Morfem Nonakar Hasil Penelitian dan Pembahasan

bentuk kata menginstalasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 20 Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu menyatakan „kegiatan memasang‟. 5. {unduh} + {m ǝ {N}-} megunduh „mengkopi berkas‟ 6. {update} meng-update „memperbaharui‟ 7. {upload} meng-upload „memindahkan‟ Data nomor 5 diambil dari kalimat, “Selain itu tersedia juga script yang sudah tersedia, anda tinggal mengunduh nya lewat internet”. 21 Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk., Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 41. Kata mengunduh merupakan hasil afiksasi terhadap leksem unduh, yang memiliki makna „memanen buah, mengkopi berkas dari layanan informasi dari komputer lain ke komputer yang digunakan ‟ 22 . Kata unduh merupakan kata serapan dari bahasa Jawa yang sudah. Hal tersebut menandakan bahwa konsep kata unduh sudah dimiliki oleh bahasa Indonesia dengan objek pertanian. Kata unduh merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata unduh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 23 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata unduh menjadi bentuk mengunduh merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {unduh}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata update menjadi bentuk kata mengupdate merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 24 Setelah mengalami 20 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 21 Sidiq Syamsul Hidayat, dkk., op.cit, h. 46. 22 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op.cit, h. 1528. 23 Muhajir, op.cit, h. 51. 24 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „mengkopi berkas‟. Data nomor 6 diambil dari kalimat, “Tugas seorang admin adalah meng-update web tersebut menambah, mengganti, maupun menghapus produk yang ditampilkan”. Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta: ANDI, 2005, h. 113. Kata meng-update merupakan hasil afiksasi terhadap leksem update, yang memiliki makna „memperbaharui, membaharui‟ 25 . Kata update merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata update. Kata makeup tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia namun digunakan seperti asalnya makeup. Secara historis, pada zaman dahulu orang Indonesia tidak suka berdandan kemudian setelah dijajah orang Indonesia mendapatkan pengaruh berdandan dan merias diri dengan menyebut makeup. Kata update pun yang digunakan seperti asalnya, yaitu update. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 26 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata update menjadi bentuk mengupdate merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {update}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata update menjadi bentuk kata mengupdate merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 27 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „memperbaharui‟. Data nomor 7 diambil dari kalimat, 25 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 623. 26 Muhajir, op.cit, h. 51. 27 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. “Jika link utama ini telah selesai, Anda dapat membuat form lainnya dengan meng-upload melalui file manager, bahkan Anda dapat mengedit langsung dokumen tersebut dari sana”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 168. Kata meng-upload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem upload, yang memiliki makna „to move data to a larger computer system from a smaller one‟. 28 Kata upload merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata upload. Kata upload memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu, unggah. Sudah sejak sekian lama kata unggah sudah terkonsep dalam bahasa Indonesia, ini membuktikkan bahwa bangsa Indonesia konsep pemikirannya jauh lebih maju dan seharusnya digunakan kata mengunggah. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 29 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata upload menjadi bentuk mengupload merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {upload}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata upload menjadi bentuk kata mengupload merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 30 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „memindahkan‟. 8. {eksekusi} + {mǝ {N}-} mengeksekusi „memutuskan‟ 9. {edit} mengedit „memperbaiki‟ Data nomor 8 diambil dari kalimat, “Perintah ini akan mengeksekusi sebuah blok dari kode selama kondisi yang ditentukan adalah benar”. Sumber:Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 47. 28 Oxford University, op.cit, h. 1641. 29 Muhajir, op.cit,h. 51. 30 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Kata mengeksekusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem eksekusi, yang Inggris yang memiliki makna „pelaksanaan putusan hakim‟ 31 . Kata eksekusi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata eksekusi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 32 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata eksekusi menjadi bentuk mengeksekusi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}- } + {eksekusi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata eksekusi menjadi bentuk kata mengeksekusi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 33 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „memutuskan‟. Data nomor 9 diambil dari kalimat, “Untuk mengedit data, statement yang digunakan hampir sama dengan statemen di atas, hanya berbeda dalam penulisan awalnya. Sumber: Bagus Karuniawan Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.61. Kata mengedit merupakan hasil afiksasi terhadap leksem edit, yang berasal dari kata bahasa Inggris edit yang memiliki makna „membaca, memperbaiki‟ 34 . Kata edit merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata verba pada kata edit. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 35 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata edit menjadi bentuk mengedit merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {edit}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan 31 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op.cit, h. 356. 32 Muhajir, op.cit, h. 51. 33 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 34 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 207. 35 Muhajir, op.cit, h. 51. penambahan afiks sehingga bentuk kata edit menjadi bentuk kata mengedit merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 36 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „memperbaiki‟. 10. {optimal}+{m ǝ {N}-} mengoptimalkan „terbaik‟ 11.{otomatis} mengotomasi „otomatbekerja dengan sendirinya‟ Data nomor 10 diambil dari kalimat, “Penjelasan ini dapat berupa pengadaan training singkat bagi pengguna untuk lebih mengoptimalkan kinerja penggunaan program”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.77. Kata mengoptimalkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem optimal, yang berasal dari kata bahasa Inggris optimal yang memiliki makna „paling bagustinggi, hasil terbagus ‟. 37 Kata optimal merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata optimal menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 38 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata optimal menjadi bentuk mengoptimalkan merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {optimal}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata optimal menjadi bentuk kata mengoptimalkan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 39 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „terbaik‟. 40 Data nomor 11 diambil dari kalimat, 36 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 37 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 407. 38 Muhajir, op.cit, h. 51. 39 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 40 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 985. “Alat ini sangat membantu kecepatan dan keakuratan proses analisis dan disain, selain karena sudah mempunyai notasi sehingga dapat dilakukan dengan “drag-and-drop”, alat ini juga sudah mengotomasi beberapa elemen sehingga saliang terhubung dan bisa mengidentifikasi dengan mudah bila terjadi perubahan pada satu elemen karena perubahan pada elemen lainnya”. 41 Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.29. Kata mengotomasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem auotomasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris automatic yang memiliki makna „otomatis‟ 42 . Perlu diperhatikan dalam penyerapan kata automatis ada penghilangan fonem au dan merubah menjadi fonem o sehingga menjadi otomasi. Kata otomasi merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata otomasi menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 43 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata otomasi menjadi bentuk mengotomasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {otomasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata otomasi menjadi bentuk kata mengotomasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 44 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan otomatbekerja dengan sendirinya. 45 12. {akses}+{m ǝ {N}-} meng-akses „membuka jalan masuk‟ 13. {aktif} mengaktifkan „menggiatkan‟ 14. {aplikasi} mengaplikasikan „menggunakanmenerapkan‟ 15. {automatisasi} mengautomatisasi „otomatbekerja dengan sendirinya‟ Data nomor 12 diambil dari kalimat, 41 Julius Hermawan, op.cit, h. 29. 42 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 46. 43 Muhajir, op.cit, h. 51. 44 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 45 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 991. “Tools ini merupakan suatu software yang memungkinkan pengguna atau adapter WiFi client untuk menyebarkan otentifikasi tunggal dengan meng-akses jaringan WLAN atau LAN”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 34. Kata mengakses merupakan hasil afiksasi terhadap leksem akses, yang berasal dari kata bahasa Inggris access yang memiliki makna „jalan masuk‟ 46 . Kata eccess diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi akses. Kata akses merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata akses menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 47 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata akses menjadi bentuk mengakses merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {akses}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata akses menjadi bentuk kata mengakses merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 48 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan membuka aksesjalan masuk. 49 Data nomor 14 diambil dari kalimat, “Untuk mengaktifkan, tekanlah F2”. Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.103. Kata mengaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aktif, yang berasal dari kata bahasa Inggris active yang memiliki makna „aktif, gesit, giat, bersemangat 50 . Kata ective diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi aktif. Kata aktif merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata aktif menjadi kata kerja. 46 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 5. 47 Muhajir, op.cit, h. 51. 48 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 49 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 30. 50 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 51 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata aktif menjadi bentuk mengaktifkan merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {aktif}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata aktif menjadi bentuk kata mengaktifkan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 52 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu „menggiatkan‟. 53 Data nomor 15 diambil dari kalimat, “Tujuan akhir setelah Anda mengikuti setiap pembahasan yang terdapat di dalam buku ini, Anda dapat secara mandiri mengaplikasikan atau menerapkannya dalam membuat sistem informasi terpadu baik dalam perusahaan Anda atau dapat juga Anda gunakan secara komersil untuk membuat sistem informasi bagi perusahaan- perusahaan lainnya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 115. Kata mengaplikasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aplikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris application yang memiliki makna „lamaranpermintaan, penggunaan, penerapan‟ 54 . Kata application diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi aplikasi. Kata aplikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata aplikasi menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 55 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata edit menjadi bentuk mengaplikasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {aplikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata aplikasi menjadi bentuk kata 51 Muhajir, op.cit, h. 51. 52 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 53 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 31. 54 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 55 Muhajir, op.cit, h. 51. mengaplikasikan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 56 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna menggunakan, menerapkan. 57 Data nomor 16 diambil dari kalimat, “Suatu fitur dimana para IT Administrator dengan mudah mengkonfigurasi, meng- automatisasi maupun menyebar profil jaringan terhadap client melalui file XML atau dengan tools sendiri yang disediakan oleh Cisco”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 36. Kata mengautomatisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem otomatis, yang berasal dari kata bahasa Inggris automatic yang memiliki makna „otomatis‟ 58 . Perhatikan penjelasan sebelumnya mengenai kata mengotomasi. Perlu diperhatikan dalam penyerapan kata automatis ada penghilangan fonem au dan merubah menjadi fonem o sehingga menjadi otomasi. Kata otomasi merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata otomasi menjadi kata kerja. Kata mengotomasi merupakan yang lebih tepat digunakan dan baku daripada kata mengautomatisasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan di depan vokal. 59 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata otomasi menjadi bentuk mengotomasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {otomasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata otomasi menjadi bentuk kata mengotomasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 60 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan otomatbekerja dengan sendirinya. 61 56 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 57 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 81. 58 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 46. 59 Muhajir, op.cit, h. 51. 60 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 61 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 991. ii. Konsonan

a. Bilabial b, p,m, dan w

17. {blok} + {m ǝ {N}-} mem-blok „memberhentikan‟ 18. {blokir} memblokir „memberhentikan‟ 19. {burn} me-burn „membakar‟ 20. {binding} mem-biding „membuat‟ Data nomor 17 diambil dari kalimat, “Nessus mem-blok ancaman yang sering menyelinap diantara celah keamanan, dan membantu perusahaan untuk mememrangi malware dan ancaman Advance Persistent Threats APTs”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 90. Kata memblok merupakan hasil afiksasi terhadap leksem blok, yang berasal dari kata bahasa Inggris block yang memiliki makna „blok,balok‟ 62 . Kata block diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi blok. Kata blok merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja kerja pada kata blok menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m əm. 63 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata blok menjadi bentuk memblok merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {blok}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata blok menjadi bentuk kata memblok merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 64 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „membekukan, memberhentikan‟. 65 Penggunaan kata pada 62 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 63 Muhajir, op.cit, h. 51. 64 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 65 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201. kalimat tersebut tidak tepat seharusnya menggunakan kata blokir karena berbeda antara blok dan blokir. Data nomor 18 diambil dari kalimat, “Banyak administrator mengkonfigurasi router dan firewall sederhana untuk memblokir palet SYN incoming kecuali yang ditunjukkan untuk layanan publik seperti server website atau mail perusahaan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 74. Kata memblokir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem blokir, yang berasal dari kata bahasa Inggris block yang memiliki makna „balok,blok‟ 66 . Kata block diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi blok kemudian berkembang menjadi sebuah leksem baru blokir yang bermakna „bekukan sesuatu‟. 67 Kata blokir merupakan kelaskategorial kata kerja proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata blokir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m əm. 68 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata blokir menjadi bentuk memblokir merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {blokir}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata blokir menjadi bentuk kata memblokir merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 69 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „membekukan,memberhentikan‟. 70 Data nomor 19 diambil dari kalimat, “Pastikan me-burn file database”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 30. 66 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 67 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201. 68 Muhajir, op.cit, h. 51. 69 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 70 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201. Kata memburn merupakan hasil afiksasi terhadap leksem burn, yang berasal dari kata bahasa Inggris burn yang memiliki makna „luka hangus,pembakaran‟ 71 . Kata burn belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata burn merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata burn menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m əm. 72 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata burn menjadi bentuk memburn merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {burn}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata burn menjadi bentuk kata memburn merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 73 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „membakar‟. Data nomor 20 diambil dari kalimat, “Untuk mem-biding suatu kolom dengan suatu kontrol, pilih kontrol yang diinginkan”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 75. Kata membiding merupakan hasil afiksasi terhadap leksem biding, yang berasal dari kata bahasa Inggris bid yang memiliki makna „tawaran‟ 74 kata tersebut mendapatkan akhiran –ing dalam bahasa Inggris. Kata biding belum memilliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata biding merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata biding menjadi kata kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m əm. 75 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata biding menjadi bentuk membiding merupakan proses 71 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 89. 72 Muhajir, op.cit, h. 51. 73 Abdul Chaer, op.cit, h. 43, 74 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 75 Muhajir, op.cit, h. 51. morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {biding}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata biding menjadi bentuk kata membiding merupakan jenis perubahan pemunculan fonem. 76 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „membuat‟. 21. {ping} + {m ǝ {N}-} mem-ping „mengecek‟ Data nomor 22 diambil dari kalimat, “Hal ini seringkali disebut ping sweep, dan lebih handal daripada mem-ping alamat broadcast karena banyak host tidak melakukan reply terhadap query broadcast”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, d kk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 71. Kata memping merupakan hasil afiksasi terhadap leksem ping, yang berasal dari kata bahasa Inggris ping yang memiliki makna „cek‟ 77 . Kata ping belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata ping merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m əm. 78 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata ping menjadi bentuk memping merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {ping}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata ping menjadi bentuk kata memping merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 79 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengecek‟. 23. {monitor} + {m ǝ {N}-} memonitor „mengamati‟ 76 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 77 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 445. 78 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 79 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 24. {maintenance} memaintenance „memelihara‟ 25. {maintain} memaintain „memelihara‟ 26. {maximize} memaximize „memaksimalkan‟ 27. {minimize} meminimize „meminimalisasi‟ Data nomor 23 diambil dari kalimat, “PassMark atau WirellessMon adalah sebuah tool aplikasi yang memungkinkan user untuk memonitor status dari adapter WiFi dan juga mengumpulkan informasi mengenai wireless access point dan hot spot secara real time. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, d kk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 16. Kata memonitor merupakan hasil afiksasi terhadap leksem monitor, yang berasal dari kata bahasa Inggris monitor yang memiliki makna „penerima,pencatat‟ 80 . Kata monitor di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi monitor yang memiliki makna „orang yang memonitor‟. Kata monitor merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata monitor. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 81 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata monitor menjadi bentuk memonitor merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ -} + {monitor}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata monitor menjadi bentuk kata memonitor merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 82 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengamati‟. Data nomor 24 diambil dari kalimat, 80 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 385. 81 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 82 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. “Selain itu, bisa juga dikelompokkan antara SSID rumah dan kantor sehingga lebih mudah dalam hal me-maintenance maupun manajemen jaringan nya. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, d kk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 37. Kata memaintenance merupakan hasil afiksasi terhadap leksem maintenance, yang berasal dari kata bahasa Inggris maintenance yang memiliki makna „ongkosbiaya hidup, pemeliharaan‟ 83 . Kata maintenance belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata maintenance merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata maintenance. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 84 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata maintenance menjadi bentuk memaintenance merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {maintenance}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata maintenance menjadi bentuk kata memaitenance merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 85 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „memelihara‟. 86 Data nomor 25 diambil dari kalimat, “Dengan memahami cara membuat website dan membuat hosting web, bukan tidak mungkin Anda dapat membuat proposal untuk mengembangkan web suatu perusahaan di samping memantain hardware computer perusahaan tersebut”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 146. Kata memantain merupakan hasil afiksasi terhadap leksem mantain, yang berasal dari kata bahasa Inggris maintain yang memiliki makna 83 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 84 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 85 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 86 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 927. „memelihara,menegakkan‟. 87 Kata mantain belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata mantain merupakan kelaskategorial kata keterangan proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata mantain. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 88 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata mantain menjadi bentuk memantain merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {mantain}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata mantain menjadi bentuk kata memantain merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 89 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yang sama dengan memaitenance „memelihara‟ karena kata maintain merupakan kata serapan dari kata memaitenance. Data nomor 26 diambil dari kalimat, “Double klik mouse pada title bar untuk memaximize window; dragging klik tombol kiri mouse, dan tahan saat mouse digerakkan title bar untuk memindahkan posisi window”. 90 Sumber:Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 6. Kata memaximize merupakan hasil afiksasi terhadap leksem maximize, yang berasal dari kata bahasa Inggris maxim yang memiliki makna „membuat sesuatu yang lebih, maksimal‟. 91 Kata maximize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi maksimal yang memiliki makna „sebanyak-banyaknya, setinggi- tingginya, tertinggi‟. 92 Kata maximize merupakan kelaskategorial kata adjektiva proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata maximize. 87 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 370. 88 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 89 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 90 Steve Potts dan Clayton Walnum, op.cit, h. 6. 91 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 375. 92 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 865. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 93 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata maximize menjadi bentuk memaximize merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {maximize}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata maximize menjadi bentuk kata memaximize merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 94 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „memaksimalkan‟. Data nomor 27 diambil dari kalimat, “Minimize button memungkinkan untuk meminimize window menjadi sebuah icon”. Sumber:Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 6. Kata meminimize merupakan hasil afiksasi terhadap leksem minimize, yang berasal dari kata bahasa Inggris minimize yang memiliki makna „memperkecil‟. 95 Kata minimize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi minimal yang memiliki makna „sedikit-dikitnya, sekurang-kurangnya‟. 96 Kata minimize merupakan kelaskategorial kata adjektifa proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata minimize. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 97 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata minimize menjadi bentuk meminimize merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {minimize}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata minimize menjadi bentuk kata 93 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 94 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 95 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 381. 96 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 916. 97 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. meminimize merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 98 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „meminimalisasi‟. Fonem w Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem w

b. Labiodental v dan f

28. {verifikasi} + {m ǝ {N}-} memverifikasi „membuktikkan‟ Data nomor 28 diambil dari kalimat, “Memverifikasi jangkauan jaringan WiFi”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 20. Kata memverifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem verifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris verification yang memiliki makna „verifikasi, pembuktian‟. 99 Kata verification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi verifikasi. Kata verifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata verifikasi. Penelitian yang dilakukan tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem v begitupula di buku Chaer, Ramlan, dan Muslich. Hal tersebut dikarena fonem v bukanlah termasuk dalam fonem bahasa Indonesia yang ada adalah fonem f. Namun ada penelitian yang dilakukan oleh Amir Hakim Usman yang meneliti proses morfofonemik bahasa Krinci yang merumuskan alomorf ng- digunakan di depan konsonan V. 100 Kata verifikasi menjadi bentuk memverifikasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {verifikasi}. Proses pembentukan kata 98 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 99 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 100 Amir Hakim Usma, “Gejala Morfofonemik dalam Bahasa Kerinci”, dalam Telaah Bahasa dan Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonbesia, 2002, h. 31. dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata verifikasi menjadi bentuk kata memverifikasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 101 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „membuktikan, mengecek‟. 102 Jadi, dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa alomorf məm- dipakai di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan v. 29. {forwarding}+ {m ǝ {N}-} memforwarding „meneruskan‟ 30. {format} memformat „membentuk‟ 31. {filter} memfilter „menyaring‟ 32. {visual} memvisualisasikan „menampilkan menggambarkan‟ Data nomor 29 diambil dari kalimat, “Metode yang digunakan pada tools ini adalah Spoofer ARP yang berguna merutekan semua trafik jaringan ke device anda dengan mem-forwarding kan kembali paket tersebut ke penerima asli nya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 43. Kata memforwarding merupakan hasil afiksasi terhadap leksem forward, yang berasal dari kata bahasa Inggris forward yang memiliki makna „muka, depan‟ 103 . Kata forward belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata forward merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata fordward. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf mə- 101 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 102 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. 103 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 255. dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 104 Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f. 105 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata fordward menjadi bentuk memfordward merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {fordward}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata fordward menjadi bentuk kata memfordward merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 106 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „meneruskan‟. Data nomor 30 diambil dari kalimat, “Tab-General untuk memformat font yang digunakan dan apakah perlu membuat backup file saat menyimpan model”. 107 Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 35. Kata memformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format, yang memiliki makna „bentuk, pola, ukuran‟ 108 . Kata format diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi format yang memiliki makna „bentuk dan ukuran‟. 109 Kata format merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata format. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf mə- 104 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 105 Abdul Chaer, op.cit, h. 57. 106 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 107 Julius Hermawan, op.cit, h. 35. 108 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 258. 109 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 396. dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 110 Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f. 111 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata format menjadi bentuk memformat merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {format}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata format menjadi bentuk kata memformat merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 112 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „membentuk‟. Data nomor 31 diambil dari kalimat, “Memfilter paket dengan banyak kriteria”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 76. Kata memfilter merupakan hasil afiksasi terhadap leksem filter, yang berasal dari kata bahasa Inggris filter yang memiliki makna „saringan, penapis, penyaring‟. 113 Kata filter diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi filter yang bermakna „alat untuk menyaring‟. 114 Kata filter merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata filter. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 115 110 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 111 Abdul Chaer, op.cit, h. 57. 112 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 113 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 240. 114 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 411. 115 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f. 116 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata filter menjadi bentuk memfilter merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}} + {filter}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata filter menjadi bentuk kata memfilter merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 117 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menyaring‟. Data nomor 32 diambil dari kalimat, “Unified Modelling Language adalah bahasa standar yang digunakan untuk menjelaskan dan memvisualisasikan artifak dari proses analisis dan disain berorientasi obyek”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 7. Kata memvisualisasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem visual, yang berasal dari kata bahasa Inggris visual yang memiliki makna „of or connected with seeing or sight ‟. 118 Kata visual diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi visual. Kata visual merupakan kelaskategorial kata adjektif proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata visual. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 119 Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f. 120 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata visual menjadi bentuk memvisualisasikan merupakan proses morfofonemik 116 Abdul Chaer, op.cit, h. 57. 117 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 118 Oxford University, op.cit, h. 1661. 119 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 120 Abdul Chaer, op.cit, h. 57. prefiks {m ǝ {N}} + {visual}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata filter menjadi bentuk kata memvisualisasikan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m. 121 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menampilkanmenggambarkan‟.

c. Apikoalveolar d, t, n, l, r

33. {diagnosa} + {m ǝ {N}-} mendiagnosa „menentukan‟ 34. {deteksi} mendeteksi „memeriksamenemukan‟ 35. {download} men-download „mengunduh‟ 36. {drop} men-drop „menurunkan‟ 37. {deklarasi} mendeklarasikan „menyatakan‟ Data nomor 33 diambil dari kalimat, “Disediakan juga indikator Signal Level dan Noise Level untuk membantu mendiagnosa kerusakan atau problem ketika jaringan sedang berada dalam masalah atau trouble”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 8. Kata mendiagnosa merupakan hasil afiksasi terhadap leksem diagnosa, yang berasal dari kata bahasa Inggris diagnose yang memiliki makna „mementukan, diagnosa‟. 122 Kata diagnose diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi diagnosis yang bermakna “penentuan suatu penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya‟. 123 Kata diagnosa merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata diagnosa. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung 121 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 122 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 123 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 350. diimbuhkan kepada bentuk dasar. 124 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata diagnosa menjadi bentuk mendiagnosa merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {diagnosa}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata diagnosa menjadi bentuk kata mendiagnosa merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 125 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menentukan‟. Data nomor 34 diambil dari kalimat, “Jika tools ini mendeteksi ada access point yang sesuai dengan database di tools ini maka tools ini akan langsung terhubung dengan access point dan anda bisa langsung bisa menggunakan untuk ber- internet jika ada jaringan internet nya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 26. Kata mendeteksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deteksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris detection yang memiliki makna „penemuan‟. 126 Kata detection diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi deteksi yang bermakna „usaha menemukan dan menentukan sesuatu dengan cara memeriksa dan meneliti‟. 127 Kata deteksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deteksi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung diimbuhkan kepada bentuk dasar. . 128 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata deteksi menjadi bentuk mendeteksi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {deteksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deteksi menjadi 124 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 125 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 126 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 178. 127 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 348. 128 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. bentuk kata mendeteksi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 129 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menemukan atau menentukan sesuatu dengan cara meneliti dan memeriksa ‟. 130 Data nomor 35 diambil dari kalimat, “Anda tinggal mengikuti petunjuk dari Rational yang dikirim ke email Anda, bagaimana men-download file evaluasi dan file dokumentasi yang diperlukan untuk instalasi maupun pemakaian; dan lisensi mana yang bisa dipakai”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.32. Kata mendownload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem download, yang berasal dari kata bahasa Inggris download yang memiliki makna „something computing to move data to smaller computer system from a large one‟. 131 Kata unduh merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata unduh. Kata download memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu, unduh. Sudah sejak sekian lama kata unduh sudah terkonsep dalam bahasa Indonesia, ini membuktikkan bahwa bangsa Indonesia konsep pemikirannya jauh lebih maju dan seharusnya digunakan kata mengunduh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung diimbuhkan kepada bentuk dasar. 132 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata download menjadi bentuk mendownload merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {download}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata download menjadi bentuk kata mendownload merupakan jenis perubahan 129 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 130 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 348. 131 Oxford University, op.cit, h. 440. 132 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. pemunculan fonem n. 133 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengunduh‟. Data nomor 36 diambil dari kalimat, “Jika tidak host dapat luput ketika firewall men-drop pemeriksaan atau responnya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 72. Kata mendrop merupakan hasil afiksasi terhadap leksem drop, yang berasal dari kata bahasa Inggris drop yang memiliki makna „penurunan, melemah‟. 134 Kata drop belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata drop merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata drop. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Masnur Muslich, apabila morfem afiks {meN-} diikuti bentuk dasar yang bersuku satu, di antaranya penambahan fonem ə sehingga {meN-} menjadi menge-. 135 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata drop menjadi bentuk mendrop mengalami proses yang salah dan tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Penulisan yang tepat adalah mengedrop dengan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {drop}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata drop menjadi bentuk kata mengedrop merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal nge. 136 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menurunkan‟. 137 Data nomor 37 diambil dari kalimat, “Array digunakan untuk mendeklarasikan beberapa obyek yang mempunyai tipe yang sama”. 133 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 134 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 200. 135 Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 45. 136 Abdul Chaer, op.cit, h. 48. 137 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 23. Kata mendeklarasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deklarasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris declaration yang memiliki makna „pernyataan, keterangan‟. 138 Kata declaration belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata deklarasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deklarasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung diimbuhkan kepada bentuk dasar. 139 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata deklarasi menjadi bentuk mendeklarasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {deklarasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deklarasi menjadi bentuk kata mendeklarasikan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 140 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menyatakan‟. 38.{troubleshooting}+{m ǝ {N}-} men-troubleshooting„memecahkan kesulitan‟ 39. {trace} mentrace „menjalankan secara otomatis‟ 40. {transfer} mentransfer „memindahkan‟ 41. {transmit} men-transmit „mengirimkan‟ Data nomor 38 diambil dari kalimat, “Men-troubleshooting koneksi WiFi yang bermasalah”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 20. 138 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 169. 139 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 140 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Kata mentroubleshooting merupakan hasil afiksasi terhadap leksem troubleshooting, yang berasal dari kata bahasa Inggris troubleshooting yang memiliki makna „mencari dan memecahkan kesulitan‟. 141 Kata troubleshooting belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata troubleshooting merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata troubleshooting. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar. 142 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata troubleshooting menjadi bentuk menroubleshooting merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + { troubleshooting}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata troubleshooting menjadi bentuk kata menroubleshooting merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 143 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „memecahkan kesulitan‟. Kata menroubleshooting tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menroubleshooting memiliki kata dasar troubleshooting bukan roubleshooting. Data nomor 39 diambil dari kalimat, “Dengan adanya tools WiFi Raw Packet CaptureTools maka anda tidak perlu pusing untuk men-trance kegiatan paket data client anda”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 39. 141 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 605. 142 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 143 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Kata memtrance merupakan hasil afiksasi terhadap leksem trance, yang berasal dari kata bahasa Inggris trance yang memiliki makna „keadaan tak sadarkan diri‟. 144 Kata trance belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata trance merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata trance. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar. 145 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata trance menjadi bentuk menrace merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {trance}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata trance menjadi bentuk kata menrance merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 146 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menjalankan secara otomatis‟. Kata menrance tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menrance memiliki kata dasar trance bukan race. Data nomor 40 diambil dari kalimat, “Setelah anda berhasil meng-sniff paket jaringan yang lewat anda dapat menyimpan hasil sniff tadi kedalam sebuah file dan mentransfer ke computer anda dan membukanya melalui aplikasi”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 44. Kata mentransfer merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transfer, yang berasal dari kata bahasa Inggris transfer yang memiliki makna „pergantian, serah- 144 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 600. 145 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 146 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. terima, pergantian‟. 147 Kata transfer di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi transfer. Kata transfer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata transfer. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar. 148 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transfer menjadi bentuk menransfer merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {transfer}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transfer menjadi bentuk kata menransfer merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 149 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „memindahkan mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain‟. 150 Kata menransfer tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menransfer memiliki kata dasar transfer bukan ransfer. Data nomor 41 diambil dari kalimat, “Ketika mode tersebut dihidupkan, adapter anda tidak bisa men-transmit hanya bisa me- monitoring atau receiving frame atau paket yang dating saja”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 46. Kata mentransmit merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transmit, yang berasal dari kata bahasa Inggris transmit yang memiliki makna „mengirimkan, 147 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 601. 148 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51. 149 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 150 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1484. meneruskan‟. 151 Kata transmit belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata merupakan kelaskategorial kata adjektiva proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata transmit. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar. 152 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transmit menjadi bentuk menransmit merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {transmit}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transmit menjadi bentuk kata menransmit merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 153 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengirimkan‟. Kata menransmit tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menransmit memiliki kata dasar transmit bukan ransmit. Dari beberapa analisi proses morfofonemik prefiks me- dan fonem t pada istilah TI yang didominasi dengan bahasa Inggris dapat disimpulkan bahwa alomorf mən- dipakai di depan bentuk dasar istilah TI yang dimulai dengan konsonant. 42. {nonaktif} + {m ǝ {N}-} menon-aktifkan „mematikan‟ Data nomor 42 diambil dari kalimat, “Jika anda mempunyai software juga yang berhubungan dengan wireless adapter anda atau mempunyai fungsi seperti WZC anda dapat menon-aktifkan pilihan ini”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 31. 151 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 601. 152 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 153 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Kata menonaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem nonaktif,yang berasal dari kata bahasa Inggris nonactive yang memiliki makna „tidak aktif, tidak gesit‟. 154 Kata nonactive diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi tidak aktifnonaktif. Kata nonaktif merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata nonaktif. Pemakaian kata nonaktif tidak baku dan sesuai dengan tata bahasa Indonesia, seharusnya digunakan kata tidak aktif. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 155 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata nonaktif menjadi bentuk menonaktifkan merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {nonaktif}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata nonaktif menjadi bentuk kata menonaktifkan merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 156 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mematikan‟. 43. {load} + {m ǝ {N}-} me-load „memuat‟ Data nomor 43 diambil dari kalimat, “Sebagai tambahan untuk me-load data dari XML, DataSet dapat diambil dan disimpan sql server sebagaimana halnya menggunakan dat source OLEDB”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 57. Kata meload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem load, yang berasal dari kata bahasa Inggris load yang memiliki makna „beban, muatan, memuati‟. 157 Kata load belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata load merupakan 154 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9. 155 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 156 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 157 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 362. kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata load. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 158 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata load menjadi bentuk meload merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {deklarasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata load menjadi bentuk kata meload merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 159 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „memperoses‟. Kata load memang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia tapi memiliki arti yang sama dengan kata memuat yang berarti memperoses. Jadi, seharusnya digunakan kata memuat. 44. {remote} + {m ǝ {N}-} meremote „mengontrol dari jarak jauh‟ 45. {request} merequest „meminta‟ 46. {reset} mereset „mengembalikan seperti semula‟ 47. {refresh} me-refresh „menyegarkan‟ 48. {retrieve} me-retrieve „mengembalikan‟ 49. {refer} merefer „mengembalikan‟ Data nomor 44 diambil dari kalimat, “Semua ini didukung oleh program IT Administrator Toolkit yaitu sebuah program yang dapat meremote client yang menggunaka device dan program ini dari para Administrator sehingga jika terjadi kerusakan pada administrator tinggal memperbaiki dan memberikan penyelesaian hanya dibelakang meja tanpa harus mengunjungi si client”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 28-29. 158 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 159 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 Kata meremote merupakan hasil afiksasi terhadap leksem remote, yang berasal dari kata bahasa Inggris remote yang memiliki makna „terpencil, tipis, jauh‟. 160 Kata remote belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata remote merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata remote. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 161 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata remote menjadi bentuk meremote merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {remote}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata remote menjadi bentuk kata meremote merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 162 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengontrol dari jarak jauh‟. Data nomor 45 diambil dari kalimat, “Ketika user me-request satu halaman misalnya, setelah usermendapat respon dari server, maka koneksi bisa diputus dan bila client ingin me-request lagi untuk meminta halamn yang lain maka pihak server akan mengenali melalui cookie yang terdapat pada client ”. Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta: ANDI, 2005, h. 93. Kata merequest merupakan hasil afiksasi terhadap leksem request, yang berasal dari kata bahasa Inggris request yang memiliki makna „permintaan, permohonan‟. 163 Kata request diserap belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata request merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata request. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan 160 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 477. 161 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 162 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 163 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 479. nasal. 164 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata request menjadi bentuk merequest merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {request}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata request menjadi bentuk kata merequest merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 165 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „memintamemohon‟. Data nomor 46 diambil dari kalimat, “User Reset PROSet yaitu sebuah metode dimana userclient dapat me-reset device WiFi nya sendiri jika terjadi kerusakan minor”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 29. Kata memreset merupakan hasil afiksasi terhadap leksem reset, yang berasal dari kata bahasa Inggris reset yang memiliki makna „memasang lagi‟. 166 Kata reset di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi reset. Kata reset merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata reset. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 167 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata reset menjadi bentuk mereset merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {reset}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata reset menjadi bentuk kata mereset merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 168 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik , kata ini memiliki makna „mengembalikan seperti semula‟. Data nomor 47 diambil dari kalimat, 164 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 165 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 166 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 480. 167 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 168 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 “Bila Anda me-refresh halaman tersebut atau bahkan menutup halaman tersebut dan kemudian membukanya kembali, jumlah kunjungan tersebut akan terus bertambah selama masih dalam satu hari”. Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta: ANDI, 2005, h. 101. Kata merefresh merupakan hasil afiksasi terhadap leksem refresh, yang berasal dari kata bahasa Inggris refresh yang memiliki makna „menyegarkan, membangkitkan ingatan‟. 169 Kata refresh belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata refresh merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata refresh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 170 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata refresh menjadi bentuk merefresh merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {refresh}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata refresh menjadi bentuk kata merefresh merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 171 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menyegarkan‟. Data nomor 48 diambil dari kalimat, “Suatu aplikasi dapat menggunakan ADO.NET untuk menghubungkan data source, me- retrieve , memanipulasi, dan meng- update data”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 109. Kata meretrieve merupakan hasil afiksasi terhadap leksem retrieve, yang berasal dari kata bahasa Inggris retrieve yang memiliki makna „mengembalikan, menyelamatkan‟. 172 Kata retrieve belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata retrieve merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata retrieve. 169 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 473. 170 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 171 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 172 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 483. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 173 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata retrieve menjadi bentuk meretrieve merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {retrieve}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata retrieve menjadi bentuk kata meretrieve merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 174 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengembalikan‟. Data nomor 49 diambil dari kalimat, “Fungsi yang ada di dalam class PelangganAntar ini semua merefer ke fungsi yang ada di class Pelanggan”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 108. Kata merefer merupakan hasil afiksasi terhadap leksem refer, yang berasal dari kata bahasa Inggris refer yang memiliki makna „mengembalikan, menyelamatkan‟. 175 Kata refer belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata refer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata refer Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal. 176 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata retrieve menjadi bentuk merefer merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {refer}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata refer menjadi bentuk kata merefer 173 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 174 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 175 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 483. 176 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 177 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengembalikan‟.

d. Laminoplanatal ñ, j, c, s

Fonem ñ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ñ Fonem j Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem j 50. {creat} + {m ǝ {N}-} mecreat „menciptakan‟ 51. {capture} meng-capture „mengambil‟ 52. {crack} mneg-crack „merusak‟ 53. {compile} mengcompile „menyusun‟ 54. {click} meng-click „mengeklik menekan‟ Data nomor 50 diambil dari kalimat, “Setiap versi dari WinPcap selalu menyertakan “developer‟s pack” atau script untuk di compile dan di modifikasi, sehingga para programmer tinggal meng-create dari contoh yang sudah ada dan dibuat sendiri formula nya sesuai kebutuhan ”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 154. Kata mengcrate merupakan hasil afiksasi terhadap leksem crate, yang berasal dari kata bahasa Inggris crate yang memiliki makna „menciptakan, menimbulkan, membuat‟. 178 Kata crate belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata crate merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata crate. 177 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 178 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 179 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata crate menjadi bentuk menngcrate merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {crate}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata crate menjadi bentuk kata mengcrate merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng. 180 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menciptakan‟ Data nomor 51 diambil dari kalimat, “Jika sudah selesai meng-capture dan menganalisis frame yang akan datang maka kita akan kembalikan mode ini dengan perintah: prism2ctl wi0 – h”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 47 Kata mengcapture merupakan hasil afiksasi terhadap leksem capture, yang berasal dari kata bahasa Inggris capture yang memiliki makna „menangkap‟. 181 Kata capture belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata capture merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata capture. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 182 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata capture menjadi bentuk mengcapture merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {capture}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata capture menjadi bentuk kata mengcapture merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng . 183 Setelah 179 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 180 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 181 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 98. 182 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 183 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengambil‟. Data nomor 52 diambil dari kalimat, “Tools ini meng-capture dengan cara mneg-crack jaringan keamanann WEP dan WPAWPA2 PSK”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 40. Kata mnegcrack merupakan hasil afiksasi terhadap leksem crack, yang berasal dari kata bahasa Inggris crack yang memiliki makna „retak, celah, letusan‟. 184 Kata crack belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata crack merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata crack. Kata mnegcrack pada data tersebut tidak tepat penulisannya, seharusnya mengcrack. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 185 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata crack menjadi bentuk mengcrack merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {crack}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata crack menjadi bentuk kata mengcrack merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng . 186 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „merusak‟. Data nomor 53 diambil dari kalimat, “Cara untuk meng-compile script ini tersedia di dalam file “Readme” sehingga anda bisa melihat langkah- langkah nya disana”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 46. 184 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 153. 185 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 186 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Kata mengcompile merupakan hasil afiksasi terhadap leksem compile, yang berasal dari kata bahasa Inggris compile yang memiliki makna „menyusun, mengumpulkan, menghimpun‟. 187 Kata compile belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata compile merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata compile. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 188 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata compile menjadi bentuk mengcompile merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {compile}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata compile menjadi bentuk kata mengcompile merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng . 189 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menyusun‟. Data nomor 54 diambil dari kalimat, “Jika anda ingin melihat jaringan wireless anda yang update anda dapar meng-click Refresh ”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 32. Kata mengclick merupakan hasil afiksasi terhadap leksem click, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang memiliki makna „menekan, klik‟. 190 Kata click diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi klik. Seharusnya digunakan dengan kata yang sudah disempurnakan menjadi mengeklik. Kata click merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata click. 187 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 188 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 189 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 190 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 191 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata click menjadi bentuk mengclick merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {click}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata click menjadi bentuk kata mengclick merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng . 192 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menekan, mengeklik‟ 55. {setting} + {m ǝ {N}-} men-setting „mengatur‟ 56. {sniff} meng-sniff „menelusuri‟ 57. {set} menset „mengatur‟ Data nomor 55 diambil dari kalimat, “Atau men-setting wireless network agar tersambung secara automatis baik itu yang sudah ter auntenfikasi atau yang belum terauntenfikasi settingan default nya disabled”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 33. Kata mensetting merupakan hasil afiksasi terhadap leksem setting, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang memiliki makna „keadaan, letak‟. 193 Kata setting memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata setting merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata setting. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 194 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata setting menjadi bentuk mengsetting 191 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 192 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 193 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516. 194 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {setting}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata setting menjadi bentuk kata mengsetting merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng . 195 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengatur‟. Proses morfofonemik tersebut berebeda dengan yang diungkapkan oleh Chaer, Chaer mengungkapkan jenis perubahan peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara s, k, p, dan t, dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny. 196 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata setting menjadi bentuk menyetting merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {setting}. Bentuk kata setting menjadi bentuk kata menyetting merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan peluluhan fonem s dengan nasal ny. Data nomor 56 diambil dari kalimat, “Setelah anda berhasil meng-sniff paket jaringan yang lewat anda dapat menyimpan hasil sniff tadi kedalam sebuah file dan mentransfer ke computer anda dan membukanya melalui aplikasi”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 44. Kata mengsniff merupakan hasil afiksasi terhadap leksem sniff, yang berasal dari kata bahasa Inggris sniff yang memiliki makna „mencium, menghhirup‟. 197 Kata sniff belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata sniff merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata sniff. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 198 Dengan 195 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 196 Ibid., h. 44. 197 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 536. 198 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. demikian yang terjadi pada bentuk kata sniff menjadi bentuk mengsniff merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {sniff}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata sniff menjadi bentuk kata mengsniff merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan penambahan fonem nasal ng . 199 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengikuti jejak‟. Kata mengsniff berdasarkan konteks kalimat nomor 56 memiliki makna „menelusuri‟. Proses morfofonemik tersebut berbeda dengan yang diungkapkan oleh Chaer, Chaer mengungkapkan jenis perubahan peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t, dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny. 200 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata sniff menjadi bentuk menyniff merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {setting}. Bentuk kata sniff menjadi bentuk kata menyniff merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan peluluhan fonem s dengan nasal ny. Jika dianalisis kembali, kata mensniff tidak tepat karena kaidah tersebut dan berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti {m ǝ {N}-}+{sikat} menyikat. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menyniff memiliki kata dasar sniff bukan niff. Hal ini menjadi pengecualian pada kata sniff dan kata bahasa Inggris yang belum diserap dan belum memiliki padanan bahasa Indonesia. Data nomor 57 diambil dari kalimat, “Jadi jika kita ingin menset waktu timer menjadi 1 detik maka kita ubah interval Timer menjadi 1000”. Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 22. 199 Abdul Chaer, op.cit, h. 43 200 Ibid., h. 44. Kata menset merupakan hasil afiksasi terhadap leksem set, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang disingkat menjadi set yang memiliki makna „kumpulan, siaran‟. 201 Kata set memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu mengatur. Kata set merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata set. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-. 202 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata set menjadi bentuk menset merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {set}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata set menjadi bentuk kata menset merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n. 203 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengatur‟.

e. Laminoalveolar z dan y

Fonem z Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem z Fonem y Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem y

f. Dorsovelar g, k ,ŋ, x

Fonem g Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem g 58. {koneksi} + {m ǝ {N}-} meng-koneksi „menghubungkan‟ 59. {konfigurasi} meng-konfigurasi „mengatur‟ 60. {klik} mengklik „menekan, mengeklik‟ 61. {konversi} mengkonversi „mengubah‟ 201 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 515. 202 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 203 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Data nomor 58 diambil dari kalimat, “Non Secure dimana mode ini mempermudah sisi client dalam meng-koneksikan ke WiFi nya sehingga ketika ia mendapat sinyal dan bisa langsung terkoneksikan dengan jaringan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 3. Kata mengkoneksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris connect yang memiliki makna „koneksi‟. 204 Kata koneksi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata koneksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata koneksi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf məŋ-. 205 Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk mengoneksikan merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {koneksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata mengoneksi merupakan jenis perubahan peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng . 206 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menghubungkan‟. Jadi, seharusnya proses morfofonemik yang digunakan pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan teori tersebut, seharusnya proses morfofonemik yang tepat dan digunakan adalah mengoneksi. Data nomor 59 diambil dari kalimat, “Jika ingin meng-konfigurasi wireless anda secara spesifik anda bisa piluh Advance”. 204 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 142. 205 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 206 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 32. Kata mengkonfigurasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konfigurasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris configuration yang memiliki makna „an arrangement of the parts of something or a group of things; the form or shape that this arrangement produces‟. 207 Kata configuration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konfigurasi. Kata konfigurasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata konfigurasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf məŋ-. 208 Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk mengonfigurasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {konfigurasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk kata mengonfigurasi merupakan jenis perubahan peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng . 209 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengatur‟. Jadi, seharusnya proses morfofonemik yang digunakan pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan teori tersebut, seharusnya proses morfofonemik yang tepat dan digunakan adalah mengonfigurasi. Data nomor 60 diambil dari kalimat, “Masukkan elemen TextBox ke dalam form dengan mengklik ganda ab pada toolbox. 207 Oxford University, op.cit, h. 303. 208 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51. 209 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 11. Kata mengklik merupakan hasil afiksasi terhadap leksem klik, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang memiliki makna „klik, menekan‟ 210 . Kata klik merupakan serapan dari kata click. Kata klik merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata klik. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf məŋ-. 211 Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata klik menjadi bentuk menglik merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {klik}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata klik menjadi bentuk kata menglik merupakan jenis perubahan peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng . 212 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menekan, mengeklik‟. Jika dianalisis kembali, perubahan konsonan k diluluhkan dengan nasal ng pada kata menglik tidak tepat karena peluluhan konsonan k membuat kata tersebut maknanya berbeda dan sulit dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, proses morfofonemik yang tepat pada kata klik menjadi mengklik, m erujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf məŋ-. 213 Data nomor 61 diambil dari kalimat, “Yang perlu diperhatikan dari kode program di atas adalah metode untuk mengkonversi String menjadi integer, yaitu: Integer.valueOfnilai_String.intValue;”. 210 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140. 211 Muhajir, op.cit, h. 51. 212 Abdul Chaer, op.cit, h. 43. 213 Muhajir, op.cit, h. 51. Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta: ANDI, 2005, h. 122. Kata mengkonversi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konversi, yang memiliki makna „perubahan dari sistem yang satu ke sistem yang lain‟. 214 Kata konversi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata konversi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata konversi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf məŋ-. 215 Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata konversi menjadi bentuk mengonversi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {konversi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konversi menjadi bentuk kata mengonversi merupakan jenis perubahan peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng . 216 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengubah‟. Jadi, seharusnya proses morfofonemik yang digunakan pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan teori tersebut, seharusnya proses morfofonemik yang tepat dan digunakan adalah mengonversi. Fonem ŋ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x 214 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730. 215 Muhajir, op.cit, h. 51. 216 Abdul Chaer, op.cit, h. 43.

g. Uvular

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem

h. Laringal h

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h i. Glotal ? Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ? 2 Prefiks {bǝ {N}-} Prefiks ini memiliki enam buah alomorf. Keenam alomorf itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 1 alomorf b ə- dan b-, serta 2 alomorf b ər-, br-, bə ฀ -, dan bl-. Selain alomorf terakhir bl-, kedua kelompok alomorf itu saling melengkapi. Kelompok pertama dipakai di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan konsonan; sedang kelompok kedua dipakai di depan semua bentuk yang mulai dengan vokal. Alomorf bl- bersifat istimewa, kemunculannya tidak dapat diramalkan.

i. Vokal

62. {internet}+{bǝ {N}-} berinternet „mengerjakan atau menggarap internet‟ 63. {interaksi} berinteraksi „mengadakan interaksihubungan‟ Data nomor 62 diambil dari kalimat, “Jika tools ini mendeteksi ada access point dan anda bisa langsung bisa menggunakan untuk berinternet jika ada jaringan internet nya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 26. Kata berinternet merupakan hasil afiksasi terhadap leksem internet, yang berasal dari kata bahasa Inggris internet yang memiliki makna „an international computer network connecting other network and computers from companies‟. 217 Kata internet diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi internet. Kata internet merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata internet. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, …. 218 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata internet menjadi bentuk berinternet merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {internet}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata internet menjadi bentuk kata berinternet merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 219 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengerjakan atau menggarap internet ‟. 220 Data nomor 63 diambil dari kalimat, “Pemilihan struktur bahasa yang tepat memungkinkan seorang pengguna merasa sedang berinteraksi secara langsung dengan sistem tanpa adanya seorang instruktur program yang lebih menguasai penggunaan program tersebut”. Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 87. Kata berinteraksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem interaksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris interaction yang memiliki makna „interaksi‟. 221 Kata interaction diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi interaksi yang memiliki makna „hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi‟. 222 Kata interaksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata interaksi. 217 Oxford University, op.cit, h. 787. 218 Muhajir, op.cit, h. 52. 219 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 220 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 221 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 323. 222 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 542. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, …. 223 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata interaksi menjadi bentuk berinteraksi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {interaksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata interaksi menjadi bentuk kata berinteraksi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 224 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengadakan interaksihubungan ‟. 225 64. {ekstension}+{bǝ {N}-} berekstension „memperpanjangan waktu‟ Data nomor 64 diambil dari kalimat, “Tambahkan 1 buah combobox untuk memberikan parameter Kota agar menampilkan data tabel student yang berasal dari kota tertentu dan buat file crystalreport yang berekstension ”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 100. Kata berekstension merupakan hasil afiksasi terhadap leksem ekstension, yang berasal dari kata bahasa Inggris exstension yang memiliki makna „perpanjangan waktu , perluasan‟. 226 Kata exstention diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ekstensi. Penggunaan kata ekstension tidak tepat karena dalam bahasa Indonesia tidak terdapat kata yang berakhiran –on seharusnya menggunakan kata ekstensi. Kata ekstension merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata ekstension. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, …. 227 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata ekstension menjadi bentuk berekstension merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} 223 Muhajir, op.cit, h. 52. 224 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 225 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 542. 226 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 226. 227 Muhajir, op.cit, h. 52. + {ekstension}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata ekstension menjadi bentuk kata berekstension merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 228 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengerjakan perpanjangan waktu. 229 65. {arsir} + {bǝ {N}-} berarsir „mempunyai garis-garis sejajar‟ 66. {asosiasi} + berasosiasi „bergabung, berhubungan‟ Data nomor 65 diambil dari kalimat, “Klik pada kotak berarsir akan menggerakan isi dari window satu halaman”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 7. Kata berarsir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem arsir yang memiliki makna „menarik garis-garis sejajar atau silang-menyilang‟. 230 Kata arsir merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata arsir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, …. 231 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata arsir menjadi bentuk berarsir merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {arsir}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata arsir menjadi bentuk kata berarsir merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 232 Setelah mengalami proses 228 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 229 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 230 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730. 231 Muhajir, op.cit, h. 52. 232 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mempunyai garis- garis sejajar‟. 233 Data nomor 66 diambil dari kalimat, “Pada contoh di atas getc memilih sebuah argument yang menunjuk pada stream yang berasosiasi dengan piranti input standard, keyboard. Getc membaca character dari keyboard dan menyimpan nilai integer character pada variable char_in. printf digunakan untuk mencetak pesan dan character yang dimasukkan”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 28. Kata berasosiasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris association yang memiliki makna „perkumpulan, persatuan ‟. 234 Kata berasosiasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang memiliki makna „persatuan antara rekan usaha, perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama ‟. 235 Kata association diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi asosiasi. Kata asosiasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata asosiasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, …. 236 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata asosiasi menjadi bentuk berasosiasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {asosiasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata asosiasi menjadi bentuk kata berasosiasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 237 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „bergabung, berhubungan‟. 238 233 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 234 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 42. 235 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 99. 236 Muhajir, op.cit, h. 52. 237 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 238 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 99. 67. {orientasi} berorientasi „melihat-lihat atau meninjau‟ Data nomor 67 diambil dari kalimat, “Ada 4 prinsip dasar dari pemrograman berorientasi obyek, yaitu abstraksi, enkapsulasi, modularitas, dan hirarki”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 29. Kata berorientasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem orientasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris orientation yang memiliki makna „orientasi‟. 239 Kata berorientasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem orientasi, yang memiliki makna „peninjauan untuk menentukan sikap arah, tempat, dsb‟. 240 Kata orientation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi orientasi. Kata orientasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata orientasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, …. 241 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata orientasi menjadi bentuk berorientasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {orientasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata orientasi menjadi bentuk kata berorientasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 242 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „melihat-lihat atau meninjau‟. 243 Dalam kalimat tersebut kata orientasi menyatakan meninjau berdasarkan objeknya. ii. Konsonan

a. Bilabial b, p,m, dan w

Tidak ditemukan proses morfofonemik 239 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 408. 240 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1023. 241 Muhajir, op.cit, h. 52. 242 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 243 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1023.

b. Labiodental v, f

68. {variasi} + {bǝ {N}-} bervariasi „mempunyai varianmacam- macam ‟ Data nomor 68 diambil dari kalimat, “Membuat statistik yang bervariasi”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 65. Kata bervariasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem variasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris variation yang memiliki makna „perbedaan, variasi, selingan‟. 244 Kata bervariasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem variasi. Kata variation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi variasi yang memiliki makna „tindakan, keadaan, atau hasil perubahan dari keadaan semula; perubahan; selingan‟. 245 Kata variasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata variasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di depan semua konsonan, kecuali l dan r,…. 246 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata variasi menjadi bentuk bervariasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {variasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata variasi menjadi bentuk kata bervariasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 247 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mempunyai variasi‟ atau memiliki varian atau macam-macam. 248

c. Apikoalveolar d, t, n, r

244 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 627. 245 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1605. 246 Muhajir, op.cit, h. 52. 247 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 248 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1605. 69. {notasi} + {bǝ {N}-} bernotasi „mempunyai sistem lambang tanda‟ Data nomor 69 diambil dari kalimat, “Klik ganda elemen bernotasi Use Case Diagram hingga diagram window menjadi aktif”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 40. Kata bernotasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris notation yang memiliki makna „angka-angka; cara menulis; catatan‟. 249 Kata bernotasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang memiliki makna „seperangkat atau sistem lambang tentang tanda yang menggambarkan bilangan tentang aljabar, nada-nada tentang musik, dan ujaran tentang fonetik‟. 250 Kata notation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi notasi. Kata notasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata notasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di depan semua konsonan, kecuali l dan r,…. 251 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata notasi menjadi bentuk bernotasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {notasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata notasi menjadi bentuk kata bernotasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 252 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mempunyai seperangkat atau sistem lambang tanda‟.

d. Laminoalveolar z, y

Tidak ditemukan proses morfofonemik 249 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 397. 250 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1008. 251 Muhajir, op.cit, h. 52. 252 Abdul Chaer, op. cit, h. 46.

e. Laminoplanatal ñ, j, c, s

Tidak ditemukan proses morfofonemik

f. Dorsovelar g, k, ŋ, x

70. {koneksi} + {bǝ {N}-} berkoneksi „menghubungkan‟ 71. {kolaborasi} berkolaborasi „bekerja sama‟ 72. {kontribusi} berkontribusi „mempunyai andil‟ Data nomor 72 diambil dari kalimat, “Sehingga memudahkan kita untuk berkoneksi dari satu jaringan WiFi ke jaringan WiFi yang lain”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 36. Kata berkoneksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris connect yang memiliki makna „menyambungkan, menghubungkan‟. 253 Kata connect diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi koneksi. Kata koneksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata koneksi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di de pan semua konsonan, kecuali l dan r,…. 254 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk berkoneksi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {koneksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata berkoneksi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 255 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „menghubungkan‟. 253 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 139. 254 Muhajir, op.cit, h. 52. 255 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. Data nomor 71 diambil dari kalimat, “Trend aplikasi web canggih saat ini menggunakan XML Web Services atau singkatnya Web Services agar dapat saling berkolaborasi antara berbagai sistem”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 129. Kata berkolaborasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kolaborasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris collaboration yang memiliki makna „kerjasama, kolaborasi‟. 256 Kata berkolaborasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kolaborasi, yang memiliki makna „perbuatan kerja sama‟. 257 Kata collaboration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kolaborasi. Kata kolaborasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata kolaborasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di depan semua konsonan, kecuali l dan r,…. 258 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata kolaborasi menjadi bentuk berkolaborasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {kolaborasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kolaborasi menjadi bentuk kata berkolaborasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 259 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „bekerja sama‟. 260 Data nomor 72 diambil dari kalimat, “Dengan melakukan hal ini anda berkontribusi ke database sistem operasi yang dikenali Nmap dan karenanya ia akan lebih akurat”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 83. Kata berkontribusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kontribusi, yang berasal dari kata bahasa Inggris contribution yang memiliki makna „sumbangan, 256 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 124. 257 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 738. 258 Muhajir, op.cit, h. 52. 259 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 260 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 738. iuran‟. 261 Kata berkontribusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kontribusi, yang memiliki makna „uang iuran, sumbangan‟. 262 Kata contribution diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kontribusi. Kata kontribusi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata kontribusi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di depan semua konsonan, kecuali l dan r,…. 263 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata kontribusi menjadi bentuk berkontribusi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {kontribusi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kontribusi menjadi bentuk kata berkontribusi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 264 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mempunyai andil; mempunyai sumbangan ‟. 265 Fonem ŋ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x

g. Uvular

Tidak ditemukan proses morfofonemik

h. Laringal h

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h i. Glotal ? 261 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 145. 262 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 752. 263 Muhajir, op.cit, h. 52. 264 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 265 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 752. Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ? 3 Prefiks {t ǝ {r}-} Prefiks {t ǝ {r}-} mempunyai dua alomorf yang berdistribusi komplementer, yaitu alomorf t ər- dan tə-.

i. Vokal

73. {install} + {tǝ {r}-} terinstall „terpasang‟ 74. {integrasi} terintegrasi „dapat disatukanmenyatu‟ Data nomor 73 diambil dari kalimat, “Mempelajari HTML yang paling gampang adalah menggunakan software Microsoft FrontPage 2003 yang sudah otomatis terinstall jika computer Anda diinstall Microsoft Office 2003 secara lengkap”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 151. Kata terinstall merupakan hasil afiksasi terhadap leksem install, yang memiliki makna „memasang; melantik; dan menempatkan‟. 266 Kata install merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata install. Kata install belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi install. Menurut kaidah bahasa Indonesia tidak ada ll kembar, seperti ll pada kata install seharusnya digunakan kata install. Pada umumnya para praktik IT belum menggunakan kaidah bahasa Indonesia secara taat kaidah bahasa Indonesia. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 267 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata install menjadi bentuk terinstall merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {install}. Proses pembentukan kata dengan 266 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 325. 267 Muhajir, op.cit, h. 55-56. proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata install menjadi bentuk kata terinstall merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 268 Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna „terpasang‟ yang menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai predikatif. 269 Data nomor 74 diambil dari kalimat, “Untuk dapat menjalankan aplikasi ASP.NET, dibutuhkan program ASP.NET yang terintegrasi dalam Microsoft Visual Studio.NET atau menggunakan .NET Framework”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 107. Kata terintegrasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem integrasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris integration yang memiliki makna „integrasi, penggabungan‟. 270 Kata berintegrasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem integrasi, yang memiliki makna „penyatuan hingga menjadi kesatuan utuh atau bulat ‟. 271 Kata integration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi integrasi. Kata integrasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata integrasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 272 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata integrasi menjadi bentuk berinetgrasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {integrasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata integrasi menjadi bentuk kata berintegrasi merupakan jenis perubahan terjadi Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dapat disatukan yang menyatakan dapat disatukan ‟. 273 268 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 269 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 270 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 326. 271 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 559. 272 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 273 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 75. {enkripsi}+ {tǝ {r}-} terenkripsi „mengubah data ke dalam suatu kode‟ Data nomor 75 diambil dari kalimat, “Pertama kali tools ini dilaunching, ada beberapa bug dan kendala salah satunya adalah tidak ter-enkripsi nya salah satu jaringan dan email”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 47. Kata terenkripsi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem enkripsi, yang berasal dari kata bahasa Inggris encrypt v encryption n yang memiliki makna „computing to put information into a special code, especially in order to prevent people from looking at it without authority‟. 274 Kata terenkripsi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem enkripsi, yang memiliki makna „pengubahan data ke dalam suatru kode untuk tujuan keamanan ‟. 275 Kata encrypt diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi enkripsi. Kata enkrpsi merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata enkripsi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 276 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata enkripsi menjadi bentuk terenkripsi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {enkripsi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata enkripsi menjadi bentuk kata terenkripsi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 277 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diubah yang 274 Oxford University, op.cit, h. 482. 275 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 393. 276 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 277 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. menyatakan tak sengaja diubah data ke dalam suatu kode untuk tujuan keamanan‟. 278 76. {auntentifikasi} +{tǝ {r}-} ter auntentifikasi „proses memvalidasi user‟ Data nomor 76 diambil dari kalimat, “Preferred Networks adalah daftar dimana jaringan wireless yang sudah terkoneksi oleh wireless client dan jaringan ini sudah ter autenfikasi oleh client”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 32 Kata terautenfikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem autenfikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris authentication yang memiliki makna „to prove that something is genvine realtrup ‟. 279 Kata terautenfikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem autenfikasi. Kata authentication diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi autenfikasi. Kata autenfikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata autenfikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 280 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata autenfikasi menjadi bentuk terautenfikasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {autenfikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata autenfikasi menjadi bentuk kata terautenfikasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 281 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „proses memvalidasi user pada saat memasuki sistem‟. ii. Konsonan 278 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 279 Oxford University, op.cit, h. 83. 280 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 281 Abdul Chaer, op. cit, h. 46.

a. Bilabial b, p,m, dan w

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem

b. Labiodental v, f

77. {format} + {tǝ {r}-} terformat „terbentuk‟ Data nomor 77 diambil dari kalimat, “Fungsi scanf membentuk input terformat”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 29. Kata terformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format, yang memiliki makna „bentuk, pola, ukuran‟. 282 Kata terformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format. Kata format diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi format. Kata format merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata format. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks ter- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf te- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan, kecuali h. 283 Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 284 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata format menjadi bentuk terformat merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {format}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata format menjadi bentuk kata terformat merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 285 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses 282 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 258. 283 Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 56. 284 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 285 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. morfofonemik, kata ini memiliki makna „terbentuk yang menyatakan dapat dibentuk‟. 286 Tidak ditemukan proses morfofonemik pada fonem v

c. Apikoalveolar d, t, n, r

78. {deteksi} + {tǝ {r}-} terdeteksi „terperiksa‟ 79. {definisi} terdefinisi „dapat didefinisikandiartikan‟ Data nomor 78 diambil dari kalimat, “Connection ini akan menampilkan segala informasi access point yang tersambung atau terdeteksi oleh device kita”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 21. Kata terdeteksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deteksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris detection yang memiliki makna „penemuan‟ 287 . Kata detection diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi deteksi. Kata deteksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deteksi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 288 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata deteksi menjadi bentuk terdeteksi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {deteksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deteksi menjadi bentuk kata terdeteksi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 289 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „terperiksa yang menyatakan dapat diperiksa. 286 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 287 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 178. 288 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 289 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. Data nomor 79 diambil dari kalimat, “Statemen ini ada duajenis, yaitu statemen berulang dengan jumlah terdefinisi dan statemen berulang dengan jumlah tak tentu sampai dipenuhinya suatu kondisi tertentu”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 19. Kata terdefinisi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem definisi, yang berasal dari kata bahasa Inggris definition yang memiliki makna „definisi, ketentuan‟. 290 Kata terdefinisi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem definisi, yang memiliki makna „batasan arti; keterangan singkat dan jelas‟. 291 Kata definision diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi definisi. Kata definisi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata definisi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 292 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata definisi menjadi bentuk terdefinisi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {definisi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata definisi menjadi bentuk kata terdefinisi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 293 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dapat didefinisikan atau dapat diartikan ‟. 294

d. Laminoalveolar z, y

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem z dan y

e. Laminoplanatal ñ, j, c, s

80. {cover} + {tǝ {r}-} tercover „tercover‟ 290 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 171. 291 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 330. 292 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 293 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 294 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 81. {capture} tercapture „terambil‟ Data nomor 80 diambil dari kalimat, “Pada gambar di atas menunjukkan bahwa dengan software WirelessMon ini kita bisa mendeteksi perangkat access point yang pernah tercover oleh PC maupun laptop kita”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 19. Kata tercover merupakan hasil afiksasi terhadap leksem cover, yang berasal dari kata bahasa Inggris cover yang memiliki makna „hideprotect; to place something over or in front of something in order to hide or protect it‟. 295 Kata tercover merupakan hasil afiksasi terhadap leksem cover. Kata cover belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi cover. Kata cover merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata cover. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 296 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata cover menjadi bentuk tercover merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {cover}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata cover menjadi bentuk kata tercover merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 297 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dapat dicover‟. 298 Data nomor 81 diambil dari kalimat, “Jika dalam script tidak tersedia pilihan ini maka semua paket akan ter-capture”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 45. 295 Oxford University, op.cit, h. 337. 296 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 297 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 298 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. Kata tercapture merupakan hasil afiksasi terhadap leksem capture, yang berasal dari kata bahasa Inggris capture yang memiliki makna „menangkap‟. 299 Kata capture belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata capture merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata capture. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 300 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata capture menjadi bentuk tercapture merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {capture}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata capture menjadi bentuk kata tercapture merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 301 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „terambil yang menyatakan tak sengaja diambil ‟. 302 82. {segmentasi} tersegmentasi „dibagiterbagi‟ Data nomor 82 diambil dari kalimat, “Penggunaan modul ini memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pengujian jaringan nirkabel yang dapat dievaluasi pada setiap jalur aksesnya, dan memastikan bahwa data sensitif seperti kartu kredit atau data sensitif perusahaan tersegmentasi dan aman”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 101. Kata tersegementasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem segmen, yang berasal dari kata bahasa Inggris segmentation yang memiliki makna „pembagian menjadi ruas- ruas‟. 303 Kata tersegmentasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem segmentasi, yang memiliki makna „pembagian dalam segmen‟. 304 Kata 299 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 98. 300 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 301 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 302 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 303 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 511. 304 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1284. segementation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi segementasi. Kata segementasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata segementasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 305 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata segementasi menjadi bentuk tersegementasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {segementasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata segementasi menjadi bentuk kata tersegementasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 306 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dibagi yang menyatakan dapat dibagidisegmentasikan‟. 307

f. Dorsovelar g, k, ŋ, x

83. {koneksi} + {tǝ {r}-} terkoneksi „terhubung‟ 84. {komputerisasi} terkomputerisasi „sudah dikomputerisasi‟ 85. {kompilasi} terkompilasi „terhimpun; dikumpulkan‟ Data nomor 8 3 diambil dari kalimat, “External IP ini didapat jika anda terkoneksi langsung dengan internet atau ISP”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 21. Kata terkoneksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, bahasa Inggris connect yang memiliki makna „menyambungkan, menghubungkan‟. 308 Kata connect diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi koneksi. Kata koneksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata koneksi. 305 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 306 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 307 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 308 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 139. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 309 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk terkoneksi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {koneksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata terkoneksi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 310 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „terhubung yang menyatakan dapat dihubungkan ‟. 311 Data nomor 84 diambil dari kalimat, “Sebuah perusahaan menginginkan sebuah sistem pengarsipan data pelanggan secara terkomputerisasi ”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 116. Kata terkomputerisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem komputerisasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris computerize yang memiliki makna „mengkomputerkan‟. 312 Kata terkomputerisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem komputerisasi, yang memiliki makna „penggunaan computer dalam menghitung, mengelola data, dsb secara besar-besaran; pengkomputeran ‟. 313 Kata computerize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi komputerisasi. Kata komputerisasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata komputerisasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 314 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata komputerisasi menjadi bentuk terkomputerisasi 309 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 310 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 311 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 312 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 134. 313 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730. 314 Muhajir, op.cit, h. 55-56. merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {komputerisasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata komputerisasi menjadi bentuk kata terkomputerisasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 315 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „sudah dikomputerisasi‟ 316 yang menyatakan tak sengaja dikomputerisasi. 317 Data nomor 85 diambil dari kalimat, “ASP.NET adalah bahasa yang terkompilasi menjadi .dll berbasiskan .NET Framework sehingga Anda dapat menggunakan beberapa bahasa pemrograman yang mendukung .NET, seperti Visual Basic.NET, C Csharp, C++, dan Jscript”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 107. Kata terkompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris compilation yang memiliki makna „himpunan, kompilasi‟. 318 Kata terkompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang memiliki makna „kumpulan yang tersusun secara teratur tentang daftar informasi, karangan-karangan, dsb ‟. 319 Kata compilation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kompilasi. Kata kompilasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kompilasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 320 Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata kompilasi menjadi bentuk terkompilasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {kompilasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kompilasi menjadi bentuk kata 315 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 316 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 745. 317 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. 318 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 132. 319 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 743. 320 Muhajir, op.cit, h. 55-56. terkompilasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem. 321 Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „terhimpun;terkumpul yang menyatakan tak sengaja dihimpundikumpulkan‟. 322 Fonem ŋ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x

g. Uvular

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem

h. Laringal h

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h i. Glotal ? Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ? 4 Prefiks {di-} Prefiks {di-} hanya mempunyai satu bentuk morf saja.

i.Vokal

86. {implementasi} + {di-} diimplementasikan „dilaksanakan‟ 87. {identifikasi} diidentifikasi „diperiksa, dikenal‟ 88. {install} dinstall „dipasang‟ 89. {input} dinput „dimasukkan‟ 321 Abdul Chaer, op. cit, h. 46. 322 Masnur Muslich, op.cit, h. 71. Data nomor 86 diambil dari kalimat “Dengan ERD ini kita dapat membuat sebuah relational conditionhubungan antar-elemen di mana pada tahap selanjutnya dapat diimplementasikan ke dalam bentuk tabel relasi”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 34. Kata diimplementasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem implementasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris implementation yang memiliki makna „pelaksanaan, implementasi‟. 323 Kata diimplementasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem implementasi, yang memiliki makna „pelaksanaan‟. 324 Kata implementation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi implementasi. Kata implementasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial nomina pada kata implementasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 325 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata implementasi menjadi bentuk diimplementasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {implementasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata implementasi menjadi bentuk kata diimplementasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dilaksanakan yang menyatakan suatu tindakan yang pasif ‟. 326 Data nomor 87 diambil dari kalimat, “Software Cascade Pilot juga menyederhanakan tugas analisis multi-segmen, menghubungkan dan menganalisis aliran data yang didapat dari berbagai lokasi atau sumber untuk dengan cepat diidentifikasi di mana isu-isu yang berhubungan dengan kinerja jaringan terjadi”. 323 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 313. 324 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 548. 325 Muhajir, op.cit, h.53. 326 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 52. Kata diidentifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem identifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris identification yang memiliki makna „pengenalan, kartu pengenal‟. 327 Kata diidentifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem identifikasi, yang memiliki makna „perbuatan menetapkan identitas seseorang benda dsb ‟. 328 Kata identification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi identifikasi. Kata identifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata identifikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 329 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata identifikasi menjadi bentuk diidentifikasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {identifikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata identifikasi menjadi bentuk kata diidentifikasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diperiksa, dikenal‟. 330 Yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 331 Data nomor 88 diambil dari kalimat, “Mempelajari HTML yang paling gampang adalah menggunakan software Microsoft FrontPage 2003 yang sudah otomatis terinstall jika computer Anda diinstall Microsoft Office 2003 secara lengkap”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 151. 327 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 309. 328 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 538. 329 Muhajir, op.cit, h.53. 330 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. 331 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Kata diinstall merupakan hasil afiksasi terhadap leksem install, yang memiliki makna „memasang; melantik; dan menempatkan‟ 332 . Kata install merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata install. Kata install belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi install. Menurut kaidah bahasa Indonesia tidak ada ll kembar, seperti ll pada kata install seharusnya digunakan kata install. Pada umumnya para praktik IT belum menggunakan kaidah bahasa Indonesia secara taat kaidah bahasa Indonesia. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja , …. 333 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata install menjadi bentuk diinstall merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {install}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata install menjadi bentuk kata diinstall tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu „dipasang‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 334 Data nomor 89 diambil dari kalimat, “Tipe data yang akan diinputkan dapat ditentukan dengan fungsi scanf ”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 30. Kata diinputkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem input, yang memiliki makna „tenaga yang dimasukkan‟. 335 Kata input merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial 332 John M. Echols dan Hassan Shadaily. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2007, Cet. Ke-20, h. 325. 333 Muhajir, op.cit, h.53. 334 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 335 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 325. kata pada kata input. Kata input belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi input. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf di- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,... 336 Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata input menjadi bentuk diinputkan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {input}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata input menjadi bentuk kata diinputkan merupakan jenis Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan „dimasukkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 337 90. {update} + {di-} diupdate „diperbaharui‟ Data nomor 90 diambil dari kalimat “Selain itu, melalui proses evaluasi terhadap program, dimungkinkan program dapat diupdate atau dikonversi ke dalam sistem baru yang lebih sempurna dari versi sebelumnya”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 47. Kata diupdate merupakan hasil afiksasi terhadap leksem update, yang berasal dari kata bahasa Inggris update yang memiliki makna „memperbaharui, membaharui ‟. 338 Kata di update merupakan hasil afiksasi terhadap leksem update, dalam bahasa Indonesia kata membaruimemperbaharui memiliki makna „memperbaiki supaya baru‟. 339 Kata update diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi update. Kata update merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata update. Kata makeup tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia namun digunakan seperti asalnya makeup. Secara historis, pada zaman dahulu orang Indonesia tidak suka berdandan kemudian setelah dijajah orang Indonesia mendapatkan pengaruh 336 Muhajir, op.cit, h. 55-56. 337 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 338 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 623. 339 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730. berdandan dan merias diri dengan menyebut makeup. Kata update pun yang digunakan seperti asalnya, yaitu update. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 340 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata update menjadi bentuk diupdate merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {update}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata update menjadi bentuk kata diupdate tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diperbaharui‟ 341 yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 342 91. {akses} + {di-} diakses „diakses‟ 92. {asosiasi} diasosiasikan „diasosiasikan‟ 93. {abstraksi} diabstraksikan „diabstraksikan‟ 94. {aktif} diaktifkan „diaktifkan‟ Data nomor 91 diambil dari kalimat, “Alasan keamanan disini dibutuhkan dalam jaringan WiFi adalah karena WIFI menggunakan media gelombang radio dimana gelombang ini mudah ditangkap oleh berbagai peralatan yang mempunyai fasilitas wireless nya sehingga gampang diakses dan digunakan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 3. Kata diakses merupakan hasil afiksasi terhadap leksem akses, yang berasal dari kata bahasa Inggris access yang memiliki makna „jalan masuk‟ 343 . Kata eccess diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi akses. Kata akses merupakan 340 Muhajir, op.cit, h.53. 341 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. 342 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 343 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 5. kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata akses. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya m empunyai satu bentuk morf saja, …. 344 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata akses menjadi bentuk diakses merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {akses}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata akses menjadi bentuk kata diakses tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diakses artinya dibuka aksesjalan masuk‟ menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 345 Data nomor 92 diambil dari kalimat, “Pencarian host seringkali disebut ping scan, namun ia lebih daripada sekedar melakukan pengitiman paket echo request ICMP yang diasosiasikan dengan tool terkenal ping”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 69. Kata diasosiasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris associate yang memiliki makna „teman sejawat, rekan, kolega‟. 346 Kata diasosiasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang memiliki makna „persatuan antara rekan usaha, persekutuan dagang, perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama ‟. 347 Kata associate diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi asosiasi. Kata asosiasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata asosiasi. 344 Muhajir, op.cit, h.53. 345 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 346 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 42. 347 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 99. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 348 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata asosiasi menjadi bentuk diasosiasikan merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {asosiasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata asosiasi menjadi bentuk kata diasosiasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diasosiasikan‟ 349 yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 350 Data nomor 93 diambil dari kalimat, “Contoh abstraksi adalah obyek Dosen yang diabstraksikan sebagai orang yang mengajar di pergurun tinggi, sementara Mahasiswa adalah orang yang terdaftar belajar di perguruan tinggi”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 4. Kata diabstraksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem abstrak, yang berasal dari kata bahasa Inggris abstrack yang memiliki makna „ringkasan, intosari, ringkasan; abstrak‟. 351 Kata diabstraksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem abstrak, yang memiliki makna „abstrak n ringkasan isi, ikhtisar, inti skripsi, laporan, dsb; abstrak a tidak berwujud, tidak berupa, dan tidak dapat diraba; tidak dapat dilihat atau tidak dapat dirasa dengan indra, tetapi hanya dalam pikiran‟. 352 Kata abstrack diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi abstrak. Kata abstrak merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata abstrak. 348 Muhajir, op.cit, h.53. 349 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. 350 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 351 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 4. 352 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 5. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 353 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata abstrak menjadi bentuk diabstraksikan merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {abstrak}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata abstrak menjadi bentuk kata diabstraksikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diabstraksikan‟ 354 yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 355 Data nomor 94 diambil dari kalimat, “Pencarian host seringkali disebut ping scan, namun ia lebih daripada sekedar melakukan pengitiman paket echo request ICMP yang diaktifkan d engan tool terkenal ping”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 69. Kata diaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aktif, yang berasal dari kata bahasa Inggris active yang memiliki makna „aktif, gesit, giat, bersemangat‟. 356 Kata diaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aktif, yang memiliki makna „giat‟. 357 Kata active diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi aktif. Kata aktif merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata aktif. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 358 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata aktif menjadi bentuk diaktifkan merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {aktif}. Proses 353 Muhajir, op.cit, h.53. 354 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. 355 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 356 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9. 357 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 31. 358 Muhajir, op.cit, h.53. pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata aktif menjadi bentuk kata diaktifkan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diaktifkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 359 95. {eksekusi} dieksekusi „diputuskan‟ 96. {evaluasi} dievaluasi „dinilai‟ 97. {edit} diedit „diperbaiki‟ Data nomor 95 diambil dari kalimat, “Setelah itu diketik dan di eksekusi maka adapter wireless anda akan kembali seperti semula dan bisa digunakan untuk transmit maupun receive data”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 47. Kata dieksekusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem eksekusi, yang memiliki makna „pelaksanaan putusan hakim, pelaksanaan hukuman badan pengadilan‟. 360 Kata dieksekusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem eksekusi. Kata eksekusi diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi eksekusi. Kata eksekusi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata eksekusi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 361 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata eksekusi menjadi bentuk dieksekusi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {eksekusi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata eksekusi menjadi bentuk kata dieksekusi 359 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 360 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 377. 361 Muhajir, op.cit, h.53. tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diputuskan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 362 Data nomor 96 diambil dari kalimat, “Penggunaan modul ini memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pengujian jaringan nirkabel yang dapat dievaluasi pada setiap jalur aksesnya, dan memastikan bahwa data sensitif seperti kartu kredit atau data sensitif perusahaan tersegmentasi dan aman”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 101. Kata dievaluasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem evaluasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris evaluation yang memiliki makna „evaluasi, penilaian, penaksiran‟. 363 Kata dievaluasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem evaluasi, yang memiliki makna „penilaian‟. 364 Kata evaluation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi evaluasi. Kata evaluasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata evaluasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 365 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata evaluasi menjadi bentuk dievaluasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {evaluasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata evaluasi menjadi bentuk kata dievaluasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dinilai‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 366 362 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 363 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 220. 364 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 400. 365 Muhajir, op.cit, h.53. 366 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Data nomor 97 diambil dari kalimat, “User dapat mengklik tanggal yang akan diedit untuk mengedit isi memo”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 166. Kata diedit merupakan hasil afiksasi terhadap leksem edit, yang berasal dari kata edit bahasa Inggris yang memiliki makna „membaca, memperbaiki‟. 367 Kata edit merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata edit. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 368 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata edit menjadi bentuk diedit merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {edit}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata edit menjadi bentuk kata diedit tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diperbaiki‟ 369 yang menyatak an suatu tindakan yang pasif‟. 370 98. {override} + {di-} dioverride „dikesampingkan, ditolak‟ 99. {optimasi} dioptimasi „dioptimalkan, ditingkatkan‟ Data nomor 98 diambil dari kalimat, “Jika digunakan sembarang opsi tipe pemeriksaan dan nomor port, pemeriksaan baku ACK dan echo request akan di-override ”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 72. Kata dioverride merupakan hasil afiksasi terhadap leksem override, yang berasal dari kata bahasa Inggris override yang memiliki makna 367 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 207. 368 Muhajir, op.cit, h.53. 369 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607. 370 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. „mengesampingkan, menolak‟. 371 Kata override belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata override merupakan kelaskategorial kata adverb proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata override. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 372 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata override menjadi bentuk dioverride merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {override}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata override menjadi bentuk kata dioverride tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dikesampingkan, ditolak‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 373 Data nomor 99 diambil dari kalimat, “Dengan adanya WinPcap ini semua jaringan akan di optimasi sehingga peng-capture-an paket bisa lebih cepat”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 42. Kata dioptimasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem optimasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris optimal yang memiliki makna „paling bagustinggi, hasil terbagus ‟. 374 Kata optimal merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata optimal menjadi kata nomina. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 375 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan.Dengan 371 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 413. 372 Muhajir, op.cit, h.53. 373 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 374 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 407. 375 Muhajir, op.cit, h.53. demikian, yang terjadi pada bentuk kata optimasi menjadi bentuk dioptimasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {optimasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata optimasi menjadi bentuk kata dioptimasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dioptimalkan, ditingkatkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 376 ii. Konsonan

a. Bilabial b, p, m, w

100. {burn} + {di} diburn „dibakar‟ 101. {broadcast} dibroadcast „disiarkan‟ 102. {blokir} diblokir „diberhentikandibekukan‟ 103. {backup} dibackup „disimpan ulang‟ Data nomor 100 diambil dari kalimat, “Pastikan file database .mdf dan .ldf selalu Anda backup dengan cara di-burn di cd atau media penyimpan lainnya”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 31. Kata diburn merupakan hasil afiksasi terhadap leksem burn, yang berasal dari kata bahasa Inggris burn yang memiliki makna „luka hangus,pembakaran‟ 377 . Kata burn belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata burn merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata nomina pada kata burn. 376 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 377 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 89. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 378 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata burn menjadi bentuk diburn merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {burn}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata burn menjadi bentuk kata diburn tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dibakar‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 379 Data nomor 101 diambil dari kalimat, “Deteksi pasif access point, artinya jika ada klien pengguna dapat mengetahui SSID dari AP yang telah dibroadcast ”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 94. Kata dibroadcast merupakan hasil afiksasi terhadap leksem broadcast, yang berasal dari kata bahasa Inggris broadcast yang memiliki makna „menyiarkan, menaburkan ‟. 380 Kata broadcast belum meiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata broadcast merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata broadcast. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 381 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata broadcast menjadi bentuk dibroadcast merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {broadcast}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata broadcast menjadi bentuk kata 378 Muhajir, op.cit, h.53. 379 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 380 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 84. 381 Muhajir, op.cit, h.53. dibroadcast tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disiarkan‟, dalam TI kata dibroadcast memiliki makna „disiarkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 382 Data nomor 102 diambil dari kalimat, “Sebaiknya firewall pada mesin yang bersangkutan dinonaktifkan terlebih dahulu, karena dimungkinkan hasil pencarian jaringan akan diblokir seluruhnya atau sebagian”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 96. Kata diblokir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem blokir, yang berasal dari kata bahasa Inggris block yang memiliki makna „balok,blok‟ 383 . Kata block diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi blok kemudian berkembang menjadi sebuah leksem baru blokir yang bermakna „bekukan sesuatu‟. 384 Kata blokir merupakan kelaskategorial kata kerja proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata blokir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 385 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata blokir menjadi bentuk diblokir merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {blokir}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata blokir menjadi bentuk kata diblokir tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diberhentikandibekukan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 386 Data nomor 103 diambil dari kalimat, 382 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 383 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 384 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201. 385 Muhajir, op.cit, h.53. 386 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. “Kita harus membuat sebuah file database baru untuk menggantikan file database lama yang telah dibackup tadi”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 94. Kata dibackup merupakan hasil afiksasi terhadap leksem backup, yang berasal dari kata bahasa Inggris backup yang memiliki makna „membuat marah‟. 387 Dalam TI kata backup memiliki mak na ‟menyimpan ulang data‟. Kata backup belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata backup merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata backup. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 388 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata backup menjadi bentuk dibackup merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {backup}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata backup menjadi bentuk kata dibackup tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memilik i makna „disimpan ulang‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 389 104. {minimal} + {di} diminimalisasi „diminimalisasidiperkecil‟ 105. {modifikasi} di modifikasi „dimodifikasi, diubah‟ 106. {monitor} dimonitoring „diperhatikan, diawasi‟ Data nomor 104 diambil dari kalimat, “Untuk masing-masing sistem operasi, Cisco IPSec VPN telah tersedia sesuai dengan sistem operasi yang ada sehingga terjadi bug atau error sebisa mungkin bisa diminimalisasi ”. 387 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 49. 388 Muhajir, op.cit, h.53. 389 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 35. Kata diminimalisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem minimalisasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris minimize yang memiliki makna „memperkecil‟. 390 Kata minimize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi minimal yang memiliki makna „sedikit-dikitnya, sekurang-kurangnya‟. 391 Kata minimalisasi memiliki makna yang sama dengan peminimalan yang memiliki makna „perbuatan meminimalkan‟. 392 Kata minimalisasi merupakan kelaskategorial kata adjektifa proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata minimalisasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 393 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata minimalisasi menjadi bentuk diminimalisasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {minimalisasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata minimalisasi menjadi bentuk kata diminimalisasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diminimalisasidiperkecil‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 394 Data nomor 105 diambil dari kalimat, “Kegiatan ini bisa dimonitoring dengan cara meng-capture atau menangkap perjalanan paket data dari client hingga pusat jaringan yang dituju”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 39. 390 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 381. 391 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 916. 392 Ibid., h.958. 393 Muhajir, op.cit, h.53. 394 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Kata dimonitoring merupakan hasil afiksasi terhadap leksem monitoring, yang berasal dari kata bahasa Inggris monitor yang memiliki makna „penerima,pencatat‟. 395 Dalam TI kata monitoring ini memiliki makna „diperhatikan, diawasi‟. Kata monitoring belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata monitoring merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata monitoring. Menurut Wisnu Sasangka imbuhan –ing bukanlah imbuhan dalam bahasa Indonesia. 396 Artinya, kata monitoring mendapatkan imbuhan –ing Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 397 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata monitoring menjadi bentuk dimonitoring merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {monitoring}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata monitoring menjadi bentuk kata dimonitoring tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diperhatikan, diawasi‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 398 Data nomor 106 diambil dari kalimat, “Setiap versi dari WinPcap selalu menyertakan “developer‟s pack” atau script untuk dicompile atau di modifikasi, sehingga para programmer tinggal meng-create dari contoh yang sudah ada dan dibuat sendiri formula nya sesuai kebutuhan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 43. Kata dimodifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem modifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris modification yang memiliki makna 395 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 385. 396 Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, Gapura Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Elmatera, 2013, h.86-87. 397 Muhajir, op.cit, h.53. 398 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. „memodifikasi, mengubah‟. 399 Kata modification di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi modifikasi. Kata modifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata modifikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 400 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata modifikasi menjadi bentuk dimodifikasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {modifikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata modifikasi menjadi bentuk kata dimodifikasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dimodifikasi, diubah‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 401 107. {publish} dipublish „diterbitkan, diumumkan‟ 108. {pause} di pause „diistirahatkan „diistirahatkan, disela‟ Data nomor 107 diambil dari kalimat, “Dokumen web yang siap untuk dipublish akan disimpan di suatu server yang dikenal sebagai web server”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 151. Kata dipublish merupakan hasil afiksasi terhadap leksem publish, yang berasal dari kata bahasa Inggris publish yang memiliki makna „menerbitkan, mengumumkan ‟. 402 Kata publish belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata publish merupakan kelaskategorial kata keterangan proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata publish. 399 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 384. 400 Muhajir, op.cit, h.53. 401 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 402 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 455. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 403 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata publish menjadi bentuk dipublish merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {publish}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata publish menjadi bentuk kata dipublish tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diterbitkandiumumkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 404 Data nomor 108 diambil dari kalimat, “Bisa juga di pause”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 33. Kata dipause merupakan hasil afiksasi terhadap leksem pause, yang berasal dari kata bahasa Inggris pause yang memiliki makna „selaan, istirahat‟. 405 Kata pause diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi pause. Kata pause merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata pause. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 406 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata pause menjadi bentuk dipause merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {pause}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata pause menjadi bentuk kata dipause tidak terdapat jenis perubahan. Setelah 403 Muhajir, op.cit, h. 53. 404 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 405 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 421. 406 Muhajir, op.cit, h. 53. mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diistirahatkandisela‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 407

b. Labiodental v, f

109. {validasi} + {di} divalidasi „disahkan‟ 110. {filter} difilter „disaring‟ 111. {format} diformat „dibentuk ulang‟ Data nomor 109 diambil dari kalimat, “Data yang diisi akan divalidasi dengan memanggil fungsi FormatKTP”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h.25. Kata divalidasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem validasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris validation yang memiliki makna „pengesahan‟. 408 Kata validation di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi validasi. Kata validasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata validasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 409 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata validasi menjadi bentuk divalidasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {validasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata validasi menjadi bentuk kata divalidasi tidak terdapat jenis 407 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 408 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 626. 409 Muhajir, op.cit, h. 53. perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disahkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 410 Data nomor 110 diambil dari kalimat, “Sehingga Nmap tidak dapat mengetahui dengan tepat apakah port terbuka atau difilter”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 83. Kata difilter merupakan hasil afiksasi terhadap leksem filter, yang berasal dari kata bahasa Inggris filter yang memiliki makna „saringan, penapis, penyaring‟. 411 Kata filter diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi filter yang bermakna „alat untuk menyaring‟. 412 Kata filter merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata filter. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 413 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata filter menjadi bentuk difilter merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {filter}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata filter menjadi bentuk kata difilter tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disaringdifilter‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 414 Data nomor 111 diambil dari kalimat, “Pengguna harus mengisi sebanyak 16 angka dan secara otomatis angka akan diformat menjadi 1234-4567-4567- 4567 karakter pembatas “ –“ setiap digit ke empat”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 13. 410 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 411 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 240. 412 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 411. 413 Muhajir, op.cit, h. 53. 414 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Kata diformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format, yang memiliki makna „bentuk, pola, ukuran‟ 415 . Kata format diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi format yang memiliki makna „bentuk dan ukuran‟. 416 Kata format merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata format. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bent uk morf saja, …. 417 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata format menjadi bentuk diformat merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {format}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata format menjadi bentuk kata diformat tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memilik i makna „dibentuk ulang‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 418

c. Apikoalveolar d, t, n, r

112. {delete} + {di} didelete „dihapus‟ 113. {download} didownload „diunduh‟ 114. {drop} didrop „diturunkan‟ 115. {desain} didesain „dibentuk‟ 116. {drag-and-drop} didrag-and-drop „ditarik dan diturunkan‟ 117. {deklarasi} dideklarasikan „dinyatakan‟ Data nomor 112 diambil dari kalimat, “Selain itu ada fitur yang lain, yaitu BPF Filter dimana fitur ini memilih paket yang akan di delete oleh anda sehingga paket yang disimpan hanya paket-paket yang benar-benar dibutuhkan oleh anda”. 415 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 258. 416 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 396. 417 Muhajir, op.cit, h. 53. 418 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 45. Kata didelete merupakan hasil afiksasi terhadap leksem delete, yang berasal dari kata bahasa Inggris delete yang memiliki makna „menghilangkan, mencoret, menghapuskan ‟. 419 Kata delete di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi delete. Kata delete memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu hapus. Kata delete merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata delete. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 420 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata delete menjadi bentuk didelete merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {delete}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata delete menjadi bentuk kata didelete tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dihapus‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 421 Data nomor 113 diambil dari kalimat, “Anda mungkin perlu menginstall Java JDK 1.5 yang dapat di-download di www.java .sun.com”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 162. Kata didownload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem download, yang berasal dari kata bahasa Inggris download yang memiliki makna „something computing to move data to smaller computer system from a large one‟. 422 Kata download merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata download. 419 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 172. 420 Muhajir, op.cit, h.53. 421 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 422 Oxford University. Oxford Advance Learner‟s Dictionary International Student‟s Edition, op.cit, h. 440. Kata download memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu, unduh. Sudah sejak sekian lama kata unduh sudah terkonsep dalam bahasa Indonesia, ini membuktikkan bahwa bangsa Indonesia konsep pemikirannya jauh lebih maju dan seharusnya digunakan kata diunduh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 423 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata download menjadi bentuk didownload merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {download}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata download menjadi bentuk kata didownload tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diunduh‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 424 Data nomor 114 diambil dari kalimat, “Pemeriksaan SYN kemungkinan berfungsi untuk sistem tersebut, karena paket ACK yang tidak diharapkan umumnya dikenali sebagai palsu dan di-drop ”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 75. Kata didrop merupakan hasil afiksasi terhadap leksem drop, yang berasal dari kata bahasa Inggris drop yang memiliki makna „penurunan, melemah‟. 425 Kata drop belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata drop merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata drop. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 426 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya 423 Muhajir, op.cit, h.53. 424 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 425 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 200. 426 Muhajir, op.cit, h. 53. memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata drop menjadi bentuk didrop merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {drop}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata drop menjadi bentuk kata didrop tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diturunkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 427 Dalam kalimat tersebut kata didrop menyatakan dibuang atau ditempatkan di tempat lain. Data nomor 115 diambil dari kalimat, “Konsep kerja program akan didesain secara otomatis”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 32. Kata didesain merupakan hasil afiksasi terhadap leksem desain, yang berasal dari kata bahasa Inggris design yang memiliki makna „potongan, bentuk, model, pola ‟. 428 Kata design di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi desain yang memiliki makna „kerangka bentuk; rancangan‟. 429 Kata desain merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata desain. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 430 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata desain menjadi bentuk didesain merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {desain}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata desain menjadi bentuk kata didesain tidak terdapat jenis 427 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 428 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 177. 429 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 346. 430 Muhajir, op.cit, h. 53. perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dibentuk‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 431 Data nomor 116 diambil dari kalimat, “Notasi untuk mengisi diagram window bisa diambil dari diagram toolbar, dan elemennya bisa di-drag-and-drop dari browser”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 33. Kata didrag and drop merupakan hasil afiksasi terhadap dua leksem, yaitu drag dan drop, yang berasal dari kata bahasa Inggris drag dan drop. Kata drag memiliki makna „tarikan‟. 432 Dan kata drop memiliki makna „penurunan, melemah‟. 433 Kata drag dan drop di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi drag dan drop. Kata drag dan drop merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata drag dan drop. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 434 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata drag dan drop menjadi bentuk didrag dan drop merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {drag dan drop}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata drag dan drop menjadi bentuk kata didrag dan drop tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „ditarik dan diturunkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 435 Dalam kata didrag and drop ada kalimat tersebut menyatakan ditekan dan dilepas, biasanya menggunakan alat mouse. 431 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 432 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 196. 433 Ibid., h. 200. 434 Muhajir, op.cit, h.53. 435 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Data nomor 117 diambil dari kalimat, “Jika jawabannya tidak hasil dari penekanan tombol NO, maka program akan memanggil rutin BERSIH yang telah dideklarasikan sebelumnya di general declaration”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 121. Kata dideklarasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deklarasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris declaration yang memiliki makna „pernyataan, keterangan‟. 436 Kata declaration belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia dan diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi deklarasi. Kata deklarasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deklarasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 437 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata deklarasi menjadi bentuk dideklarasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {deklarasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deklarasi menjadi bentuk kata dideklarasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dinyatakan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 438 Dalam kalimat tersebut kata dideklarasikan menyatakan dijabarkan. 118. {transfer} + {di-} ditransferkan „dipindahkan‟ 119. {trun-on} ditrun-on „dihidupkan‟ 120. {transformasi} ditransformasikan „dipindahkan‟ Data nomor 118 diambil dari kalimat, 436 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 169. 437 Muhajir, op.cit, h.53. 438 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. “Max Rate – menampilkan throughput maksimal dari data yang ditransferkan oleh access point tertentu”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 10. Kata ditransferkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transfer, yang berasal dari kata bahasa Inggris transfer yang memiliki makna „pergantian, serah- terima, pergantian‟. 439 Kata transfer diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi transfer. Kata transfer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata transfer. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 440 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transfer menjadi bentuk ditransferkan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {transfer}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transfer menjadi bentuk kata ditransferkan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dipindahkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 441 Data nomor 119 diambil dari kalimat, “Ini terutama berhubungan dengan error yang mungkin terjadi, misalnya karena sistem kekurangan data untuk diolah usia pegawai belum diinput, terjadi masalah internal sistem computer folder terhapus, terjadi masalah eksternal printer belum di turn-on ”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 17. Kata diturn-on merupakan hasil afiksasi terhadap leksem trun-on, yang berasal dari kata bahasa Inggris trun-on yang memiliki makna „to depend on something to have something as it main topicto attrack somebody suddenly an 439 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 601. 440 Muhajir, op.cit, h.53. 441 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. unexpectedy ‟. 442 Tetapi dalam istilah TI kata trun-on memiliki makna menghidupkan lawan dari kata trun off. Kata trun-on belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata trun-on merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata trun-on. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 443 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata trun-on menjadi bentuk ditrun-on merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {turn-on}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata trun-on menjadi bentuk kata ditrun-on tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dihidupkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 444 Data nomor 120 diambil dari kalimat, “Component prjPelanggan ini siap ditransformasikan ke dalam kode Visual Basic”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 103. Kata ditransformasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transformasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris transformation yang memiliki makna „a complete change in somebodysomething‟. 445 Kata transformation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi transformasi. Kata transformasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata transformasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 446 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya 442 Oxford University, op.cit, h. 1606. 443 Muhajir, op.cit, h.53. 444 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 445 Oxford University, op.cit, h. 1587. 446 Muhajir, op.cit, h.53. memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transformasi menjadi bentuk ditransformasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {transformasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transformasi menjadi bentuk kata ditransformasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dipindahkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 447 Dalam kalimat tersebut kata transformasi menyatakan dipindahkan suatu penjabaran ke dalam suatu kode. 121. {nonaktif} + {di-} dinonaktifkan „dimatikan‟ 122. {notasi} dinotasikan „disimbolkan‟ Data nomor 121 diambil dari kalimat, “Sebaiknya firewall pada mesin yang bersangkutan dinonaktifkan terlebih dahulu, karena dimungkinkan hasil pencarian jaringan akan diblokir seluruhnya atau sebagian”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 96. Kata dinonaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem nonaktif, yang berasal dari kata bahasa Inggris nonactive yang memiliki makna „tidak aktif, tidak gesit‟. 448 Kata nonactive diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi nonaktif. Kata nonaktif merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata nonaktif. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 449 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata nonaktif menjadi bentuk dinonaktifkan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {nonaktif}. Proses pembentukan 447 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 448 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9. 449 Muhajir, op.cit, h.53. kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata nonaktif menjadi bentuk kata dinonaktifkan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dimatikan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 450 Data nomor 122 diambil dari kalimat, “Multiplicity dinotasikan dengan menambahkan text 1, 0..1, 0.., 1.. atau bilangan tertentu 3 di masing- masing ujung garis association”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 21. Kata dinotasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris notasi yang memiliki makna „notation yang memiliki makna „angka-angka; cara menulis; catatan‟. 451 Kata dinotasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang memiliki makna „seperangkat atau sistem lambang tentang tanda yang menggambarkan bilangan tentang aljabar, nada-nada tentang musik, dan ujaran tentang fonetik‟. 452 Kata notasi diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi notasi. Kata notasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata notasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 453 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata notasi menjadi bentuk dinotasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {notasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata notasi menjadi bentuk kata dinotasikan tidak terdapat jenis 450 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 451 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 397. 452 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1008. 453 Muhajir, op.cit, h.53. perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disimbolkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 454

d. Laminoalveolar z, y

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem z, y

e. Laminoplanatal ñ, j, c, s

123. {setting} + {di-} disetting „diatur‟ 124. {sortir} disortir „dipilih‟ 125. {sertifikasi} disertifikasi „diakui‟ 126. {spesifikasi} dispesifikasikan „dirincikan‟ 127. {set} diset „diatur‟ 128. {substitusi} disubsitusi „dimasukkan‟ Data nomor 123 diambil dari kalimat, “Pada bagian ini seluruh control WZC di konfigurasi kan dan disetting “. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 31. Kata disetting merupakan hasil afiksasi terhadap leksem setting, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang memiliki makna „keadaan, letak‟. 455 Kata setting memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata setting merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata setting. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 456 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan 454 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 455 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516. 456 Muhajir, op.cit, h.53. demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disetting merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {setting}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata setting menjadi bentuk kata disetting tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 457 Data nomor 124 diambil dari kalimat, “Jika ketika sudah terkoneksi dan berhasil maka jaringan yang terkoneksi tadi akan naik urutan keatas secara otomatis dan disortir atau diurutkan berdasarkan tipe jaraingan nya, apakah ia memakai tipe Ad- Hoc atau infrastructure”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 33. Kata disortir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem sortir. Kata sortir merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata sortir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 458 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disortir merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {sortir}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata sortir menjadi bentuk kata disortir tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dipilih‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 459 Data nomor 125 diambil dari kalimat, “Tools ini telah disertifikasi oleh NIST dengan nama nya yaitu Federal Information Processing Standart FIPS 140- 2 Level 1”. 457 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 458 Muhajir, op.cit, h.53. 459 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 35. Kata disertifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem sertifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris certification yang memiliki makna „diploma, keterangan‟. 460 Kata certification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi sertifikasi. Kata sertifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata sertifikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 461 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disertifikasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {sertifikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata sertifikasi menjadi bentuk kata disertifikasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diakui‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 462 Dalam kalimat tersebut kata disertifikasi menyatakan software tersebut sudah lulus uji kelayakan sehingga sudah mendaatkan sertifikat dan sudah layak digunakan. Data nomor 126 diambil dari kalimat, “Jadi bila pada perintah baris dispesifikasikan sebuah alamat target kelas B 16, maka semua alamat IP yang berjumlah 65.536 akan diperiksa”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 33. Kata dispesifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem spesifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris spesification yang memiliki makna „spesifikasi, perincian ‟. 463 Kata specification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi 460 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516. 461 Muhajir, op.cit, h. 53. 462 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 463 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 344. spesifikasi. Kata spesifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata spesifikasikan. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 464 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dispesifikasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {spesifikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata spesifikasi menjadi bentuk kata dispesifikasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dirincikan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 465 Data nomor 127 diambil dari kalimat, “Sekali lagi, kita memastikan bahwa cursor baru akan diset apabila txtACNO sudah muncul karena kadang sebagian pengguna Visual basic memiliki kebiasaan menulis kode ini di event Form Load, yang akhirnya menimbulkan error”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 110. Kata diset merupakan hasil afiksasi terhadap leksem set, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang disingkat menjadi set yang memiliki makna „kumpulan, siaran‟. 466 Kata set memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu pengaturan. Kata set merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata set. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 467 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan 464 Muhajir, op.cit, h.53. 465 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 466 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 515. 467 Muhajir, op.cit, h.53. demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk diset merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {set}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata set menjadi bentuk kata diset tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini me miliki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 468 Data nomor 128 diambil dari kalimat, “Tanda define menunjukkan awal dari definisi makro yang dapat disubstitusi dengan sebuah string atau yang lain”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 15. Kata disubtitusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem subtitusi, yang berasal dari kata bahasa Inggris subtitute yang memiliki makna „person or thing that you use or have instead of the one to normally use or have ‟. 469 Kata subtitute diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi subtitusi. Kata subtitusi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata subtitusi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 470 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disubtitusi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {subtitusi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata setting menjadi bentuk kata disubtitusi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dimaksukkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 471 Dalam 468 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 469 Oxford University, op.cit, h. 1490. 470 Muhajir, op.cit, h.53. 471 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. kalimat tersebut kata disubtitusi menyatakan definisi makro tersebut dapat dimasukkan ke dalam sebuah string atau yang lain. 129. {compile} + {di-} dicompile „disusun‟ 130. {click} diclick „ditekan, diklik‟ Data nomor 129 diambil dari kalimat, “Merupakan program kontrol yang memperbolehkan anda menggunakan kernel yang anda buat agar bisa di compile dengan tools Prism tersebut”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 46. Kata dicompile merupakan hasil afiksasi terhadap leksem compile, yang berasal dari kata bahasa Inggris compile yang memiliki makna „menyusun, mengumpulkan, menghimpun‟. 472 Kata compile belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata compile merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata compile. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 473 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dicompile merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {compile}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata set menjadi bentuk kata dicompile tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disusun‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 474 Dalam kalimat tersebut kata dicompile menyatakan program kontrol yang ditest oleh tools Prims untuk menguji program tersebut apakah sudah berhasil atau belum. Data nomor 130 diambil dari kalimat, 472 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34. 473 Muhajir, op.cit, h. 53. 474 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. “Pada saat pertama kali diclick, winsock kontrol menunggu koneksi dari pihak kedua sehingga tidak ada alasan untuk diulang- ulang”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 57. Kata diclick merupakan hasil afiksasi terhadap leksem click, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang memiliki makna „menekan, klik‟. 475 Kata click diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi klik. Seharusnya digunakan dengan kata yang sudah diserap menjadi mengeklik. Kata click merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata click. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 476 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk diclick merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {click}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata click menjadi bentuk kata diclick tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „ditekan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 477

f. Dorsovelar g, k, ŋ, x

131. {koneksi} + {di-} dikoneksikan „dihubungkan‟ 132. {kombinasi} dikombinasikan „digabungkan‟ 133. {konfigurasi} dikonfigurasikan „diatur‟ 134. {konfigurasi} dikonfigurasi „diatur‟ 135. {kompres} dikompres „dikecilkan‟ 475 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140. 476 Muhajir, op.cit, h. 53. 477 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 136. {konversi} dikonversi „diubah‟ 137. {kompilasi} dikompilasi „disatukan‟ 138. {klik} diklik „ditekan, diklik‟ Data nomor 131 diambil dari kalimat, “Tools ini juga mendukung standart IEEE 802. 11 abgn sehingga bisa dikoneksikan oleh berbagai macam access point”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 29. Kata dikoneksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris connect yang memiliki makna „koneksi‟. 478 Kata koneksi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata koneksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata koneksi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 479 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk dikoneksikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {koneksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata dikoneksikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dihubungkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 480 Data nomor 132 diambil dari kalimat, 478 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 142. 479 Muhajir, op.cit, h.53. 480 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. “Karena gagasannya adalah hanya menampilkan daftar host target, opsi untuk fungsionalitas lebih tinggi misalnya pemeriksaan port, deteksi sistem operasi, atau scanning ping tidak dapat dikombinasikan dengan opsi ini”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 71. Kata dikombinasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kombinasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris combination yang memiliki makna „kombinasi‟. 481 Kata combination diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kombinasi. Kata kombinasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kombinasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 482 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dikombinasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {kombinasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kombinasi menjadi bentuk kata dikombinasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „digabungkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 483 Data nomor 133 diambil dari kalimat, “Pada bagian ini seluruh control WZC di konfigurasi kan dan disetting”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 31. Kata dikonfigurasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konfigurasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris configuration yang memiliki makna „an arrangement of the parts of something or a group of things; the form or shape 481 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516. 482 Muhajir, op.cit, h.53. 483 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. that this arrangement produces‟. 484 Kata configuration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konfigurasi. Kata konfigurasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata konfigurasi Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 485 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk dikonfigurasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {konfigurasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk kata dikonfigurasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 486 Data nomor 134 diambil dari kalimat, “Port baku ini dapat dikonfigurasi pada waktu kompilasi dengan merubah DEFAULT_U DP_PROBE_PORT_SPEC dalam nmap.h”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 75. Kata dikonfigurasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konfigurasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris configuration yang memiliki makna „an arrangement of the parts of something or a group of things; the form or shape that this arrangement produces‟. 487 Kata configuration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konfigurasi. Kata konfigurasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata konfigurasi 484 Oxford University, op.cit, h. 303. 485 Muhajir, op.cit, h.53. 486 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 487 Oxford University, op.cit, h. 303. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 488 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk dikonfigurasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {konfigurasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk kata dikonfigurasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memil iki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 489 Data nomor 135 diambil dari kalimat, “File-file pendukung yang telah Anda pilih pada kotak dialog Included Files akan dikompres ke dalam file- file cabinet”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 109. Kata dikompres merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompres, yang berasal dari kata bahasa Inggris compress yang memiliki makna „to press or squeeze something together or into as smaller space to be pressed or squeezed in this way ‟. 490 Kata kompres memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata kompres merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kompres. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 491 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dikompres merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {kompres}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga 488 Muhajir, op.cit, h.53. 489 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 490 Oxford University, op.cit, h. 296. 491 Muhajir, op.cit, h. 53. bentuk kata kompres menjadi bentuk kata dikompres tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dikecilkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 492 Data nomor 136 diambil dari kalimat, “Selain itu, melalui proses evaluasi terhadap program, dimungkinkan program dapat diupdate atau dikonversi ke dalam sistem baru yang lebih sempurna dari versi sebelumnya”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 47. Kata dikonversi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem leksem konversi, yang memiliki makna „perubahan dari sistem yang satu ke sistem yang lain‟. 493 Kata konversi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata konversi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata benda pada kata konversi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 494 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata konversi menjadi bentuk dikonversi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {konversi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konversi menjadi bentuk kata dikonversi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diubah‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 495 Data nomor 137 diambil dari kalimat, “Output window menampilkan pesan status dari berbagai fitur yang ada di dalam IDE seperti error yang terjadi saat project dikompilasi , dan proses yang dilewati saat melakukan debug”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 73. 492 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 493 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730. 494 Muhajir, op.cit, h. 53. 495 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Kata dikompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris compilation yang memiliki makna „himpunan, kompilasi‟. 496 Kata dikompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang memiliki makna „kumpulan yang tersusun secara teratur tentang daftar informasi, karangan- karangan, dsb‟. 497 Kata compilation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kompilasi. Kata kompilasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kompilasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 498 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dikompilasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {kompilasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kompilasi menjadi bentuk kata dikompilasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disatukan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 499 Data nomor 138 diambil dari kalimat, “Jika yang diklik user adalah tombol Jalan, maka ditampilkan nama-nama Jalan, dan seterusnya”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 176. Kata diklik merupakan hasil afiksasi terhadap leksem leksem klik, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang memiliki makna „klik, menekan‟ 500 . Kata klik merupakan serapan dari kata click. Kata klik merupakan kelaskategorial 496 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 132. 497 Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 743. 498 Muhajir, op.cit, h.53. 499 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 500 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140. kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata klik. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 501 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata klik menjadi bentuk diklik merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {klik}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata klik menjadi bentuk kata diklik tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „ditekan, diklik‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 502 139. {layer} + {di-} dilayer „dilapisan‟ 140. {launch} dilaunching „diluncurkan‟ Data nomor 139 diambil dari kalimat, “Menangkap paket-paket data yang masih belum diolah atau masih berada dilayer dasar yang berjalan pada suatu media transmisi ataupun pada host yang lain”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 42. Kata dilayer merupakan hasil afiksasi terhadap leksem layer, yang berasal dari kata bahasa Inggris layer yang memiliki makna „lapisan‟ 503 Kata layer belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata layer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata layer. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 504 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya 501 Muhajir, op.cit, h.53. 502 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 503 John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516. 504 Muhajir, op.cit, h. 53. memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dilayer merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {layer}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata layer menjadi bentuk kata dilayer tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dilapisan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 505 Data nomor 140 diambil dari kalimat, “Pertama kali tools ini dilaunching, ada beberapa bug dan kendala salah satunya adalah tidak ter- enkripsi nya salah satu jaringan dan email”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 45. Kata dilaunching merupakan hasil afiksasi terhadap leksem launching, yang berasal dari kata bahasa Inggris launching yang memiliki makna „to make a product avaible to the public for the first time ‟. 506 Kata launching memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata launching merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata launching. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, …. 507 Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dilaunching merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {launching}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata launching menjadi bentuk kata dilaunching tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diluncurkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟. 508 505 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. 506 Oxford University, op.cit, h. 840. 507 Muhajir, op.cit, h.53. 508 Masnur Muslich, op.cit, h. 70. Dalam kalimat tersebut kata dilaunching menyatakan tool yang dijalankan pertama kali. Fonem ŋ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x

g. Uvular

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem

h. Laringal h

Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h i. Glotal ? Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ? Hasil temuan prefiks me-, ber-, ter-, dan di- berdasarkan tujuh buku bidang TI Proses Morfofonemik Prefiks me- ber- ter- di- Jumlah Buku 1 Analisa Desain Pemograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.Net mengistalasi mengoptimalkan mengotomasi memformat memvisualisasikan bernotasi Diabstraksikan di-drag-and-drop diturn-on ditransformasikan, dinotasikan, dikompilasi 14 men-download merefer Buku 2 24 Jam Menguasai HTML, JSP dan MySQL meng-update me-request me-refresh mengkonversi 4 Buku 3 Visual Basic.Net 2005 meng-upload me-burn mem-biding memantain me-load me-retrieve berekstension berkolaborasi terinstall terintegrasi ter-enkripsi terkomputeri- sasi terkompilasi diinstall, di-burn dipublish di-download 17 Buku 4 Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6 menginventarisasi mengilustrasi mengedit mengaktifkan mendeklarasikan menset mengklik berinteraksi terdefinisi diimplementasikan diupdate diback-up dikonversi dikompres 14 Buku 5 Dasar-Dasar Pemograman Borland C++ mengeksekusi memaximize meminimize berarsir berasosiasi terformat diinputkan didesain disubstitusi 9 Buku 6 Wirelless Hacking Tols menginstall berinternet ter-enkripsi didentifikasi 73 Tricks mengunduh meng-akses mengaplikasikan mengautomatisasi mem-blok memblokir mem-ping memonitor me-maitenance memverifikasi memforwarding memfilter mendiagnosa mendeteksi men-drop men- troubleshooting men-trance mentransfer men-transmit menon-aktifkan meremote me-reset meng-creat meng-capture bervariasi berkoneksi berkontribusi ter-autenfikasi terdeteksi tercover ter-capture tersegmentasi terkoneksi diakses diasosiasikan diaktifkan dieksekusi dievaluasi di-override dioptimasi dibroadcast diblokir diminimalisasi dimonitoring dimodifikasi di pause difilter didelete di-drop ditransferkan dinonaktifkan disetting disortir disertifikasi di compile dikoneksikan dikombinasikan mneg-crack meng-compile meng-click men-setting meng-sniff meng-koneksikan meng-konfigurasi dikonfigurasikan dikonfigurasi dilayer dilaunching Membuat Program Aplikasi Nyata dengan Visual Basic 6.0 berorientasi diedit divalidasi diformat dideklarasikan dispesifikasikan diset diclick diklik 9

B. Implementasi Terhadap Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia dan sebagai bahasa persatuan Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan di Indonesia sehingga pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi pelajar Indonesia agar memahami pelajaran bahasa Indonesia dengan baik. Pembelajaran bahasa Indonesia mendalami empat keterampilan bahasa di sekolah. Pertama, keterampilan dalam menyimak. Keterampilan dalam menyimak bunyi-bunyi bahasa menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk memahami bahasa dalam kegiatan menyimak. Kedua, keterampilan dalam berbicara. Keterampilan dalam berbicara menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk menyampaikan pikiran, gagasan, pendapat maupun informasi secara lisan. Ketiga, keterampilan dalam membaca. Keterampilan dalam membaca menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk memahami teks bacaan yang menambah pengetahuan, yang juga dapat digunakan tidak hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia namun dapat pula diimplementasikan dalam memahami teks bacaan dari pelajaran lain. Keempat, keterampilan dalam menulis. Keterampilan dalam menulis menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk mengungkapkan pikiran menyampaikan gagasan, pendapat, dan informasi secara tertulis. Keterampilan dalam menulis merupakan keterampilan yang paling kompleks. Karena dalam menulis, peserta didik tidak hanya sekedar menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, tetapi dalam menulis peserta didik akan mengaplikasikan segala kegiatan yang pernah dilakukannya seperti menyimak, berbicara maupun membaca. Seseorang tidak akan bisa menulis, tanpa menyimak hal-hal yang menarik sebelumnya. Seseorang tidak akan bisa menulis, tanpa pernah membaca dan mendapatkan informasi dalam bahan bacaannya. Dan seseorang menuliskan pembicaraan yang akan disampaikan lewat sebuah tulisan sehingga penting bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan menulis yang baik. Menyusun kalimat untuk membangun suatu tulisan harus memperhatikan aspek kebahasaan dan penggunaan tanda baca. Aspek-aspek kebahasaanan di antaranya adalah penggunaan kata-kata sebagai penyusun kalimat. Kata-kata yang terbentuk melalui sebuah proses morfologis yang tersusun dari kata-kata kompleks, kemudian dimanfaatkan menjadi rangkaian yang membangun kalimat. Susunan dari kalimat-kalimat membentuk sebuah paragraf yang berkaitan satu sama lain. Paragraf merupakan bagian dari sebuah karangan, yang tersusun dari sebuah kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Paragraf memberikan sebuah gagasan utama. Paragraf bermacam-macam diantaranya yaitu: paragraf naratif, ekspotitif, deskriptif, dan argumentatif. Paragraf menyampaikan gagasan sesuai dengan jenisnya. Paragraf eksposisi merupakan salah satu jenis paragraf yang menonjolkan unsur penjelasan dan menguraikan suatu hal. Paragraf eksposis sebagai bentuk paragraf yang dipergunakan dalam menguraikan suatu hal yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Tujuan paragraf eksposisi yaitu hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan, dan memberikan pengalaman estetis kepada pembacanya. Penulisan paragraf terkadang sering ditemukan pula penggunaan unsur morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- di dalamnya. Penggunaan proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- membantu peserta didik dalam menyampaikan ide dalam tulisan yang berbentuk kata imbuhan. Proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- merupakan proses perubahan fonem yang dapat berupa penambahan, perubahan, pergeseran, atau hilangnya fonem yang terjadi karena bergabungnya antara morfem yang satu dengan morfem yang lain dengan berbagai jenis perubahan yang memiliki makna gramatikal tersendiri. Kehadiran sebuah wacana dan buku yang menggunakan istilah TI menjadi salah satu sumber belajar yang dapat dipahami siswa dalam memahami bentuk paragraf eksposisi. Karena dalam paragraf eksposisi merupakan pemaparan yang disampaikan oleh penulis yang dapat menambah wawasan pembaca dengan pengetahuan baru. Seringkali dalam sebuah wacana atau teks eksposisi ditemukan kata-kata yang mengandung proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang memberikan bentuk dan makna tesendiri. Sehingga bentuk proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dapat digunakan dalam membuat kalimat yang membangun sebuah paragraf. Pembelajaran mengenai proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis paragraf eksposisi. Salah satunya tercantum dalam standar kompentensi berikut: Menulis: Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf naratif, deskriptif, ekspositif. Kompetensi dasar yaitu: Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf eksposisi. Kegiatan tersebut memuat materi pembelajaran sebagai berikut: Paragraf eksposisi, contoh paragraf eksposisi, pola pengembangan paragraf eksposisi, ciri karakteristik paragraf eksposisi, kerangka paragraf eksposisi, serta contoh dan penggunaan kata berimbuhan dalam paragraf eksposisi. Tujuan pembelajaran ini adalah Siswa dapat: Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf eksposisi; Menyusun kerangka paragraf eksposisi; Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dan disusun menjadi paragraf eksposisi; Mengidentikasi kata berimbuhan dalam paragraf eksposisi; Menyunting paragraf naratif yang ditulis teman berdasarkan karakteristik paragraf eksposisi, penggunaan kata berimbuhan, dan EYD; Menggunakan kata imbuhan dalam paragraf eksposisi . Implikasi dalam pembelajaran redupikasi dapat dilihat dalam rancangan perencanan pembelajaran RPP yang terlampir. 172 172

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang menyatu dengan morfem akar peristilahan TI untuk membentuk kata baru ada empat jenis perubahan, yaitu: pengekalan fonem, perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Jenis perubahan bentuk yang diawali dengan kata yang belum diserap dan belum memilki padanan dalam bahasa Indonesia dipertahankan bentuknya karena dengan menghilangkan bentuknya akan menyulitkan pembaca dan maknanya akan berbeda. Proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang sering terjadi dalam istilah TI adalah jenis perubahan penghilangan fonem. Berdasarkan peta fonem vokal dan konsonan menurut Abdul Chaer, hasil penelitian prefiks dengan istilah TI tidak menemukan vokal I , ᵁ , ǝ , ε , α dan konsonan bilabial w, laminoalveolar z,y, laminoplanatal ñ,j, dorsovelar g, ŋ, x, uvular, laringal, serta glotal. 2. Implikasi proses morfofonemik dalam pembelajaran di sekolah dapat diterapkan di SMA Sekolah Menengah Atas melalui pembelajaran menulis eksposisi. Dari kegiatan menulis paragraf eksposisi siswa diharapkan dapat mengidentifikasi kata berimbuhan serta dapat menyunting paragraf eksposisi yang ditulis teman. 3. Penggunaan prefiks dalam proses morfofonemik yang produktif menyatu dengan morfem akar peristilahan TI adalah:  Paling banyak digunakan adalah prefiks {me-}, ditemukan sebanyak 60 penggunaan prefiks {me-}  Prefiks {di-} merupakan bentuk pasif, prefiks ini menempati urutan kedua setelah prefiks {di-}, ditemukan 55 penggunaan prefiks {di-}