini.
10.Rekan-rekan seperjuangan di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2010/2011 yang telah berjuang bersama selama menempuh pekuliahan strata satu, serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis ucapkan terima kasih atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi karya yang bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu linguistik di Indonesia.
Ciputat, 22 Juli 2014
(9)
ii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Batasan Masalah ... 4
C.Rumusan Masalah ... 4
D.Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Teoretik 1. Morfem Akar dan Morfem Nonakar ... 6
2. Pengertian Morfofonemik ... 7
3. Proses Morfofonemik ... 9
4. Jenis Perubahan 1) Abdul Chaer ... 11
2) Muhadjir ... 15
3) Arti Imbuhan Menurut Masnur Muslich ... 18
5. Istilah Teknologi Informasi ... 23
B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 25
(10)
ii
B. Matode Penelitian ... 26
C. Ruang Lingkup Penelitian ... 27
D. Objek Penelitian ... 27
E. Pengumpulan Data ... 28
F. Jenis Data ... 28
G. Analisis Data ... 30
H. Pelaksanaan Penelitian ... 31
I. Fokus Penelitian ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Tujuh Buku Teknologi Informasi ... 33
2. Struktur Morfem Akar 1) Struktur Morfem Akar Bentuk Lengkap ... 35
2) Struktur Morfem Akar Bentuk Gabungan... 38
3. Struktur Morfem Nonakar 1) Prefiks {mǝ{N}-} ... 41
2) Prefiks {bǝ{N}-} ... 94
3) Prefiks {tǝ{r}-} ... 105
4) Prefiks {di-} ... 117
B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah ... 168
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 172
B. Saran... 173
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01 Peta Fonem Vokal Menurut Abdul Chaer 35
Tabel 02 Peta Fonem Vokal Menurut Abdul Chaer 47
(12)
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Konseptual 1 25
(13)
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Peta Fonem Vokal dan Konsonan Abdul Chaer Lampiran 1
Peta Fonem Vokal dan Konsonan Hasil Temuan Lampiran 2
Daftar Temuan Proses Morfofonemik Lampiran 3
Silabus Pembelajaran Lampiran 4
(14)
1 A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman globalisasi, dan semakin pesatnya TI (Teknologi Informasi) memberikan dampak yang sangat kuat di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah penggunaan bahasa di berbagai media TI yang sudah beragam bentuknya mulai dari media elektronik, aplikasi media sosial, sampai pada buku pelajaran TI. TI sebagai bidang disiplin ilmu yang memiliki andil besar di kehidupan sehingga memudahkan berbagai pekerjaan. Kegiatan tersebut pun tidak terlepas dengan penggunaan bahasa khusunya bagi mahasiswa atau yang menggeluti bidang TI maka buku yang digunakan memiliki banyak kosakata baru yang bergabung dengan imbuhan bahasa Indonesia.
Hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya pinjaman berupa kosakata yang berasal dari berbagai bahasa. TI menyerbu pasaran Indonesia yang didominasi oleh bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia. Dominasi kuat dari bahasa Inggris di dalam bahasa Indonesia tidak terlepas dalam proses pembentukan kata. Kosakata dalam TI tidak seluruhnya memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi peminjaman dan penyerapan. Proses pembentukan kata bahasa Inggris yang menjadi istilah dalam bidang TI dalam bahasa Indonesia sangat menarik untuk diteliti.
Salah satu objek penelitian bahasa yang menarik yaitu pembentukan kata atau word formation karena hal itu mutlak terjadi dalam suatu bahasa dan disebut sebagai proses morfologi. Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya.1 Menurut Ramlan, morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti
1
Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik.(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.159.
(15)
kata.2 Morfologi termasuk salah satu studi kebahasaan (linguistik) yang mengkaji struktur internal kata suatu bahasa. Kata dalam hal ini dipandang sebagai satuan-satuan padu bentuk dan makna yang memperlihatkan aspek valensi sintaksis, yakni kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki kata untuk berkombinasi dengan kata-kata lain dalam kelompok kata. Dalam morfologi pembentukan kata serta pengaruhnya dalam perubahan bentuk kata terdapat komponen-komponen yang membentuk sebuah kata yang disebut dengan morfem.
Mempergunakan imbuhan tidak semudah yang disangkakan, itu sebabnya harus dipelajari apa arti dan fungsi tiap imbuhan. Imbuhan dalam bahasa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam memperkaya kosakata bahasa Indonesia dari bentukan proses morfofonemik. Banyak bentukan yang banyak kita jumpai dewasa ini, salah satunya dalam bidang TI (Teknologi Informasi).
Dalam bahasa Indonesia, imbuhan penting sekali ketika menentukan arti kata tersebut. Misalnya, kata diinstall berbeda artinya dengan terinstall berbeda pula dengan menginstall. Bahasa Indonesia memiliki banyak imbuhan, setiap imbuhan memiliki fungsi, alomorf, dan arti yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan perbedaaan kelas kata, fonem, dan konteks kata pada kalimat.
Tataran morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi, tataran gramatika atau tata bahasa. Tataran morfologi mengaji bentuk satuan terkecil dalam suatu bahasa, yaitu kata, bagian-bagian kata, dan kejadian kata dan subsistem sintaksis mencakup kata dan satuan-satuan yang lebih besar yaitu frase, klausa, dan kalimat serta hubungan antara satuan-satuan tersebut.
Charles F. Hockett, tokoh linguistik Amerika mengemukakan definisi dan metode penemuan morfem dengan cara yang lebih sederhana, bahwa “Morphemes are the smallest individually meaningful element in the utterances of
a language.”3 Pernyataan tersebut menyatakan bahwa morfem merupakan satuan
2
M. Ramlan. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. (Yogyakarta: UP. Karyono,1980), h.2.
3
Menurut Hockett, hlm 123 dalam Jos Daniel Parera. Morfologi Bahasa. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007), h. 15.
(16)
terkecil yang memiliki arti dalam tuturan bahasa. Artinya, morfem sebagai konstituen yang membentuk konstruksi.
Kata-kata seperti mentransfer, mengadd, memblok, mengupload,
merupakan bentuk kata yang telah mengalami afiksasi dan proses morfofonemik. Morfofonemik merupakan salah satu aspek penting dalam kajian morfologi. Karena bentuk morfem dapat bervariasi sesuai dengan lingkungannya. Kaidah yang menentukan bentuk itu dapat diperikan sebagai proses yang berpijak pada bentuk yang dipilih sebagai lambang morfem. Dengan kata lain morfofonemik mempelajari wujud fonemis morfem.
Pembentukan kata kerja yang diawali prefiks dapat menimbulkaan berbagai wujud sesuai dengan keadaan lingkungan morfem tersebut. Perubahan wujud dan keadaan morfem tersebut dapat menimbulkan sistem baru pada kata dasar yang mengikuti morfem tersebut. Penelitian ini mengkaji proses morfofonemik yang terbentuk melalui proses afiksasi dalam bahasa Indonesia yaitu bagaimanakah proses morfofonemik yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dari penggabungan bentuk dasar dalam peristilahan Teknologi Informasi dengan prefiks me-, ber-, ter-, dan di-.
Di zaman sekarang, bidang TI menjadi salah satu bidang keilmuan yang banyak diminati dan digeluti oleh banyak orang termasuk di Indonesia. Secara teoretik dan praktis bidang TI menjadi salah satu mata pelajaran dijenjang SD hingga PT. Secara teoretik, munculnya banyak buku TI menjadi salah satu sumber referensi peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tujuh buku TI sebagai objek penelitian. Hal tersebut dikarenakan proses pencarian data. Pada awalnya peneliti hanya menggunakan satu buku tetapi data yang diperoleh tidak mencukupi untuk penelitian, begitu pula dengan dua buku dan tiga buku Teknologi Informasi. Beberapa data yang ditemukan memiliki kesamaan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan tujuh buku dalam bidang studi Teknologi Informasi.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengungkapkan lebih dalam mengenai proses morfofonemik. Sejauh penemuan penulis belum banyak yang mengkaji mengenai proses pembentukan kata dalam istilah TI. Oleh karena itu, pada
(17)
penelitian ini, peneliti berupaya meneliti proses morfofonemik yang dikhususkan pada prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang terdapat dalam istilah TI di tujuh buku TI.
B. Batasan Masalah
Dalam penjelasan latar belakang, morfofonemik merupakan salah satu proses morfemis, dalam proses tersebut pun terjadi proses fonologis. Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa prefiks . Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini kepada proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- bahasa Indonesia yang terdapat pada tujuh buku TI, yaitu 1. Putra, Indra. Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0. 2. Hermawan, Julius. Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. 3. Karuniawan, Bagus. Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. 4. Budiharto, Widodo. Visual Basic.NET 2005. 5. Dian Sano, Albert V.
24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. 6. Steve Potts dan Clayton Walnum.
Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. 7. Hidayat, Sidiq Syamsul. Dkk.
Wireless Hacking Tools dan Tricks.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas bahwa 1. Bagaimanakah proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di-
yang menyatu dengan morfem akar (peristilahan TI) untuk membentuk kata baru?
2. Bagaimanakah implikasi proses morfofonemik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah?
3. Berapa penggunaan prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang menyatu dengan morfem akar (peristilahan TI)?
(18)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses morfofonemik yang terjadi pada prefiks aktif dan pasif dalam peristilahan TI. Tujuan penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang menyatu dengan morfem akar (peristilahan TI) untuk membentuk kata baru;
2. Mendeskripsikan implikasi proses morfofonemik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah;
3. Mendeskripsikan penggunaan prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang menyatu dengan morfem akar (peristilahan TI).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian dengan optimal, dapat menghasilkan laporan dengan sistematik dan bermanfaat baik secara teoretik maupun praktis. Adapun manfaat penelitian, yaitu :
a. Manfaat Teoretik
1) Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya kajian Morfologi khususnya dalam pembahasan materi mengenai afiksasi dan proses morfofonemik bahasa Indonesia dan penggunaannya di bidang TI yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2) Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat menghasilkan deskripsi analisis mengenai proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia pada berbagai bidang yang dapat mendukung dalam pengkajian ilmu bahasa dan memperkaya kosakata bahasa Indonesia.
b. Manfaat Praktis 1. Bagi peneliti.
Penelitian ini sebagai wujud pengaplikasian materi yang telah diterima dalam perkuliahan, khususnya fonologi dan morfologi serta mendapatkan pengalaman dalam penelitian ilmiah.
(19)
2. Bagi guru bahasa Indonesia.
a) Penelitian ini memberikan informasi tentang pembentukan kata melalui proses morfofonemik khususnya pada prefiks me-, ber-, ter, dan di- dalam peristilahan TI yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hasil pemahaman bermanfaat bagi guru bahasa Indonesia untuk mengajarkan materi proses morfofonemik serta memahami pembentukan pada peristilahan TI yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
b) Penelitian ini dapat menjadi bahan pengajaran dalam materi morfologi khususnya tentang materi proses morfofonemik prefiks
me-, ber-, ter, dan di-. 3. Bagi peneliti lain.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam melakukan penelitian yang sejenis.
(20)
6
A. Deskripsi Teoretik
1. Morfem Akar dan Morfem Nonakar 1) Morfem Akar
Morfem akar adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Morfem akar dibagi menjadi dua bentuk, yaitu morfem akar bentuk lengkap dan morfem akar bentuk gabungan. Morfem akar bentuk lengkap adalah kata yang memiliki satu kata yang tidak bisa dipisah-pisah. Misalnya, set, drop, drag, dan burn. Morfem akar bentuk gabungan adalah satu kata yang memiliki dua kar atau lebih. Misalnya, upload, download, back-up, dan nonaktif.
Pembahasan mengenai morfem akar bentuk lengkap dan bentuk gabungan tidak bisa terlepas dengan silabel atau suku kata untuk mengetahui unsur kata yang membentuknya. Setiap bahasa mempunyai ciri khas dalam fonotatik, yakni dalam merangkai fonem untuk membentuk satuan fonologis yang lebih besar, misalnya suku kata.
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran.1 Senada dengan yang diungkapkan oleh Hasan Alwi, dkk. menyatakan suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem.2 Dari penjelasan tersebut, silabel atau suku kata adalah unsur ritmis yang merupakan unsur pembangun kata terdiri atas beberapa fonem, yang terdapat dalam satu hembusan nafas. Contoh, ins-tall memiliki dua suku kata, drop memiliki satu suku kata, dan lain sebagainya. Pada bagian pembahasan peneliti mengelompokkan beberapa pola struktur morfem akar dari istilah TI.
1
Abdul Chaer, Fonologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 57. 2
Hasan Alwi,dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke3, 2003), h. 55.
(21)
2) Morfem Nonakar
Morfem nonakar adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki makna setelah bergabung dengan morfem lain. Morfem nonakar dalam bahasa Indonesia, yaitu prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Morfem non akar yang bergabung dengan morfem mengalami proses morfologis, akibat proses morfologis afiksasi tersebut adalam proses morfofonemik.
Pembahasan pada penelitian ini hanya akan dibicarakan mengenai empat prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang mengalami proses morfofonemik dengan istilah TI dalam tujuh buku bidang TI. Pembahasan selanjutnya pada bab VI mengenai hasil penelitian dan pembahasan.
2. Pengertian Morfofonemik
Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata polimorfemis. Kata polimorfemis merupakan kata yang minimal terdiri dari dua morfem, yaitu morfem terikat antara lain: {me-}, {ter-}, {di-}, {pe-}, {ber-}, }, {-an}, {ke-an}, {-em}. Morfem bebas antara lain: {tulis}, {pindah}, {jadi}, {mak{ke-an}, {maju}, dan lain sebagainya. Morfem terikat jumlahnya lebih sedikit dan sifatnya terikat dengan morfem bebas. Oleh karena itu, morfem tersebut dapat berkolaborasi melalui beberapa cara, salah satunya adalah afiksasi. Afiksasi adalah proses penggabungan antara morfem bebas dan morfem terikat. Proses ini bisa meliputi proses prefiksasi, sufiksasi, infiksasi, dan konfiksasi. Secara berurutan contohnya adalah meneliti, usulan, temali, dan kecerdasan.
Proses morfologis yang terjadi melalui afiksasi atau penggabungan morfem bebas dan morfem terikat menimbulkan proses morfofonemik. Menurut Muslich morfofonemik adalah perubahan fonem akibat proses pembubuhan afiks.3 Selain pengertian tersebut, Ramlan juga memberikan pengertian bahwa morfofonemik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk
3
(22)
dasarnya.4 Dan Chaer berpendapat morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem akibat dari adanya proses morfologi.5 Ketiga pendapat tersebut menyebutkan bahwa morfofonemik adalah gejala dalam afiksasi yang mengalami perubahan bunyi atau perubahan morfem. Penelitian ini akan membahas mengenai afikasi yang berfokus pada gejala proses morfofonemik sebagai salah satu proses morfologis pembentukan kata.
Morfofonemik merupakan subsistem yang dibentuk dari dua sistem yang berbeda tetapi memiliki keterkaitan dan hubungan dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Pengertian mengenai morofofonemik dan prosesnya banyak diungkapkan para ahli, di bawah ini akan dipaparkan mengenai pengertian morfofonemik, proses morfofonemik, jenis perubahan, dan proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter, dan di- menurut para ahli linguistik.
Jos Daniel, kata morfofonemik menunjukan adanya hubungan antara morfem dan fonem.6 Hal yang sama diungkapkan oleh Kridalaksana, morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi.7 Selanjutnya Zainal dan Junaiyah, morfofonemik berkaitan dengan perubahan fonem akibat pertemuan antara morfem yang satu dan morfem lainnya.8 Dari ketiga pengertian tersebut morfofonemik merupakan sistem yang berkaitan dengan morfologi dan fonologi. Keterkaitan tersebut dapat mengalami perubahan pada pembentukan kata.
Kemudian Ramlan mendefinisikan, “morfofonemik sebagai
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem yang satu dengan morfem yang lain”.9 Selanjutnya, Chaer mengungkapkan morfofonemik (disebut
4
Ramlan, Morfologi:Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta:CV. Karyono, Cetakan ke-13, 2009), h.51.
5
Abdul Chaer. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 43.
6
Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 40. 7
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke5, 2009), h. 183
8
Zainal Arifin dan Junaiyah, Morfologi (Bentuk, Makna, dan Fungsi), (Jakarta: Grasindo, Edisi Kedua, 2009), h. 125.
9
Ramlan, Morfologi:Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta:CV. Karyono, Cetakan ke-13, 2009), h.83.
(23)
juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi.10 Morfofonemik dipahami sebagai gejala yang terjadi akibat proses morfologis antara morfem yang satu dengan morfem yang lain. Gejala yang terjadi adalah perubahan bunyi atau fonem.
Mansoer Pateda menggunakan kata morfofonologi, morfofonologi sebagai istilah dalam linguistik untuk pertama kali diungkapkan oleh N. Trubetzkoy dalam karangannya yang berjudul: “Sur Ia Morphophonologie” yang dipublikasikan lewat majalah TCPL (Travaux Un Cercle Linguistique de Proque) pada tahun 1929. Morfofonologi diartikan oleh Mansoer Pateda adalah terjadinya perubahan fonem kalau morfem-morfem itu saling melekat yang menghasilkan kata dan terjadi pula perubahan fonem karena kata yang satu diikuti oleh kata yang lain, yang menghasilkan kelompok kata.11 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa morfofonemik adalah subsistem dalam linguistik yang mengkaji pembentukan kata (morfologi) yang dapat dijelaskan atau berkaitaan dengan fonologi karena adanya perubahan-perubahan fonem di dalamnya. Jadi, dalam meneliti proses morfofonemik harus menggunakan dasar pemikiran fonologi yang dibarengi dengan morfologi.
3. Proses Morfofonemik
Kridalaksana berpendapat bahwa, proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks.12 Hal yang senada diungkapkan Hasan Alwi, dkk. proses perubahan bentuk yang disyaratkan oleh jenis fonem atau morfem yang
10
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 43.
11
Mansoer Pateda, Linguistik (Sebuah Pengantar), (Bandung:Angkasa, 1999), h. 83-84. 12
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia,(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke5, 2009), h. 183.
(24)
digabungkan dinamakan proses morfofonemik.13 Dari pendapat tersebut, proses morfofonemik dipahami sebagai sebuah proses perubahan dalam pembentukan kata khususnya dalam afiksasi yang memperhatikan aspek jenis fonem atau morfem yang bergabung.
Selanjutnya Zainal dan Junaiyah mengutarakan, proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.14 Muslich mengungkapkan, perubahan-perubahan fonem yang mengikuti peristiwa pembentukan kata dalam ilmu bahasa disebut proses morfofonemis.15 Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses morfofonemik adalah proses perubahan fonem yang dapat berupa penambahan, perubahan, pergeseran, atau hilangnya fonem yang terjadi karena bergabungnya antara morfem yang satu dengan morfem yang lain.
Harimurti melihat proses morfofonemik hanya terjadi jika adanya pertemuan antara morfem dasar dengan realisasi afiks, berbeda dengan Chaer yang melihat bagaimana perubahan bunyi atau fonem ini dari proses morfologi selain afiksasi. Sedangkan Alwi, dkk. mengungkapkan perubahan morfofonemik ada syarat-syarat tertentu dari jenis fonem dan morfemnya, berbeda dengaan Zainal Arifin yang mendefinisikan morfofonemik adalah perubahan fonem menjadi fonem lainnya sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Jadi, sistem morfologi dan fonologi saling melengkapi, di mana morfologi ilmu yang mengkaji bagaimana terjadinya sebuah kata/pembentukan kata dapat dibantu oleh fonemik. Begitupula pada proses morfofonemik, pembentukan kata (morfologi) hanya dapat bisa dijelaskan dengan sistem fonologi. Contoh: Kata
mengonfigurasi dibentuk dari prefiks me- dan kata konfigurasi. Kata konfigurasi
mengalami perubahan setelah bergabung dengan prefiks me- dapat dijelaskan melalui sudut pandang fonologi.
13
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke3, 2003), h. 31.
14
Zainal Arifin dan Junaiyah, Morfologi (Bentuk, Makna, dan Fungsi), (Jakarta: Grasindo, Edisi Kedua, 2009), h. 16.
15
Masnur muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 41.
(25)
4. Jenis Perubahan
Dari pengertian mengenai morfofonemik dan proses morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia mengalami perubahan atau proses yang berbeda-beda. Berikut beberapa pendapat ahli linguistik mengenai jenis perubahan dalam morfofonemik.
1) Abdul Chaer16
Dalam prosesnya, morfofonemik juga memiliki beberapa jenis perubahan fonem yang terjadi akibat pertemuan dengan morfem. Chaer membagi jenis perubahan fonem menjadi proses pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem, pergeseran fonem.
Bahasan Abdul Chaer mengenai kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia pada dasarnya sama dengan pembahasan yang diberikan oleh Kridalaksana. Namun Abdul Chaer hanya memerikan proses morfofonemik ke dalam lima peristiwa, yaitu (a) pemunculan fonem; (b) pelesapan fonem; (c) peluluhan fonem; (d) perubahan fonem; (e) pergeseran fonem.
Lebih jauh Abdul Chaer menegaskan bahwa seperti tampak pada namanya, yang merupakan gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi, atau morfologi dan fonemik, bidang kajian morfofonologi atau morfofonemik biasanya dibahas dalam tataran morfologi tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Kajian ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam kajian morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Masalah morfofonemik ini terdapat hampir di semua bahasa yang mengenal proses-proses morfologis. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Diantaranya adalah proses:
(1) Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses
16
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 43-45.
(26)
pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada. Contoh, me + baca membaca;
(2) Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Juga, dalam proses pengimbuhan “akhiran”wan pada dasar sejarah, maka fonem [h] pada dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh, ber + renang berenang;
(3) Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan atau bisa dikatakan digantikan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu.
Contoh, me + sikat menyikat.
Dalam proses peluluhan fonem juga terdapat beberapa syarat ketentuan, bahwa pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan [s] diluluhkan dengan nasal [ny], konsonan [k] diluluhkan dengan nasal [ng], konsonan [p] diluluhkan dengan nasal [m], dan konsonan [t] diluluhkan dengan nasal [n]
(4) Perubahan fonem, yakni „berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi,
sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Perhatikan. ber + ajar belajar Contoh lain, dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada dasar ajur
terjadi perubahan fonem, di mana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Contoh, ter + ajur terlanjur
(5) Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –i pada dasar lompat, terjadi pergeseran dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti.
(27)
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Di sini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban. Contoh, ja.wab + an ja.wa.ban
Selain mengungkapkan jenis perubahan yang terjadi pada proses morfofonemik, Chaer menjelaskan mengenai proses morfofonemik pembentukan kata bahasa Indonesia dalam prefiks me-, ber-, dan ter-. Sedangkan untuk prefiks
di- Chaer tidak memberikan penjelasan karena prefiks di- hanya memiliki satu alomorf atau hanya memiliki satu bentuk saja, artinya prefiks di- tidak mengalami proses morfofonemik. Berikut morfofonemik dalam pembentukan bahasa Indonesia menurut Chaer.
1. Morfofonemik dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi „ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfiksasi pe-an, konfiksasi per-an, dan sufiksasi –an.
1) Prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa: a. pengekalan fonem; b. penambahan fonem; dan c. peluluhan fonem.
a. Pengekalan fonem di sini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilesapkan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh: me + rawat merawat;
b. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. Umpamanya, me + baca membaca. Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. umpamanya, me + dengar mendengar;
(28)
c. Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/.
Contoh: me + goda menggoda. Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu kata.
Misalnya: me + bom mengebom;
d. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Perhatikan contoh: me + sikat menyikat. 2) Prefiksasi
ber-Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa a) pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu; b) perubahan fonem /r/pada prefiks ber- itu menjadi fonem /l/; dan c) pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber- itu.
a. Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Misalnya, ber + renang berenang;
b. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar; tidak ada contoh lain.
Misalnya, ber + ajar belajar;
c. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di atas.
Misalmya, ber + obat berobat. 3) Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa: (a) pelepasan fonem /r/ dari prefiks ter- itu; (b) perubahan fonem /r/ dari prefiks ter- itu menjadi fonem /l/; dan (c) pengekalan fonem /r/ itu.
a. Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
(29)
Misalnya, ter + rasa terasa;
b. Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas. Contoh: ter + dengar terdengar.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan secara keseluruhan jenis perubahan pada prefiks me- dan ber- memiliki tiga jenis perubahan tetapi ada satu jenis perubahan yang berbeda. Prefiks me- mengalami tiga jenis perubahan, yaitu (1) pelepasan fonem, (2) pengekalan fonem, dan (3) perubahan fonem. Prefiks ber- mengalami tiga jenis perubahan, yaitu (1) pengekalan fonem, (2) perubahan fonem, dan (3) penambahan fonem. Prefiks ter- mengalami tiga jenis perubahan, yaitu (1) pelepasan fonem, (2) pengekalan fonem.
Jenis perubahan yang banyak dialami dalam proses morfofonemik prefiks ini hanya empat. Jenis perubahan pergeseran fonem biasanya dialami dalam proses morfofonemik sufiks dan konfiks.
2) Muhadjir17
Muhadjir menjelaskan kaidah proses morfofonemik dan alomorf yang digunakan pada bentuk dasar yang mengikutinya pada prefiks me-, ber-, ter-, dan di- khusunya pada bahasa Betawi, berikut penjelasannya.
(1) PREFIKS {mƏ (N)-}18
Prefiks {mƏ (N)-} memiliki lima buah alomorf, yaitu /mƏ/,/mƏm/, /mƏn/, /mƏň-/,dan /mƏŋ-/. Muhadjir membagi menjadi dua kelompok (1) alomorf /mƏ/ dan (2) alomorf /mƏ{N}-/, Alomorf /mƏ{N}-/ merangkum keempat alomorf selain /mƏ-/.
Alomorf /mƏ-/ dipakai di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan konsonan /r/,/l/,/w/,/y/, dan nasal; sedang /mƏ{N}-/ dipakai di depan bentuk dasar
lainnya. Pemilihan nasal pada alomorf /mƏ{N}-/ bergantung kepada fonem awal
17
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, (Jakarta: Djambatan, 1983), h. 50-56. 18
Penulisan morfem terikat {mƏ (N)-} oleh Muhadjir digunakan {mƏ (N)-} yang berbeda dengan Abdul Chaer {me-}.
(30)
bentuk dasar. Di depan bentuk dasar yang mulai dengan /b/ dan /p/ dipakai alomorf /mƏm-/; di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan /d/ dan /t/ dipergunakan alomorf /mƏn-/; di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan /j/, /c/, dan /s/ dipakai alomorf /mƏň-/; sedang di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan /g/,/k/, dan di depan vokal dipakai alomorf /mƏŋ-/. Contoh:{lawat} + {mƏ (N)-} →/mƏlawat/ „melewat‟
Seperti juga prefiks {N-}, nasal pada alomorf /mₔ {N}-/ pada bentuk dasar yang mulai dengan konsonan bersuara, yakni pada /b/,/d/,/j/,/g/, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung diimbuhkan kepada bentuk dasar. Tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara /p/,/t/,/c/, dan /k/, nasal
pada alomorf /mƏ{N}-/ menggantikan konsonan pertama bentuk dasar.
(2) PREFIKS {bƏ (r)-}19
Prefiks {bƏ (r)-} memiliki enam buah alomorf. Keenam alomorf itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: (1) lomorf /bƏ-/ dan /b-/, serta (2) alomorf /bƏr-/,/br-/,/bƏᴖ-/, dan /bl-/. Kedua kelompok alomorf itu saling melengkapi. Kelompok pertama dipakai di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan konsonan; sedangkan kelompok kedua dipakai di depan semua bentuk yang mulai dengan vokal. Alomorf /bl-/ bersifat istimewa, kemunculannya tidak dapat diramalkan. Berikut distribusi alomorf prefiks {bƏ (r)-} yang memiliki lima alomorf, beserta contohnya.
(a) Alomorf /bƏ-/ di pakai di depan semua konsonan, kecuali /l/ dan /r/ , seperti: {bisik} + {bƏ-} → /bƏbisik/‟berbisik‟;
(b) Alomrf /b-/ muncul di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan /l/ dan /r/, seperti: lagaᴖ}+{bƏ(r)-} →lagaᴖ/‟berlagak‟.
Tetapi alomorf ini juga dapat beralternasi dengan alomorf /bƏ-/. Kedua contoh tersebut dapat juga berbentuk /bƏlagaᴖ/ dan /bƏrasƐ/. Dalam ejaan yang dipakai dalam tulisan ini dipakai varian kedua: alomorf /bƏ-/;
19
Penulisan morfem terikat {bƏ (r)-}oleh Muhadjir digunakan {bƏ (r)-} yang berbeda dengan Abdul Chaer {ber-}.
(31)
(c) Alomorf /bƏr-/ dan /br-/ dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, seperti: alaŋan}+{bƏ(r)-} →/b(Ə)ralaŋan/
vokal, seperti: alaŋan}+{bƏ(r)-}
→/b(Ə)ralaŋan/‟berhalangan‟berhalangan‟;
(d) Alomorf /bƏᴖ-/ terutama dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan vokal yang ditutup oleh konsonan, seperti:
{arti}+{bƏ(r)-} →/bƏᴖarti/‟berarti‟.
Tetapi kebebasan untuk bervariasi antara alomorf /bƏ-/ dan /bƏᴖ-/ itu juga dimungkinkan. Bentuk dasar seperti {abaŋ}‟kakak laki-laki‟ bisa mengambil bentuk /bƏabaŋ/ maupun /bƏabaŋ/; sebaliknya, bentuk dasar {untuŋ} selalu mengambil bentuk /bƏruntuŋ/‟beruntung‟. Ejaan yang akan dipilih dalam tulisan ini bentuk alomorf /bƏ-/ dan bukan /bƏᴖ-/.
(e) Alomorf /bl-/, sepanjang data yang ada, hanya dipakai dalam satu kasus saja, yaitu pada bentuk dasar {ajar}:{ajar}+{bƏ(r)-} →/blajar/‟belajar‟ Jadi, alomorf ini bersifat istimewa, yang terjadi tanpa dapat diramalkan lingkungan fonologisnya. Dalam lingkungan yang sama, seperti pada {akar}‟akar‟ misalnya, tidak menjadi x/bakar/, melainkan /bƏrakar/, sekalipun lingkungan fonologisnya presis sama dengan {ajar}.
(3) PREFIKS {tƏ(r)-}20
Prefiks {tƏ(r)-} mempunyai dua alomorf yang berdistribusi komplementer, yaitu alomorf /tƏr-/ dan /tƏ-/. Berikut distribusi alomorf prefiks {tƏ(r)-} yang memiliki dua alomorf, beserta contohnya.
(a) Alomorf /tƏr-/ dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan vokal, seperti:{ikƏt}+ {tƏ(r)-}→ /tƏrikƏt/‟terikat‟;
Selain itu, alomorf /tƏr-/ juga muncul di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan /h/, seperti:{hinƐ}+ {tƏ(r)-}→/tƏrhinƐ/‟terhina‟;
20
Penulisan morfem terikat {tƏ (r)-} oleh Muhadjir digunakan {tƏ (r)-} yang berbeda dengan Abdul Chaer {ter-}.
(32)
(b) Alomorf /tƏ-/ dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan, kecuali /h/, seperti:{buka}+ {tƏ(r)-}→/tƏbuka/‟terbuka‟
(4) PREFIKS {di-}
Prefiks {di-} hanya mempunyai satu bentuk morf. Artinya, prefiks {di-} hanya memiliki satu bentuk dalam berdistribusi dengan konsonan dan vokal.
3) Arti Imbuhan Menurut Masnur Muslich21
Pembentukan kata dengan afiksasi menimbulkan arti yang beragam. Misalnya, kata menginstall, terinstall, dan diinstall memiliki arti yang berbeda. Kata
menginstall memiliki arti melakukan kegiatan install/memasang, kata terinstall
berarti telah melakukan kegiatan install/memasang, dan kata diinstall memiliki arti yang menyatakan suatru tindak yang pasif.
Berikut penjelasan Muslich mengenai arti imbuhan me-, ber-, ter-, dan di-.
(1) Morfem Imbuhan {meN-}22
Arti morfem imbuhan {meN-} sangat tergantung pada kelas kata bentuk dasarnya. Dan, dalam suatu kelas kata, masih ada lagi beragaman makna bagi berbagai kontruksi {meN-}. Apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, imbuhan {meN-} mempunyai arti „melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasarnya‟. Arti itu, misalnya, terdapat pada kata membaca, menulis, menarik, memukul, menjerat, dan masih banyak lagi. Di bagian lain, bergabung dengan datang sehingga menjadi mendatang, misalnya, arti imbuhan {meN-} menjadi lain; begitu juga bila {meN-} melekat pada bentuk hilang sehingga menjadi menghilang, arti morfem {meN-} sudah lain lagi. Begitulah, meski yang dilekati sama-sama kata kerja, arti morfem {meN-} berbeda-beda untuk setiap konstruksinya.
21
Masnur muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.41.
22
Penulisan morfem terikat {meN-} oleh Masnur Muslich digunakan {meN-} yang berbeda dengan Muhadjir {mƏ (N)-}dan Abdul Chaer {me-}.
(33)
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {meN-} dapat dikelompokkan atas empat kelas, yaitu bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda, sifat (adjektiva), dan bilangan (numeralia). Secara keseluruhan Masnur Muslich mengklasifikasikan arti morfem afiks {meN-} menjadi 16. Pertama, apabila prefiks me- bentuk dasarnya berkelas kata kerja, imbuhan {meN-} mempunyai tiga arti, yaitu: (1) „melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar‟: Mengambil „melakukan tindakan ambil‟; (2) „menjadi seperti tersebut dalam bentuk dasar „atau‟ dalam keadaan seperti bentuk dasar‟: Melarut
„menjadi/dalam keadaan larut‟; (3) „membuat kesan seperti pada bentuk dasar dengan sengaja‟:Mengalah„membuat kesan kalah dengan sengaja‟.
Kedua, apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan {meN-} mempunyai 11 arti, yaitu: (1) „pergi ke …‟ atau „menuju ke ….‟, misalnya:
Mendarat „menuju ke darat‟; (2) „mencari‟ atau „mengumpulkan‟, misalnya:
Merumput „mencari mengumpulkan rumput‟; (3) „menjadi sebagaimana yang disebut pada bentuk dasar‟: Membuah „menjadi buah‟; (4) „membubuhkan apa yang tersebut pada bentuk dasar‟:Mencap „membutuhkan cap‟ (5) „membuat apa yang tersebut pada dasar‟, misalnya: Menyate„membuat sate‟; (6) „berlaku seperti yang tersebar pada bentuk dasar‟, misalnya: Membabi buta „berlaku seperti babi buta‟; (7) „melakukan tindakan dengan alat seperti bentuk dasar‟ atau „menggunakan alat seperti bentuk dasar‟: Menyabit „menggunakan sabit‟; (8)
„meminum/menghisap seperti yang tersebut pada bentuk dasar‟: Mengopi
„meminum kopi‟; (9)„menyerupai seperti bentuk dasar‟: Menyemut „menyerupai
semut‟; (10) „dalam keadaan berfungsi sebagai seperti bentuk dasar‟: Menjanda
„dalam keadaan berfungsi sebagai janda‟; (11) „mengeluarkan bunyi seperti
bentuk dasar‟:Mengeong„mengeluarkanbunyi ngeong‟;
Ketiga, apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan {meN-} mempunyai arti seperti dideskripsikan berikut ini: (1) „menjadi seperti bentuk
dasar dengan sendirinya: Menguning (padi) „menjadi kuning dengan sendirinya‟; (2) „menimbulkan kesan seperti bentuk dasar‟ Memanjang „menimbulkan kesan
(34)
panjang‟ (pengunungan Bukit Barisan memanjang ke utara sepanjang Pulai Sumatra);
Keempat, arti awalan {meN-}, bila bergabung dengan bentuk berkelas kata bilangan (numeralia), adalah „menjadi seperti dalam bentuk dasar‟. Misalnya:
menyatu„menjadi satu‟, mendua„menjadi dua‟, meniga„menjadi tiga‟.
Jadi penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa arti imbuhan {meN-} membentuk kelas kata menjadi kata kerja atau verba. Artinya, imbuhan {meN-} menyatakan suatu kegiatan atau pekerja yang bersifat aktif.
(2) Morfem Imbuhan {Ber-}23
Bentuk dasar yang dapat bergabung dengan imbuhan {Ber-} dapat dikelompokkan atas empat kelas, yaitu bentuk dasar yang berkelas kata kerja, benda, sifat (adjektiva), dan bilangan (numeralia). Betikut ini disajikan secara berkelompok arti imbuhan {Ber-} pada setiap kelas kata tersebut.
Secara keseluruhan Masnur Muslich mengklasifikasikan arti morfem afiks {Ber-} menjadi 12. Pertama, apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja, maka imbuhan {Ber-} mempunyai arti seperti berikut: (1) „dalam keadaan seperti bentuk dasar‟: Berada „dalam keadaan ada‟; (2) „menjadi seperti bentuk dasar‟:
Berubah „menjadi ubah‟; (3) „melakukan seperti bentuk dasar‟: Berkerja
„melakukan kegiatan kerja‟.
Kedua, apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda, imbuhan {Ber-} mempunyai beberapa kemungkinan arti sebagai berikut: (1) „memakai‟ atau „mengenakan‟, misalnya: Bersepatu „memakai atau mengenakan sepatu‟; (2)
„mempunyai apa yang tersebut pada benttuk dasarnya‟, misalya: Bersuami
„mempunyai suami‟; (3) „mengeluarkan‟. Misalnya: Berdarah „mengeluarkan
darah‟; (4) „mengerjakan‟ atau „menggarap‟,misalnya:Bersawah „mengerjakan
atau menggarap sawah‟; (5) „mengendarai‟ atau mempergunakan‟,misalnya:
23
Penulisan morfem terikat {Ber-} oleh Masnur Muslich digunakan {Ber-} yang berbeda dengan Muhadjir {bƏ (N)-} dan Abdul Chaer {ber-}.
(35)
Berkuda„mengendarai/mempergunakan kuda‟; (6) „bermain seperti bentuk dasar‟:
Bertinju„bermain tinju‟;
Keempat, apabila bentuk dasarnya berkelas kata sifat, imbuhan {Ber-} mempunyai arti „dalam keadaan‟, misalnya berduka, bersedih, bergembira, dan banyak lagi.
Kelima, apabila bentuk dasarnya berkelas kata bilangan imbuhan {Ber-} mempunyai arti „menjadi‟ atau kumpulan yang terdiri atas jumlah yang tersebut bentuk dasar‟, misalnya bersatu „kumpulan yang terdiri atas satu, berdua,
berlima, berempat dan sebagainya‟. Bila ada proses pengulangan pada kelas
numeralia ini, maka morfem {Ber-} menujuk arti „dalam jumlah kelipatan seperti tersebut bentuk dasar‟. Misalnya berpuluh-puluh „dalam jumlah kelipatan seperti berjuta-juta, dan sebagainya.
Jadi penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa arti imbuhan {Ber-} secara umum membentuk kelas kata menjadi kata kerja. Namun harus diperhatikan kembali, pada bentuk dasar yang mengikuti imbuhan {Ber-}, apabila yang bentuk dasarnya berkelas kata bilangan maka bukan membentuk kata kerja tetapi membentuk kata bilangan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pengecualian pada imbuhan {Ber-} yang diikuti bentuk dasar berkelas kata bilangan.
(3) Morfem Imbuhan {ter-}24
Bentuk dasar yang dapat bergandengan dengan imbuhan {ter-} adalah bentuk dasar yang berkelas kata kerja, kata sifat, dan kata benda. Bila awalan {ter-} melekat pada kelas benda, makna yang timbul.
Secara keseluruhan Masnur Muslich mengklasifikasikan arti morfem afiks {meN-} menjadi 10. Pertama, apabila bentuk dasarnya berkelas kata benda imbuhan {ter-} mempunyai dua arti, yaitu: (1) „tak sengaja di (seperti bentuk
24
Penulisan morfem terikat {ter-} oleh Masnur Muslich digunakan {ter-} yang berbeda dengan Muhadjir {tƏ (r)-} dan sama dengan yang digunakan Abdul Chaer {ter-}.
(36)
dasar)‟: Tercangkul „tak sengaja dicangkul‟; (2) „dapat di (seperti bentuk dasar) kan/I‟: Tergambar „dapat digambarkan‟;
Kedua, apabila bentuk dasarnya berkelas kata kerja maka imbuhan {ter-} mempunyai empat arti, yaitu: (1) „menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak disengaja‟, misalnya tersentuh, tertiup, tergeret, terganggu; (2) „dapat‟ atau „sanggup‟, misalnya: Terangkat dalam kalimat meskipun berat, batu itu terangkat juga; (3) „menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai (perfektif)‟, misalnya:
Tertulis dalam kalimat pendapat dia tertulis di rumusan hasil seminar; (4) „ketiba -tibaan‟,misalnya: Teringat dalam kalimat setelah melihat kejadian itu, ia teringat peristiwanya sendiri dua tahun yang lalu.
Boleh jadi, {ter-} berganda arti; tercetak, misalnya, bisa berarti (1) „tak sengaja dicetak‟, bisa pula „sudah dicetak‟ ; termakan bisa berarti (2) „sudah dimakan‟, bisa pula „dapat dimakan‟.
Ketiga, apabila bentuk dasarnya berupa kelas kata sifat, imbuhan {ter-} mempunyai arti paling‟, misalnya terpandai, „paling pandai‟, terpendek, tertinggi
dan masih banyak lagi.
Jadi penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa arti imbuhan {ter-} secara umum membentuk kelas kata menjadi kata kerja. Namun harus diperhatikan kembali, pada bentuk dasar yang mengikuti imbuhan {ter-}, apabila yang bentuk dasarnya berkelas kata sifat maka bukan membentuk kata kerja tetapi membentuk kata sifat. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pengecualian pada imbuhan {ter-} yang diikuti bentuk dasar berkelas kata sifat.
(4) Morfem Imbuhan {di-}
Arti imbuhan {di-} hanya satu, yaitu „menyatakan suatu tindakan yangpasif‟, misalnya diambil, diangkat, disiram, dibayar, dan sebagainya. Pengertian pasif di sini tidak berarti tidak disengaja atau tidak melakukan apa pun sama sekali. Tetapi, pengertian pasif di sini semata-mata dihubungkan dengan fungsi subjeknya.
(37)
Arti imbuhan {di-} hanya satu karena alomorf dan bentuk imbuhan {di-} hanya satu, artinya tidak memiliki wujud lain pada bentuk dasar yang berawalan dengan fonem apapun. Misalnya, diinstall, didrop, didrag, difilter merupakan bentuk kata yang terdiri dari prefiks di- dan kata dasar IT yang menyatakan suatu tindakan pasif.
4) Istilah Teknologi Informasi
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu.25 Istilah merupakan kesatuan kata yang bergabung dan memiliki makna tertentu di suatu bidang.
Selanjutnya TI (Teknologi Informasi) merupakan penggunaan teknologi seperti computer, elektronik, dan telekomunikasi untuk mengolah dan mendistribusikan informasi dibentuk digital. Puskur Diknas Indonesia mengungkapkan TI adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Jadi, TI (Teknologi Informasi) adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan dapat digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintah.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah TI (Teknologi Informasi) adalah gabungan kata yang memiliki makna dalam bidang TI. Istilah tersebut digunakan dalam menyampaikan pengolahan data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan dapat digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintah.
Penelitian ini membahas mengenai istilah TI yang digunakan dalam tujuh buku bidang TI, baik istilah yang masih asing maupun yang telah disempurnakan dalam bahasa Indonesia.
25
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Bahasa, 2008), h. 566.
(38)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu mengenai proses morfofonemik, yaitu: Pada tahun 2005, Teguh Sarosa mahasiswa Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora, program studi linguistik, UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta menulis tesis yang “Proses Morfofonemik Afiksasi dalam Bahasa Indonesia”. Penelitian Teguh mengacu pada setiap bentuk afiksasi untuk mendapatkan variasi proses morfofonemik yang mungkin terjadi. Afiks yang digunakan dalam pross afiksasi yaitu {meN-}, {meN-i}, {meN-kan}, {peN-}, {peN-an}, }, an}, {ber-kan}, {per-}, {per-an}, {-an}, {ke-an}, {-i}, {-wan}, {ter}, {di-}.26 Penelitian ini berobjek pada bahasa Indonesia dan meneliti proses morfofonemik seluruh afiks dalam bahasa Indonesia.
Kemudian pada tahun 2013, Heru Tafiyanto mahasiswa Program studi pendidikan bahasa dan sastra Jawa melakukan penelitian morfofonemik dengan
judul “Analisis Morfofonemik pada Cerita Bersambung Pak Guru dalam Majalah
Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Suhindriyo”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfofonemik dan jenis-jenis morfofonemik. Pada penelitian tersebut Heru meneliti objek cerita bersambung yang menggunakan bahasa Jawa.27 Penelitian ini berobjek bahasa Jawa dan meneliti proses morfofonemik yang terjadi dalam Cerita Bersambung Pak Guru. Mendeskripsikan proses morfofonemik dan mengelompokkan jenis perubahan yang terjadi.
Pada tahun yang sama, Arif Sunarya mahasiswa Program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Lambung Mangkurat melakukan penelitian morfologi dengan judul “Proses Morfofonemik dalam Surat Kabar Harian Metro Banjar”. Pada penelitian tersebut, Arif mendeskripsikan
26 Teguh Sarosa, “Proses Morfofonemik Afiksasi dalam Bahasa Indonesia”, diakses melalui
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html &buku_id=28544&obyek_id=4, diunduh pada 18 Maret 2013, pukul 15.00.
27 Heru Tafiyanto, “Analisis Morfofonemik pada Cerita Bersambung
Pak Guru dalam Majalah Diaka Lodang Tahun 2012 Karya Suhindriyo” dalam Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo, Vol. 03 / No. 06 / November 2013, h. 24-29.
(39)
peristiwa morfofonemik dan jenis-jenisnya yang muncul pada Surat Kabar Harian Metro. Banjar.28 Arif Sunarya meneliti proses morfofonemik pada objek yang berbeda, yaitu Surat Harian Metro Banjar bahasa Indonesia. Arif Sunarya meneliti menggunakan pijakan teori Abdul Chaer. Hasil penelitian mendeskripsikan proses morfofonemik pada data media massa dan mengelompokkan jenis-jenis perubahannya.
Pada tahun 2005 Yulia Trisnawati Gayatri, mahasiswa Universitas Indonesia
menuliskan skripsi “Proses Morfofonemik Pembentukan Nomina Bersufiks
Diminutif dalam Bahasa Perancis”. Penelitian tersebut mendeskripsikan pembentukan nomina derivatif bersufiks diminutif derivatif dalam bahasa Perancis dan perubahan morfofonemiknya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses morfofonemik pelekatan sufiks diminutif pada bentuk dasar yang ada dalam bahasa Perancis. 29 Penelitian ini memiliki objek yang berbeda pula dengan ketiga sebelumnya. Objek penelitian yang dilakukan Yulia adalah bahasa Perancis. Mendeskripsikan proses morfofonemik sufiks (akhiran) diminutif dengan bentuk dasar yang ada dalam kosakata bahasa Perancis.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, peneliti melakukan penelitian mengenai proses morfofonemik bahasa Indonesia prefiks me-, ber-, ter-, dan
di-dalam istilah TI di tujuh buku TI. Peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana proses morfofonemik bahasa Indonesia dan jenis-jenis perubahan dalam istilah TI yang ditemukan dalam tujuh buku TI yang berbeda objek dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
28 Arif Sunarya, “Penelitian Proses Morfofonemik Dalam Surat Kabar Harian Metro Banjar”, diakses melalui http://arifsunarya.wordpress.com/2010/12/07/penelitian-proses-morfofonemik-dalam-surat-kabar-harian-metro-banjar/, diunduh pada 17 Maret 2013, pukul 14:07. 29 Yulia Trisnawati Gayatri, “Proses Morfofonemik Pembentukan Nomina Bersufiks Diminutif dalam Bahasa Perancis”, diakses melalui www.pps.unud.ac.id/.../unud-440-938566202-thesis%20-%20final.pdf .11.30 pukul ,2013 Maret 11 diunduh pada ,
(40)
25
memperoleh keabsahan terhadap masalah tertentu yang diajukan di dalam suatu penelitian. Usaha tersebut dilakukan dengan sistematis, karena membutuhkan jawaban dan penyelesaian yang benar dan logis. Adapun pilar-pilar metodologi dalam penelitian ini sebagai berikut:
Skema Konseptual 1
Sumber (Muhammad, 2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga parameter: ancangan, metode, dan teknik. Ancangan merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir yaitu ilmu Morfologi, metode kualitatif, teknik pengambilan data simak dan catat, dan teknik analisis data unsur langsung (surlang).
Metodologi Penelitian
Ancangan Metode
Morfologi -Morfofonemik
-Peta Fonem Vokal dan Konsonan
Kualitatif
Teknik
Teknik Pengumpulan
Data: Teknik Simak dan
Catat Hasil Penelitian
Deskriptif
Objek Penelitian
Monolog
Teknik Analisis
Data: Teknik
Unsur Langsung
(41)
B. Metode Penelitian
Muhammad mengungkapkan bahwa metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari satu paradigma, yang merupakan aspek nyata, cara melaksanakan penelitian. Di dalamnya terdapat jenis penelitian, data, sumber data, dan metode penelitian yang meliputi pengadaan, analisis dan penyedian data.1
Penggunaan metode atau teknik penelitian sama halnya dengan cara melaksanakan aktivitas penelitian dalam menjawab persoalan yang terdapat dalam penelitian. Metode berkaitan dengan fokus, situasi, dan jadwal yang merupakan tiga hal yang sangat menentukan bagaimana sebuah data dapat terkumpul sehingga dapat dianalisis, disajikan dan dibahas. Metode juga menentukan peran penelit.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Pada penelitian kualitatif, data yang terkumpul umumnya kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka.2 Paradigma penelitian kualitatif menganjurkan bahwa masalah-masalah kehidupan ini harus didekati dengan menggunakan asumsi bahwa tidak ada satu hal pun yang sifatnya sepele, melainkan bermakna.
Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan dan mendorong pemahaman tentang pengalaman manusia dalam berbagai bentuk. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh.3
Penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan, penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk mengajukan
hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”.4
Dengan demikian pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
1
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 168.
2
Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h.61.
3
Ibid., h. 32-33.
4
(42)
kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfofonemik peristilah TI terdapat dalam tujuh buku TI.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah proses morfofonemik bahasa Indonesia dalam istilah Ilmu Teknologi yang terdapat dalam tujuh buku yang berhubungan dengan TI. Proses morfofonemik adalah salah satu gejala dari proses pembentukan kata afiksasi. Proses morfofonemik terjadi pada morfem terikat dan morfem bebas, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Fokus morfem terikat pada penelitian ini adalah prefiks me-, ber-, ter-, dan di-. Dan fokus morfem bebas pada penelitian ini adalah istilah TI dalam tujuh buku.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah tujuh buku TI, yaitu 1. Putra, Indra. Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0. 2. Hermawan, Julius. Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. 3. Karuniawan, Bagus. Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. 4. Budiharto, Widodo. Visual Basic.NET 2005. 5. Dian Sano, Albert V.
24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. 6. Steve Potts dan Clayton Walnum.
Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. 7. Hidayat, Sidiq Syamsul. Dkk.
Wireless Hacking Tools dan Tricks.
E. Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan metode, teknik dan kiat sebagai upaya dalam mengumpulkan data. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: metode simak dengan teknik catat, dan metode cakap dengan teknik cakap tansemuka serta teknik catat. Adapun sebagai cara peneliti untuk melaksanakan, menerapkan, atau memanfaatkan teknik secara objektif maka peneliti menggunakan kiat tertentu yaitu menggarisbawahi sebagai kiat dalam mencatat
(43)
data. Tujuan penggunaan garis bawah tersebut dapat membantu mengidentifikasi data berupa kata-kata yang mengalami proses morfofonemik.
1. Metode Simak
Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini peneliti menyimak penggunaan bahasa tulis yang terdapat dalam tujuh buku TI. Simak merupakan kegiatan permulaan, mengamati satuan bahasa tulis dalam tujuh buku TI, kemudian membuat beberapa catatan. Teknik yang digunakan peneliti yaitu teknik catat.
a) Teknik Catat
Dalam menjalankan metode simak peneliti menggunakan teknik catat atau
taking note method. Pencatatan dilakukan dengan kartu data yang telah disediakan. Setelah melakukan pencatatan peneliti mengklasifikasian atau mengelompokan data sesuai dengan kelompoknya yang berpedoman dengan peta vokal dan konsonan. Berikut ini adalah contoh kartu data yang digunakan dalam penelitian.
Contoh Kartu Data
1. Fonem /… /
NO Data/Fakta Kaidah Morfofonemik
bahasa Indonesia
Makna
N
o
m
o
r
D
a
ta
Proses
morfofonemik yang ditemukan dalam tujuh buku TI
Analisis kaidah morfofonemik yang sesuai dengan kaidah morfofonemik bahasa Indonesia
Makna kata setelah
mengalami proses morfofonemik
Kartu data dirancang sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan, agar memudahkan dalam mengidentifikasi kata morfofonemik.
(44)
F. Jenis Data
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah tujuh buku yang berhubungan dengan TI, yang terdapat istilah IT yang mengalami proses morfofonemik.
Identitas tujuh buku tersebut adalah :
1. Judul Buku : Analisa-Desain dan Pemrograman
Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET.
Pengarang : Julius Hermawan
Penerbit : ANDI
Cetakan : Cetakan Pertama, 2004
Tebal : 116 halaman
2. Judul Buku : 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL.
Pengarang : Albert.V. Dian Sano
Penerbit : ANDI
Cetakan : Cetakan Pertama, 2005
Tebal : 148 halaman
3. Judul Buku : Visual Basic.NET 2005. Pengarang : Widodo Budiharto
Penerbit : ANDI
Cetakan : Cetakan Pertama, 2006
Tebal : 180 halaman
4. Judul Buku : Sistem Informasi Manajemen dengan Visual
Basic 6
Pengarang : Bagus Kurniawan
Penerbit : ANDI
(45)
Cetakan Keempat, 2004
Tebal : 142 halaman
5. Judul Buku : Dasar-dasar Pemrograman Borland C++
Pengarang : Steve Potts dan Clayton Walnum
Penerbit : ANDI
Cetakan : Cetakan Pertama, 1997 Cetakan Keempat, 2013
Tebal : 270 halaman
6. Judul Buku : Wireless Hacking Tools dan Tricks
Pengarang : Sidiq Syamsul Hidayat
Penerbit : Graha Ilmu
Cetakan : Cetakan Pertama, 2013
Tebal : 106 halaman
Judul Buku : Membuat Program Aplikasi Nyata dengan Visual Basic 6.0
Pengarang : Indra Putra
Penerbit : ANDI
Cetakan : Cetakan Pertama, 2004
Tebal : 292 halaman
Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu: buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan proses morfofonemik, selain itu peneliti juga menggunakan referensi lain untuk menambah pengetahuan dalam mengkaji proses morfofonemik.
G. Analisis Data
Peneliti menghubungkan teori, cara menganalisis data, dan semua data yang telah dikumpulkan melalui observasi dan teknik catat, yang dianalisis berdasarkan sifat data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh melalui dua teknik, yaitu:
(46)
1. Teknik analisis morfofonemik, dengan cara mencatat proses morfofonemik yang terdapat dalam tujuh buku TI diangggap sebagai data primer yang dianalisis melalui konsep proses morfofonemik berdasarkan teori-teori yang dijabarkan oleh ahli linguistik. Dalam menganalisis morfofonemik, peneliti merujuk kepada teori proses morfofonemik yang dikemukakan oleh Muhadjir, dkk.
2. Teknik unsur langsung/surlang, peneliti mengobservasi data dengan mengklasifikasikan sesuai dengan peta fonem vokal dan peta fonem konsonan.
Fonem /i/
{me-} + {install} = {menginstall} Fonem /d/
{di-} + {drag-and-drop} = {didrag and drop}
H. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur dalam mengidentifikasi data proses morfofonemik dalam tujuh buku adalah sebagai berikut:
1. Membaca tujuh buku TI;
2. Mencermati tujuh buku TI mengenai morfofonemik yang terdapat didalamnya;
3. Menandai kosa kata yang mengalami proses morfofonemik, prefiks me-, ber-me-, ter-me-, dan di- dengan istilah TI;
4. Menganalisis kata yang mengalami proses morfofonemik morfofonemik;
5. Mengklasifikasikan kosa kata yang mengalami proses morfofonemik, prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dengan istilah TI yang berpedoman pada peta vokal dan konsonan;
6. Menuliskan data hasil klasifikasi;
7. Menganalisis kaidah morfofonemik yang sesuai dengan bahasa Indonesia;
(47)
8. Memberikan kesimpulan mengenai proses morfofonemik dalam tujuh buku TI.
Kegiatan Meneliti Proses Morfofonemik dalam Tujuh Buku TI
Skema Konseptual 3
Sumber (Muhammad, 2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.
I. Fokus Penelitian
Fokus penelitian terhadap proses morfofonemik, yaitu proses afiksasi prefiks me, ber-, ter, dan di- dengan istilah TI, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata.
Data Morfofonemik dalam Tujuh Buku TI
Fokus dan Tujuan Penelitian
Klasifikasi Data Morfofonemik
Teori
Metodedan Teknik
Hasil Olahan Data Morfofonemik dalam Tujuh
(48)
(49)
(50)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis morfofonemik yang selama ini dilakukan orang, selalu berpusat pada morfem nonakar saja. Golongan morfem akar tidak mendapat perhatian sewajarnya. Hal ini memberikan kesan seakan-akan golongan morfem akar seluruhnya hanya memiliki satu bentuk tunggal.1 Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak hanya membahas morfem nonakar melainkan juga membahas mengenai morfem akar.
Berdasarkan kenyataan tersebut, secara keseluruhan, semua morfem – baik morfem akar, maupun morfem nonakar – dalam tingkat analisis morfofonemik, akan dianggap belum memiliki bentuk fonologi yang tunggal. Sesuai dengan itu, kedua kelompok tersebut akan ditempatkan dalam tanda kurung kurawal {}, sebagai lambang bentuk morfem yang memiliki lebih dari satu realisasi.2
Peneliti membahas mengenai morfem akar yaitu bentuk kata yang tidak bisa dibagi lagi sedangkan morfem nonakar adalah bentuk kata yang sudah mengalami proses morfologis. Penelitian membahas mengenai morfem akar dan morfem non akar (me-, ber-, ter-, dan di-) dengan objek istilah IT dalam tujuh buku IT. Pembahasan penelitian ini berdasarkan prefiks secara urut (me-, ber-, ter-, dan di-) dengan panduan peta fonem vokal dan peta fonem konsonan. Sebelum membahas hasil penelitian tersebut, berikut peneliti deskripsikan tujuh buku IT yang menjadi objek penelitian.
1
Muhadjir, Morfologi Dialek Jakarta, (Jakarta: Djambatan, 1983), h. 45. 2
(51)
1) Deskripsi Tujuh Buku Teknologi Informasi
Objek penelitian proses morfofonemik pada tujuh buku Teknologi Informasi yang digunakan adalah buku pengantar pembelajaran pada bidang studi/jurusan Teknologi Informasi di perguruan tinggi. Berikut deskripsi buku tersebut.
1. Analisa Desain & Pemograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.Net
Buku ini berisi mengenai sebelum pembuat software, desain dan langkah-langkah aplikasi. Buku ini sangat penting bagi programmer yang mengalami kendala dalam pembuatan aplikasi ketika membuat projek software. Dilengkapi dengan langkah-langkah yang sistematis dalam membuat sebuah aplikasi. Buku ini merupakan bacaan wajib sebelum membuat sebuah aplikasi pemograman.
2. 24 Jam Menguasai HTML, JSP dan MySQL
Buku ini membahas mengenai JSP (Java Server Page) dalam web. JSP merupakan salah satu bahasa pemograman yang berguna untuk pengembangan web, yang biasanya didominasi oleh PHP dan ASP. Buku ini menjelaskan mengenai mengembangkan web dengan memberikan pembelajaran dasar yaitu HTML, kemudian pengembangan selanjutanya dengan JSP lalu menghubungkan kedatabase dengan MySQL.
3. Visual Basic.Net 2005
Pengenalan Visual basic.Net 2005 merupakan bahasa lanjutan dari visual basic 6. Bahasa pemograman ini terus berkembang seiring dengan kebutuhan web. Melalui dasar visual basic.net aplikasi tersebut menggunakan database SQL server 2005 yang memiliki jumlah penyimpanan lebih besar dibandingkan dengan visual basic 6. Pada visual basic.net yang berkembang dalam versi desktop dan web disesuaikan dengan kebutuhan user. Buku ini tidak hanya membahas visual basic.net tetapi membahas mengenai kegunaan dari ms.frontpage dan javascript. 4. Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6
(52)
Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6 digunakan untuk memanajemen sebuah aplikasi khususnya aplikasi dengan dasar Visual Basic 6. Buku ini berisikan informasi-informasi dan langkah-langkah mengoptimalkan aplikasi sebelum aplikasi tersebut final. Buku ini juga menyajikan gambaran untuk mempermudah dalam membuat alogaritma dari aplikasi. Dengan menggambar sebuah alur dari aplikasi yang ingin dibuat mempermudah dalam membuat kode Visual Basic 6.
5. Dasar-Dasar Pemograman Borland C++
Buku Dasar-Dasar Pemograman Borland C++ membahas mengenai bahasa pemograman C. Bahasa pemograman C bisa berjalan di windows dengan bantuan MSDOS. Kelebihan software ini adalah berjalan sangat cepat karena memori yang digunakan untuk menjalankan aplikasinya kecil. Buku ini membahas dasar pemograman C++ menyajikan untuk pemograman.
6. Wirelless Hacking Tols & Tricks
Wireless tools kit for all merupakan buku yang berisikan kumpulan software-software yang digunakan untuk memantau jaringan wireless. Buku ini digunakan untuk belajar dasar-dasar jaringan wireless. Bahasa yang digunakan mudah dipahami untuk orang awam dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
7. Membuat Program Aplikasi Nyata dengan Visual Basic 6.0
Buku ini membahas mengenai pemograman dasar dalam membuat aplikasi Visual Basic 6. Di dalam buku ini memberikan panduan dari awal hingga akhir sesuai dengan kebutuhan aplikasi yang ingin programmer buat. Tidak hanya diajarkan namun kita juga mempraktikan kasus aplikasi untuk mempermudah pembelajaran. Buku ini juga menerangkan kode-kode yang dipakai dalam aplikasi tersebut secara rinci.
2. Struktur Morfem Akar
Sekalipun sebagai morfem akar memiliki lebih dari satu morf, namun sebagian besar memiliki bentuk fonologis tunggal. Morfem akar yang
(1)
Lampiran 5
jenis paragraf yang telah dipelajari
Guru menjelaskan mengenai pembelajaran yang akan membahas mengenai paragraf eksposisi
INTI Eksplorasi
Guru memberikan rangsangan mengenai materi yang akan dibahas dengan bertanya jawab mengenai paragraf eksposisi
Guru memberikan contoh penulisan paragraf eksposisi dalam teks TI
Elaborasi
Siswa membaca contoh paragraf eksposisi Siswa mengidentifikasi karakteristik paragraf
eksposisi
Siswa ditugaskan menulis paragraf eksposisi Siswa mengidentifikasi kata berimbuhan
dalam paragraf eksposisi
Siswa ditugaskan menyunting paragraf eksposisi yang ditulis teman
Siswa dibentuk kelompok untuk
mendiskusikan paragraf eksposisi dan kata berimbuhan yang terdapat dalam paragraf tersebut.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui
Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui. Kreatif Mandiri Bersahabat/ komunikatif Tanggung jawab Kepemimpi nan PENUTUP (Internalisasi dan persepsi)
Siswa merefleksikan karakteristik paragraf eksposisi
Siswa merefleksikan kata berimbuhan dalam paragraf eksposisi
Siswa mengerjakan uji kompetensi
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kuis uji teori
Bersahabat/ komunikatif
METODE DAN SUMBER BELAJAR
Sumber Belajar
v Pustaka rujukan Alex Suryanto dan Agus Haryanta. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta : ESIS-Erlangga
(2)
Lampiran 5
halaman: 136-142
Buku-buku tentang paragraf eksposisi dan kata berimbuhan.
Dan buku Tata Baku Bahasa Indonesia karya Alwi Hasan, dkk.
Material: VCD, kaset, poster
v Media cetak dan elektronik
Wacana atau teks TI yang ada di media cetak atau media elektronik
Website internet Narasumber Model peraga
v Lingkungan Kejadian di masyarakat yang sesuai dengan materi paragraf eksposisi
Metode
v Presentasi
v Diskusi Kelompok v Inquari
Demontrasi /Pemeragaan Model PENILAIAN TEKNIK PENILAIAN v
Tes Lisan v Tes Tertulis Observasi Kinerja/Demontrasi v
Tagihan Hasil Karya/Produk: tugas, projek, portofolio
v
Pengukuran Sikap Penilaian diri
(3)
Lampiran 5
INSTRUMEN SOAL
Daftar pertanyaan untuk tes lisan tentang pengertian, ciri-ciri, dan isi paragraf eksposisi Daftar pertanyaan untuk tes lisan tentang paragraf eksposisi
Daftar perintah untuk diskusi, presentasi, dan pengukuran sikap
(4)
(5)
BIOGRAFI PENULIS
Wulandari Nur Fajriyah, lahir di Pringsewu. Anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan H. Masduqi,M.Pd.I dan Hj. Esti Utami, S.Pd, yang beralamatkan di Jln. Kesehatan, Pringsewu Selatan, Pringsewu, Lampung. Penulis memiliki empat orang adik yang bernama Afwan Malik Al-Mumtaz, Najwa Sabillah Estimas, Malika Hayu Mawadah Estimas, dan
Adimah Sa’din Estimas. Penulis memulai Pendidikan Taman
Kanak-Kanak Bustanu Alfa 3 Pringsewu Selatan melanjutkan ke SD Muhammadiyah Pringsewu. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP Darul Mutaqien Bogor pindah ke MTs N Pringsewu dan melanjutkan ke MAN 1 (Model) Bandar Lampung.
Setelah lulus dari MAN penulis mendaftarkan diri untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pada tahun 2010 sesuai dengan jurusan ketika MAN yaitu IAI (Ilmu Agama Islam) penulis melanjutkan ke Universitas Islam Negeri. Melalui ujian mandiri penulis lulus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam komunikasi nasional. Sebagai media komunikasi bahasa memiliki peran penting dalam pembelajaran, buku, pertemuan nasional, dan segala aspek kehidupan salah satunya dalam Teknologi. Teknologi yang berkembang membuat komunikasi semakin lancar dan pesat sehingga penggunaan bahasa pun semakin berkembang dan dimanis bersentuhan dengan istilah- istilah Teknologi. Bahasa yang terkumpul dari kumpulan kata-kata dari berbagai bahasa di dunia salah satunya bahasa Inggris yang mempengaruhi dan menambah rasa ingin tahu penulis untuk memahami proses pembentukan kata yang dalam ilmu linguistik disebut proses morfofonemik. Rasa bangga menjadi pemuda Indonesia yang ikut melestarikan bahasa Indonesia menjadi semangat meneliti dalam mengembangkan ilmu bahasa khususnya bahasa Indonesia
(6)
Proses morfemis memiliki banyak cara, salah satunya adalah proses morfofonemik prefiks. Melalui skripsi yang berjudul “Proses Morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dalam peristilahan Teknologi Informasi di dalam
tujuh buku TI” di bawah bimbingan Dr. Darsita S, M. Hum. Penulis berupaya
menganalisis dan mendeskripsikan proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dalam istilah Ilmu Teknologi yang berkembang saat ini. Pesatnya berkembangan teknologi dan komunikasi saat ini tidak terlepas dengan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasinya khususnya dalam menggunaakan prefiks dengan kata dasar istilah teknologi. Semoga menjadi karya yang bermanfaat. Amin....