bentuk kata menginstalasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
20
Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu menyatakan
„kegiatan memasang‟.
5.
{unduh} + {m ǝ {N}-} megunduh „mengkopi berkas‟
6.
{update} meng-update „memperbaharui‟
7.
{upload} meng-upload „memindahkan‟
Data nomor 5 diambil dari kalimat,
“Selain itu tersedia juga script yang sudah tersedia, anda tinggal mengunduh nya lewat
internet”.
21
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk., Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 41.
Kata mengunduh merupakan hasil afiksasi terhadap leksem unduh, yang memiliki
makna „memanen buah, mengkopi berkas dari layanan informasi dari komputer lain ke komputer yang digunakan
‟
22
. Kata unduh merupakan kata serapan dari bahasa Jawa yang sudah. Hal tersebut menandakan bahwa konsep
kata unduh sudah dimiliki oleh bahasa Indonesia dengan objek pertanian. Kata unduh merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata pada kata unduh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
məŋ- digunakan di depan vokal.
23
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata unduh menjadi bentuk mengunduh merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {unduh}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata update menjadi bentuk kata mengupdate merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
24
Setelah mengalami
20
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
21
Sidiq Syamsul Hidayat, dkk., op.cit, h. 46.
22
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op.cit, h. 1528.
23
Muhajir, op.cit, h. 51.
24
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan
„mengkopi berkas‟. Data nomor 6 diambil dari kalimat,
“Tugas seorang admin adalah meng-update web tersebut menambah, mengganti, maupun
menghapus produk yang ditampilkan”. Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta:
ANDI, 2005, h. 113.
Kata meng-update merupakan hasil afiksasi terhadap leksem update, yang memiliki makna „memperbaharui, membaharui‟
25
. Kata update merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial
kata pada kata update. Kata makeup tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia namun digunakan
seperti asalnya makeup. Secara historis, pada zaman dahulu orang Indonesia tidak suka berdandan kemudian setelah dijajah orang Indonesia mendapatkan pengaruh
berdandan dan merias diri dengan menyebut makeup. Kata update pun yang digunakan seperti asalnya, yaitu update.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan
di depan vokal.
26
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata update menjadi bentuk mengupdate merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {update}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata update menjadi bentuk kata mengupdate merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
27
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu
menyatakan kegiatan „memperbaharui‟.
Data nomor 7 diambil dari kalimat,
25
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 623.
26
Muhajir, op.cit, h. 51.
27
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
“Jika link utama ini telah selesai, Anda dapat membuat form lainnya dengan meng-upload
melalui file manager, bahkan Anda dapat mengedit langsung dokumen tersebut dari sana”. Sumber: Widodo Budiarto,
Visual Basic.NET 2005.
Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 168.
Kata meng-upload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem upload, yang memiliki makna
„to move data to a larger computer system from a smaller one‟.
28
Kata upload merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata upload.
Kata upload memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu, unggah. Sudah sejak sekian lama kata unggah sudah terkonsep dalam bahasa Indonesia, ini
membuktikkan bahwa bangsa Indonesia konsep pemikirannya jauh lebih maju dan seharusnya digunakan kata mengunggah.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan
di depan vokal.
29
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata upload menjadi bentuk mengupload merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {upload}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata upload menjadi bentuk kata mengupload merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
30
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu
menyatakan kegiatan „memindahkan‟.
8. {eksekusi} + {mǝ {N}-} mengeksekusi „memutuskan‟
9. {edit} mengedit „memperbaiki‟
Data nomor 8 diambil dari kalimat,
“Perintah ini akan mengeksekusi sebuah blok dari kode selama kondisi yang ditentukan
adalah benar”. Sumber:Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++.
Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 47.
28
Oxford University, op.cit, h. 1641.
29
Muhajir, op.cit,h. 51.
30
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Kata mengeksekusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem eksekusi, yang Inggris yang
memiliki makna „pelaksanaan putusan hakim‟
31
. Kata eksekusi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata pada kata eksekusi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
məŋ- digunakan di depan vokal.
32
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata eksekusi menjadi bentuk mengeksekusi merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}- } + {eksekusi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang
terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata eksekusi menjadi bentuk kata mengeksekusi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
33
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan
„memutuskan‟. Data nomor 9 diambil dari kalimat,
“Untuk mengedit data, statement yang digunakan hampir sama dengan statemen di atas, hanya berbeda dalam penulisan awalnya.
Sumber: Bagus Karuniawan Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.61.
Kata mengedit merupakan hasil afiksasi terhadap leksem edit, yang berasal dari kata bahasa Inggris edit yang
memiliki makna „membaca, memperbaiki‟
34
. Kata edit merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini tidak
mengubah kelaskategorial kata verba pada kata edit. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
məŋ- digunakan di depan vokal.
35
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata edit menjadi bentuk mengedit merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {edit}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
31
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op.cit, h. 356.
32
Muhajir, op.cit, h. 51.
33
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
34
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 207.
35
Muhajir, op.cit, h. 51.
penambahan afiks sehingga bentuk kata edit menjadi bentuk kata mengedit merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
36
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu menyatakan
kegiatan „memperbaiki‟.
10. {optimal}+{m ǝ {N}-} mengoptimalkan „terbaik‟
11.{otomatis} mengotomasi „otomatbekerja dengan sendirinya‟
Data nomor 10 diambil dari kalimat,
“Penjelasan ini dapat berupa pengadaan training singkat bagi pengguna untuk lebih mengoptimalkan
kinerja penggunaan program”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.77.
Kata mengoptimalkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem optimal, yang berasal dari kata bahasa Inggris optimal yang
memiliki makna „paling bagustinggi, hasil terbagus
‟.
37
Kata optimal merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata optimal menjadi kata
kerja. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
məŋ- digunakan di depan vokal.
38
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata optimal menjadi bentuk mengoptimalkan merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {optimal}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata optimal menjadi bentuk kata mengoptimalkan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
39
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
yaitu menyatakan kegiatan „terbaik‟.
40
Data nomor 11 diambil dari kalimat,
36
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
37
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 407.
38
Muhajir, op.cit, h. 51.
39
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
40
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 985.
“Alat ini sangat membantu kecepatan dan keakuratan proses analisis dan disain, selain karena sudah mempunyai notasi sehingga
dapat dilakukan dengan “drag-and-drop”, alat ini
juga sudah mengotomasi beberapa elemen sehingga saliang terhubung dan bisa mengidentifikasi dengan mudah bila terjadi perubahan pada satu elemen karena perubahan
pada elemen lainnya”.
41
Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.29.
Kata mengotomasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem auotomasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris automatic yang
memiliki makna „otomatis‟
42
. Perlu diperhatikan dalam penyerapan kata automatis ada penghilangan fonem au
dan merubah menjadi fonem o sehingga menjadi otomasi. Kata otomasi merupakan kelaskategorial kata sifat proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata otomasi menjadi kata kerja.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan
di depan vokal.
43
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata otomasi menjadi bentuk mengotomasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {otomasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata otomasi menjadi bentuk kata mengotomasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
44
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
yaitu menyatakan kegiatan otomatbekerja dengan sendirinya.
45
12. {akses}+{m ǝ {N}-} meng-akses „membuka jalan masuk‟
13. {aktif} mengaktifkan „menggiatkan‟
14. {aplikasi} mengaplikasikan „menggunakanmenerapkan‟
15. {automatisasi} mengautomatisasi „otomatbekerja dengan sendirinya‟
Data nomor 12 diambil dari kalimat,
41
Julius Hermawan, op.cit, h. 29.
42
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 46.
43
Muhajir, op.cit, h. 51.
44
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
45
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 991.
“Tools ini merupakan suatu software yang memungkinkan pengguna atau adapter WiFi client untuk menyebarkan otentifikasi tunggal dengan meng-akses
jaringan WLAN atau LAN”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 34.
Kata mengakses merupakan hasil afiksasi terhadap leksem akses, yang berasal dari kata bahasa Inggris access yang
memiliki makna „jalan masuk‟
46
. Kata eccess diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi akses. Kata akses merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata akses menjadi kata kerja.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan
di depan vokal.
47
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata akses menjadi bentuk mengakses merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {akses}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata akses menjadi bentuk kata mengakses merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
48
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yaitu
menyatakan kegiatan membuka aksesjalan masuk.
49
Data nomor 14 diambil dari kalimat,
“Untuk mengaktifkan, tekanlah F2”.
Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.103.
Kata mengaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aktif, yang berasal dari kata bahasa Inggris active yang
memiliki makna „aktif, gesit, giat, bersemangat
50
. Kata ective diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi aktif. Kata aktif merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata pada kata aktif menjadi kata kerja.
46
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 5.
47
Muhajir, op.cit, h. 51.
48
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
49
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 30.
50
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan
di depan vokal.
51
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata aktif menjadi bentuk mengaktifkan merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {aktif}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata aktif menjadi bentuk kata mengaktifkan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
52
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
yaitu „menggiatkan‟.
53
Data nomor 15 diambil dari kalimat,
“Tujuan akhir setelah Anda mengikuti setiap pembahasan yang terdapat di dalam buku ini, Anda dapat secara mandiri mengaplikasikan atau menerapkannya dalam membuat sistem
informasi terpadu baik dalam perusahaan Anda atau dapat juga Anda gunakan secara komersil untuk membuat sistem informasi bagi perusahaan-
perusahaan lainnya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 115.
Kata mengaplikasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aplikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris application yang memiliki makna
„lamaranpermintaan, penggunaan, penerapan‟
54
. Kata application diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi aplikasi. Kata aplikasi merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata aplikasi menjadi kata kerja.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf məŋ- digunakan
di depan vokal.
55
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata edit menjadi bentuk mengaplikasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {aplikasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata aplikasi menjadi bentuk kata
51
Muhajir, op.cit, h. 51.
52
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
53
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 31.
54
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
55
Muhajir, op.cit, h. 51.
mengaplikasikan merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
56
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
menggunakan, menerapkan.
57
Data nomor 16 diambil dari kalimat,
“Suatu fitur dimana para IT Administrator dengan mudah mengkonfigurasi, meng- automatisasi
maupun menyebar profil jaringan terhadap client melalui file XML atau dengan tools sendiri yang disediakan oleh Cisco”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 36.
Kata mengautomatisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem otomatis, yang berasal dari kata bahasa Inggris automatic yang memiliki makna
„otomatis‟
58
. Perhatikan penjelasan sebelumnya mengenai kata mengotomasi. Perlu diperhatikan dalam penyerapan kata automatis ada penghilangan fonem au
dan merubah menjadi fonem o sehingga menjadi otomasi. Kata otomasi merupakan kelaskategorial kata sifat proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata otomasi menjadi kata kerja. Kata mengotomasi
merupakan yang lebih tepat digunakan dan baku daripada kata mengautomatisasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
məŋ- digunakan di depan vokal.
59
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata otomasi menjadi bentuk mengotomasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {otomasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata otomasi menjadi bentuk kata mengotomasi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem.
60
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
yaitu menyatakan kegiatan otomatbekerja dengan sendirinya.
61
56
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
57
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 81.
58
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 46.
59
Muhajir, op.cit, h. 51.
60
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
61
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 991.
ii. Konsonan
a. Bilabial b, p,m, dan w
17. {blok} + {m ǝ {N}-} mem-blok „memberhentikan‟
18. {blokir} memblokir „memberhentikan‟
19. {burn} me-burn „membakar‟
20. {binding} mem-biding „membuat‟
Data nomor 17 diambil dari kalimat,
“Nessus mem-blok ancaman yang sering menyelinap diantara celah keamanan, dan membantu perusahaan untuk mememrangi malware dan ancaman Advance Persistent Threats
APTs”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 90.
Kata memblok merupakan hasil afiksasi terhadap leksem blok, yang berasal dari kata bahasa Inggris block yang
memiliki makna „blok,balok‟
62
. Kata block diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi blok. Kata blok merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja kerja pada kata blok menjadi kata kerja.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m
əm.
63
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata blok menjadi bentuk memblok merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {blok}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata blok menjadi bentuk kata memblok merupakan jenis perubahan pemunculan
fonem m.
64
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„membekukan, memberhentikan‟.
65
Penggunaan kata pada
62
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
63
Muhajir, op.cit, h. 51.
64
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
65
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201.
kalimat tersebut tidak tepat seharusnya menggunakan kata blokir karena berbeda antara blok dan blokir.
Data nomor 18 diambil dari kalimat,
“Banyak administrator mengkonfigurasi router dan firewall sederhana untuk memblokir palet SYN incoming kecuali yang ditunjukkan untuk layanan publik seperti server website
atau mail perusahaan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 74.
Kata memblokir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem blokir, yang berasal dari kata bahasa Inggris block yang
memiliki makna „balok,blok‟
66
. Kata block diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi blok kemudian berkembang menjadi
sebuah leksem baru blokir yang bermakna „bekukan sesuatu‟.
67
Kata blokir merupakan kelaskategorial kata kerja proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata pada kata blokir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar
yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m əm.
68
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata blokir menjadi bentuk memblokir merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {blokir}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata blokir menjadi bentuk kata memblokir merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem m.
69
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„membekukan,memberhentikan‟.
70
Data nomor 19 diambil dari kalimat,
“Pastikan me-burn file database”.
Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 30.
66
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
67
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201.
68
Muhajir, op.cit, h. 51.
69
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
70
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201.
Kata memburn merupakan hasil afiksasi terhadap leksem burn, yang berasal dari kata bahasa Inggris burn yang
memiliki makna „luka hangus,pembakaran‟
71
. Kata burn belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata burn
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata burn menjadi kata kerja.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m
əm.
72
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata burn menjadi bentuk memburn merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {burn}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata burn menjadi bentuk kata memburn merupakan jenis perubahan pemunculan
fonem.
73
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„membakar‟. Data nomor 20 diambil dari kalimat,
“Untuk mem-biding suatu kolom dengan suatu kontrol, pilih kontrol yang diinginkan”.
Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 75.
Kata membiding merupakan hasil afiksasi terhadap leksem biding, yang berasal dari kata bahasa Inggris bid yang
memiliki makna „tawaran‟
74
kata tersebut mendapatkan akhiran
–ing dalam bahasa Inggris. Kata biding belum memilliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata biding merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata biding menjadi kata kerja.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m
əm.
75
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata biding menjadi bentuk membiding merupakan proses
71
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 89.
72
Muhajir, op.cit, h. 51.
73
Abdul Chaer, op.cit, h. 43,
74
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
75
Muhajir, op.cit, h. 51.
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {biding}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata biding menjadi bentuk kata membiding merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem.
76
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„membuat‟. 21. {ping} + {m
ǝ {N}-} mem-ping „mengecek‟ Data nomor 22 diambil dari kalimat,
“Hal ini seringkali disebut ping sweep, dan lebih handal daripada mem-ping alamat
broadcast karena banyak host tidak melakukan reply terhadap query broadcast”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, d
kk,
Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 71.
Kata memping merupakan hasil afiksasi terhadap leksem ping, yang berasal dari kata bahasa Inggris ping yang
memiliki makna „cek‟
77
. Kata ping belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata ping merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang dimulai dengan b dan p dipakai alomorf m
əm.
78
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata ping menjadi bentuk memping merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {ping}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata ping menjadi bentuk kata memping merupakan jenis perubahan pemunculan
fonem m.
79
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengecek‟. 23. {monitor} + {m
ǝ {N}-} memonitor „mengamati‟
76
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
77
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 445.
78
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
79
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
24. {maintenance} memaintenance „memelihara‟
25. {maintain} memaintain „memelihara‟
26. {maximize} memaximize „memaksimalkan‟
27. {minimize} meminimize „meminimalisasi‟
Data nomor 23 diambil dari kalimat,
“PassMark atau WirellessMon adalah sebuah tool aplikasi yang memungkinkan user untuk memonitor
status dari adapter WiFi dan juga mengumpulkan informasi mengenai wireless access point dan hot spot secara real time.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, d
kk,
Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 16.
Kata memonitor merupakan hasil afiksasi terhadap leksem monitor, yang berasal
dari kata
bahasa Inggris
monitor yang
memiliki makna
„penerima,pencatat‟
80
. Kata monitor di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi monitor
yang memiliki makna „orang yang memonitor‟. Kata monitor merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata
kerja pada kata monitor. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
81
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata monitor menjadi bentuk memonitor merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ -} + {monitor}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata monitor menjadi bentuk kata memonitor merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
82
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengamati‟. Data nomor 24 diambil dari kalimat,
80
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 385.
81
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
82
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
“Selain itu, bisa juga dikelompokkan antara SSID rumah dan kantor sehingga lebih mudah dalam hal me-maintenance maupun manajemen jaringan nya.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, d
kk,
Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 37.
Kata memaintenance merupakan hasil afiksasi terhadap leksem maintenance, yang berasal dari kata bahasa Inggris maintenance yang memiliki makna
„ongkosbiaya hidup, pemeliharaan‟
83
. Kata maintenance belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata maintenance merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata maintenance.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di
depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
84
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata maintenance menjadi bentuk memaintenance merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {maintenance}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang
terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata maintenance menjadi bentuk kata memaitenance merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
85
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„memelihara‟.
86
Data nomor 25 diambil dari kalimat,
“Dengan memahami cara membuat website dan membuat hosting web, bukan tidak mungkin Anda dapat membuat proposal untuk mengembangkan web suatu perusahaan di samping
memantain
hardware computer perusahaan tersebut”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 146.
Kata memantain merupakan hasil afiksasi terhadap leksem mantain, yang berasal
dari kata
bahasa Inggris
maintain yang
memiliki makna
83
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
84
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
85
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
86
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 927.
„memelihara,menegakkan‟.
87
Kata mantain belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata mantain merupakan kelaskategorial kata keterangan
proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata mantain. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
88
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata mantain menjadi bentuk memantain merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {mantain}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata mantain menjadi bentuk kata memantain merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
89
Setelah mengalami proses
afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna yang sama dengan
memaitenance „memelihara‟ karena kata maintain merupakan kata serapan dari
kata memaitenance. Data nomor 26 diambil dari kalimat,
“Double klik mouse pada title bar untuk memaximize window; dragging klik tombol kiri
mouse, dan tahan saat mouse digerakkan title bar untuk memindahkan posisi window”.
90
Sumber:Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 6.
Kata memaximize merupakan hasil afiksasi terhadap leksem maximize, yang berasal dari kata bahasa Inggris maxim yang
memiliki makna „membuat sesuatu yang lebih, maksimal‟.
91
Kata maximize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi maksimal yang memiliki
makna „sebanyak-banyaknya, setinggi- tingginya, tertinggi‟.
92
Kata maximize merupakan kelaskategorial kata adjektiva proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata maximize.
87
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 370.
88
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
89
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
90
Steve Potts dan Clayton Walnum, op.cit, h. 6.
91
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 375.
92
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 865.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di
depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
93
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata maximize menjadi bentuk memaximize merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {maximize}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata maximize menjadi bentuk kata memaximize merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
94
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„memaksimalkan‟. Data nomor 27 diambil dari kalimat,
“Minimize button memungkinkan untuk meminimize window menjadi sebuah icon”.
Sumber:Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 6.
Kata meminimize merupakan hasil afiksasi terhadap leksem minimize, yang berasal dari kata bahasa Inggris minimize yang
memiliki makna „memperkecil‟.
95
Kata minimize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi minimal yang memiliki makna „sedikit-dikitnya, sekurang-kurangnya‟.
96
Kata minimize merupakan kelaskategorial kata adjektifa proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata
kerja pada kata minimize. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
97
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata minimize menjadi bentuk meminimize merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {minimize}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata minimize menjadi bentuk kata
93
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
94
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
95
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 381.
96
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 916.
97
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
meminimize merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
98
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„meminimalisasi‟. Fonem w
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem w
b. Labiodental v dan f
28. {verifikasi} + {m ǝ {N}-} memverifikasi „membuktikkan‟
Data nomor 28 diambil dari kalimat,
“Memverifikasi jangkauan jaringan WiFi”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 20.
Kata memverifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem verifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris verification yang
memiliki makna „verifikasi, pembuktian‟.
99
Kata verification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi verifikasi. Kata verifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi
ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata verifikasi. Penelitian yang dilakukan tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan
terdapat fonem v begitupula di buku Chaer, Ramlan, dan Muslich. Hal tersebut dikarena fonem v bukanlah termasuk dalam fonem bahasa Indonesia yang ada
adalah fonem f. Namun ada penelitian yang dilakukan oleh Amir Hakim Usman yang meneliti proses morfofonemik bahasa Krinci yang merumuskan alomorf ng-
digunakan di depan konsonan V.
100
Kata verifikasi
menjadi bentuk
memverifikasi merupakan
proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {verifikasi}. Proses pembentukan kata
98
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
99
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
100
Amir Hakim Usma, “Gejala Morfofonemik dalam Bahasa Kerinci”, dalam Telaah Bahasa dan Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonbesia, 2002, h. 31.
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata verifikasi menjadi bentuk kata memverifikasi merupakan jenis
perubahan pemunculan fonem m.
101
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„membuktikan, mengecek‟.
102
Jadi, dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa alomorf məm- dipakai di
depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan v. 29. {forwarding}+ {m
ǝ {N}-} memforwarding „meneruskan‟ 30. {format} memformat
„membentuk‟ 31. {filter} memfilter
„menyaring‟ 32. {visual} memvisualisasikan
„menampilkan menggambarkan‟ Data nomor 29 diambil dari kalimat,
“Metode yang digunakan pada tools ini adalah Spoofer ARP yang berguna merutekan semua trafik jaringan ke device anda dengan mem-forwarding kan kembali paket tersebut ke
penerima asli nya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 43.
Kata memforwarding merupakan hasil afiksasi terhadap leksem forward, yang berasal dari kata bahasa Inggris forward yang
memiliki makna „muka, depan‟
103
. Kata forward belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata forward
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata fordward.
Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang
berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf mə-
101
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
102
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
103
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 255.
dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
104
Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f.
105
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata fordward menjadi bentuk memfordward merupakan proses morfofonemik prefiks
{m ǝ {N}-} + {fordward}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik
yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata fordward menjadi bentuk kata memfordward merupakan jenis perubahan pemunculan
fonem m.
106
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„meneruskan‟. Data nomor 30 diambil dari kalimat,
“Tab-General untuk memformat font yang digunakan dan apakah perlu membuat backup file
saat menyimpan model”.
107
Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 35.
Kata memformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format, yang memiliki makna „bentuk, pola, ukuran‟
108
. Kata format diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi format
yang memiliki makna „bentuk dan ukuran‟.
109
Kata format merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata format. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me-
bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf
mə-
104
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
105
Abdul Chaer, op.cit, h. 57.
106
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
107
Julius Hermawan, op.cit, h. 35.
108
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 258.
109
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 396.
dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
110
Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f.
111
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata format menjadi bentuk memformat merupakan proses morfofonemik prefiks
{m ǝ {N}-} + {format}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik
yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata format menjadi bentuk kata memformat merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m.
112
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„membentuk‟. Data nomor 31 diambil dari kalimat,
“Memfilter paket dengan banyak kriteria”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 76.
Kata memfilter merupakan hasil afiksasi terhadap leksem filter, yang berasal dari kata bahasa Inggris filter yang
memiliki makna „saringan, penapis, penyaring‟.
113
Kata filter diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi filter yang bermakna „alat untuk menyaring‟.
114
Kata filter merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata filter.
Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang
berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf mə-
dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
115
110
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
111
Abdul Chaer, op.cit, h. 57.
112
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
113
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 240.
114
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 411.
115
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f.
116
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata filter menjadi bentuk memfilter merupakan proses morfofonemik prefiks
{m ǝ {N}} + {filter}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang
terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata filter menjadi bentuk kata memfilter merupakan jenis perubahan pemunculan fonem m.
117
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menyaring‟. Data nomor 32 diambil dari kalimat,
“Unified Modelling Language adalah bahasa standar yang digunakan untuk menjelaskan dan memvisualisasikan
artifak dari proses analisis dan disain berorientasi obyek”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 7.
Kata memvisualisasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem visual, yang berasal dari kata bahasa Inggris visual yang
memiliki makna „of or connected with seeing or sight
‟.
118
Kata visual diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi visual. Kata visual merupakan kelaskategorial kata adjektif proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata visual. Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks me-
bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w,
y, dan nasal.
119
Merujuk pada Chaer, akan muncul nasal m bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem b, p, dan f.
120
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata visual menjadi bentuk memvisualisasikan merupakan proses morfofonemik
116
Abdul Chaer, op.cit, h. 57.
117
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
118
Oxford University, op.cit, h. 1661.
119
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
120
Abdul Chaer, op.cit, h. 57.
prefiks {m ǝ {N}} + {visual}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata filter menjadi bentuk kata memvisualisasikan merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem m.
121
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menampilkanmenggambarkan‟.
c. Apikoalveolar d, t, n, l, r
33. {diagnosa} + {m ǝ {N}-} mendiagnosa „menentukan‟
34. {deteksi} mendeteksi „memeriksamenemukan‟
35. {download} men-download „mengunduh‟
36. {drop} men-drop „menurunkan‟
37. {deklarasi} mendeklarasikan „menyatakan‟
Data nomor 33 diambil dari kalimat,
“Disediakan juga indikator Signal Level dan Noise Level untuk membantu mendiagnosa
kerusakan atau problem ketika jaringan sedang berada dalam masalah atau trouble”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 8.
Kata mendiagnosa merupakan hasil afiksasi terhadap leksem diagnosa, yang berasal dari kata bahasa Inggris diagnose yang
memiliki makna „mementukan, diagnosa‟.
122
Kata diagnose diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi diagnosis yang bermakna “penentuan suatu penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya‟.
123
Kata diagnosa merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata diagnosa.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada
b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung
121
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
122
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
123
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 350.
diimbuhkan kepada bentuk dasar.
124
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata diagnosa menjadi bentuk mendiagnosa merupakan proses morfofonemik
prefiks {m ǝ {N}-} + {diagnosa}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata diagnosa menjadi bentuk kata mendiagnosa merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem n.
125
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menentukan‟. Data nomor 34 diambil dari kalimat,
“Jika tools ini mendeteksi ada access point yang sesuai dengan database di tools ini maka tools ini akan langsung terhubung dengan access point dan anda bisa langsung bisa
menggunakan untuk ber- internet jika ada jaringan internet nya”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 26.
Kata mendeteksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deteksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris detection yang
memiliki makna „penemuan‟.
126
Kata detection diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi deteksi yang bermakna „usaha menemukan dan menentukan sesuatu dengan cara memeriksa dan
meneliti‟.
127
Kata deteksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deteksi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada
b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung diimbuhkan kepada bentuk dasar. .
128
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata deteksi menjadi bentuk mendeteksi merupakan proses morfofonemik prefiks
{m ǝ {N}-} + {deteksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik
yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deteksi menjadi
124
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
125
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
126
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 178.
127
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 348.
128
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
bentuk kata mendeteksi merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n.
129
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menemukan atau menentukan sesuatu dengan cara meneliti dan memeriksa
‟.
130
Data nomor 35 diambil dari kalimat,
“Anda tinggal mengikuti petunjuk dari Rational yang dikirim ke email Anda, bagaimana men-download
file evaluasi dan file dokumentasi yang diperlukan untuk instalasi maupun pemakaian; dan lisensi mana yang bisa dipakai”.
Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h.32.
Kata mendownload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem download, yang berasal dari kata bahasa Inggris download yang memiliki makna
„something computing to move data to smaller computer system from a large one‟.
131
Kata unduh merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata unduh. Kata download memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu, unduh.
Sudah sejak sekian lama kata unduh sudah terkonsep dalam bahasa Indonesia, ini membuktikkan bahwa bangsa Indonesia konsep pemikirannya jauh lebih maju dan
seharusnya digunakan kata mengunduh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf
mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung
diimbuhkan kepada bentuk dasar.
132
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata download menjadi bentuk mendownload merupakan proses morfofonemik
prefiks {m ǝ {N}-} + {download}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata download menjadi bentuk kata mendownload merupakan jenis perubahan
129
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
130
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 348.
131
Oxford University, op.cit, h. 440.
132
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
pemunculan fonem n.
133
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengunduh‟. Data nomor 36 diambil dari kalimat,
“Jika tidak host dapat luput ketika firewall men-drop pemeriksaan atau responnya”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 72.
Kata mendrop merupakan hasil afiksasi terhadap leksem drop, yang berasal dari kata bahasa Inggris drop yang
memiliki makna „penurunan, melemah‟.
134
Kata drop belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata drop merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata drop. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Masnur Muslich, apabila morfem
afiks {meN-} diikuti bentuk dasar yang bersuku satu, di antaranya penambahan fonem
ə sehingga {meN-} menjadi menge-.
135
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata drop menjadi bentuk mendrop mengalami proses yang salah dan
tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Penulisan yang tepat adalah mengedrop dengan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {drop}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata drop menjadi bentuk kata mengedrop merupakan jenis perubahan penambahan fonem nasal nge.
136
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menurunkan‟.
137
Data nomor 37 diambil dari kalimat,
“Array digunakan untuk mendeklarasikan beberapa obyek yang mempunyai tipe yang
sama”.
133
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
134
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 200.
135
Masnur Muslich. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 45.
136
Abdul Chaer, op.cit, h. 48.
137
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 23.
Kata mendeklarasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deklarasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris declaration yang memiliki makna
„pernyataan, keterangan‟.
138
Kata declaration belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata deklarasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deklarasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, nasal pada alomorf
mə{N}- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara, yakni pada b, d, j, g, dan pada bentuk dasar yang mulai dengan vokal langsung
diimbuhkan kepada bentuk dasar.
139
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata deklarasi menjadi bentuk mendeklarasikan merupakan proses morfofonemik
prefiks {m ǝ {N}-} + {deklarasi}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deklarasi menjadi bentuk kata mendeklarasikan merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem n.
140
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menyatakan‟. 38.{troubleshooting}+{m
ǝ {N}-} men-troubleshooting„memecahkan kesulitan‟
39. {trace} mentrace „menjalankan secara otomatis‟
40. {transfer} mentransfer „memindahkan‟
41. {transmit} men-transmit „mengirimkan‟
Data nomor 38 diambil dari kalimat,
“Men-troubleshooting koneksi WiFi yang bermasalah”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 20.
138
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 169.
139
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
140
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Kata mentroubleshooting merupakan hasil afiksasi terhadap leksem troubleshooting, yang berasal dari kata bahasa Inggris troubleshooting yang
memiliki makna „mencari dan memecahkan kesulitan‟.
141
Kata troubleshooting belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata troubleshooting
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata troubleshooting.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf
m ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar.
142
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata troubleshooting menjadi bentuk menroubleshooting
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + { troubleshooting}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata troubleshooting menjadi bentuk kata
menroubleshooting merupakan jenis perubahan pemunculan fonem n.
143
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„memecahkan kesulitan‟. Kata menroubleshooting tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata
dasar bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal
tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menroubleshooting
memiliki kata dasar troubleshooting bukan roubleshooting. Data nomor 39 diambil dari kalimat,
“Dengan adanya tools WiFi Raw Packet CaptureTools maka anda tidak perlu pusing untuk men-trance
kegiatan paket data client anda”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 39.
141
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 605.
142
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
143
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Kata memtrance merupakan hasil afiksasi terhadap leksem trance, yang berasal dari kata bahasa Inggris trance yang
memiliki makna „keadaan tak sadarkan diri‟.
144
Kata trance belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata trance merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata trance. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar
yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m
ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar.
145
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata trance menjadi bentuk menrace merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {trance}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata trance menjadi bentuk kata menrance merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem n.
146
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menjalankan secara otomatis‟. Kata menrance tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar
bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut
diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menrance memiliki kata dasar
trance bukan race. Data nomor 40 diambil dari kalimat,
“Setelah anda berhasil meng-sniff paket jaringan yang lewat anda dapat menyimpan hasil sniff tadi kedalam sebuah file dan mentransfer ke computer anda dan membukanya melalui
aplikasi”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 44.
Kata mentransfer merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transfer, yang berasal dari kata bahasa Inggris transfer yang
memiliki makna „pergantian, serah-
144
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 600.
145
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
146
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
terima, pergantian‟.
147
Kata transfer di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi transfer. Kata transfer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata transfer. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar
yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m
ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar.
148
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transfer menjadi bentuk menransfer merupakan
proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {transfer}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transfer menjadi bentuk kata menransfer merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem n.
149
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „memindahkan mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain‟.
150
Kata menransfer tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti, {m
ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menransfer memiliki kata dasar transfer bukan ransfer.
Data nomor 41 diambil dari kalimat,
“Ketika mode tersebut dihidupkan, adapter anda tidak bisa men-transmit hanya bisa me-
monitoring atau receiving frame atau paket yang dating saja”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 46.
Kata mentransmit merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transmit, yang berasal dari kata bahasa Inggris transmit yang
memiliki makna „mengirimkan,
147
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 601.
148
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983, h. 51.
149
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
150
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1484.
meneruskan‟.
151
Kata transmit belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata merupakan kelaskategorial kata adjektiva proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata transmit. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, tetapi pada bentuk dasar
yang mulai dengan hambat tak bersuara p, t, c, dan k, nasal pada alomorf m
ǝ {N}- menggantikan konsonan pertama bentuk dasar.
152
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transmit menjadi bentuk menransmit merupakan
proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {transmit}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transmit menjadi bentuk kata menransmit merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem n.
153
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „mengirimkan‟. Kata menransmit tidak tepat karena kaidah tersebut berlaku pada kata dasar
bahasa Indonesia seperti, {m ǝ {N}-} + {tarik} menarik. Jika hal tersebut
diterapkan pada kata dasar asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menransmit memiliki kata dasar
transmit bukan ransmit. Dari beberapa analisi proses morfofonemik prefiks me- dan fonem t pada
istilah TI yang didominasi dengan bahasa Inggris dapat disimpulkan bahwa alomorf
mən- dipakai di depan bentuk dasar istilah TI yang dimulai dengan konsonant.
42. {nonaktif} + {m ǝ {N}-} menon-aktifkan „mematikan‟
Data nomor 42 diambil dari kalimat,
“Jika anda mempunyai software juga yang berhubungan dengan wireless adapter anda atau mempunyai fungsi seperti WZC anda dapat menon-aktifkan
pilihan ini”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 31.
151
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 601.
152
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
153
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Kata menonaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem nonaktif,yang berasal dari kata bahasa Inggris nonactive yang
memiliki makna „tidak aktif, tidak gesit‟.
154
Kata nonactive diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi tidak aktifnonaktif. Kata nonaktif merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata nonaktif. Pemakaian kata nonaktif tidak baku dan sesuai dengan tata bahasa Indonesia, seharusnya
digunakan kata tidak aktif. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
155
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata nonaktif menjadi bentuk menonaktifkan merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {nonaktif}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata nonaktif menjadi bentuk kata menonaktifkan merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
156
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mematikan‟. 43. {load} + {m
ǝ {N}-} me-load „memuat‟ Data nomor 43 diambil dari kalimat,
“Sebagai tambahan untuk me-load data dari XML, DataSet dapat diambil dan disimpan sql
server sebagaimana halnya menggunakan dat source OLEDB”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 57.
Kata meload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem load, yang berasal dari kata bahasa Inggris load yang
memiliki makna „beban, muatan, memuati‟.
157
Kata load belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata load merupakan
154
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9.
155
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
156
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
157
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 362.
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata load.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di
depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
158
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata load menjadi bentuk meload merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {deklarasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata load menjadi bentuk kata meload merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
159
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„memperoses‟. Kata load memang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia tapi
memiliki arti yang sama dengan kata memuat yang berarti memperoses. Jadi, seharusnya digunakan kata memuat.
44. {remote} + {m ǝ {N}-} meremote „mengontrol dari jarak jauh‟
45. {request} merequest „meminta‟
46. {reset} mereset „mengembalikan seperti semula‟
47. {refresh} me-refresh „menyegarkan‟
48. {retrieve} me-retrieve „mengembalikan‟
49. {refer} merefer „mengembalikan‟
Data nomor 44 diambil dari kalimat,
“Semua ini didukung oleh program IT Administrator Toolkit yaitu sebuah program yang dapat meremote client yang menggunaka device dan program ini dari para Administrator
sehingga jika terjadi kerusakan pada administrator tinggal memperbaiki dan memberikan penyelesaian hanya dibelakang meja tanpa harus mengunjungi si client”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 28-29.
158
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
159
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
Kata meremote merupakan hasil afiksasi terhadap leksem remote, yang berasal dari kata bahasa Inggris remote yang
memiliki makna „terpencil, tipis, jauh‟.
160
Kata remote belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata remote merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata remote. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
161
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata remote menjadi bentuk meremote merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {remote}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata remote menjadi bentuk kata meremote merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
162
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengontrol dari jarak jauh‟.
Data nomor 45 diambil dari kalimat,
“Ketika user me-request satu halaman misalnya, setelah usermendapat respon dari server, maka koneksi bisa diputus dan bila client ingin me-request lagi untuk meminta halamn yang
lain maka pihak server akan mengenali melalui cookie yang terdapat pada client ”.
Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta: ANDI, 2005, h. 93.
Kata merequest merupakan hasil afiksasi terhadap leksem request, yang berasal dari kata bahasa Inggris request yang
memiliki makna „permintaan, permohonan‟.
163
Kata request diserap belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata request merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi
ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata request. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
160
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 477.
161
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
162
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
163
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 479.
nasal.
164
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata request menjadi bentuk merequest merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {request}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata request menjadi bentuk kata merequest merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
165
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„memintamemohon‟. Data nomor 46 diambil dari kalimat,
“User Reset PROSet yaitu sebuah metode dimana userclient dapat me-reset device WiFi nya
sendiri jika terjadi kerusakan minor”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 29.
Kata memreset merupakan hasil afiksasi terhadap leksem reset, yang berasal dari kata bahasa Inggris reset yang
memiliki makna „memasang lagi‟.
166
Kata reset di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi reset. Kata reset merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata reset.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di
depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
167
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata reset menjadi bentuk mereset merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {reset}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata reset menjadi bentuk kata mereset merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
168
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik
, kata ini memiliki makna „mengembalikan seperti semula‟.
Data nomor 47 diambil dari kalimat,
164
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
165
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
166
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 480.
167
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
168
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
“Bila Anda me-refresh halaman tersebut atau bahkan menutup halaman tersebut dan kemudian membukanya kembali, jumlah kunjungan tersebut akan terus bertambah selama
masih dalam satu hari”. Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta:
ANDI, 2005, h. 101.
Kata merefresh merupakan hasil afiksasi terhadap leksem refresh, yang berasal dari kata bahasa Inggris refresh yang memiliki makna
„menyegarkan, membangkitkan ingatan‟.
169
Kata refresh belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata refresh merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi
ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata refresh. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
170
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata refresh menjadi bentuk merefresh merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {refresh}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata refresh menjadi bentuk kata merefresh merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
171
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menyegarkan‟. Data nomor 48 diambil dari kalimat,
“Suatu aplikasi dapat menggunakan ADO.NET untuk menghubungkan data source, me- retrieve
, memanipulasi, dan meng- update data”.
Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 109.
Kata meretrieve merupakan hasil afiksasi terhadap leksem retrieve, yang berasal dari kata bahasa Inggris retrieve yang
memiliki makna „mengembalikan, menyelamatkan‟.
172
Kata retrieve belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata retrieve merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi
ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata retrieve.
169
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 473.
170
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
171
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
172
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 483.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf mə- dipakai di
depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan nasal.
173
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata retrieve menjadi bentuk meretrieve merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {retrieve}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata retrieve menjadi bentuk kata meretrieve merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
174
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengembalikan‟. Data nomor 49 diambil dari kalimat,
“Fungsi yang ada di dalam class PelangganAntar ini semua merefer ke fungsi yang ada di
class Pelanggan”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 108.
Kata merefer merupakan hasil afiksasi terhadap leksem refer, yang berasal dari kata bahasa Inggris refer yang
memiliki makna „mengembalikan, menyelamatkan‟.
175
Kata refer belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata refer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata refer Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
mə- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan r, l, w, y, dan
nasal.
176
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata retrieve menjadi bentuk merefer merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {refer}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata refer menjadi bentuk kata merefer
173
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
174
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
175
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 483.
176
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
177
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengembalikan‟.
d. Laminoplanatal ñ, j, c, s
Fonem ñ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ñ
Fonem j Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem j
50. {creat} + {m ǝ {N}-} mecreat „menciptakan‟
51. {capture} meng-capture „mengambil‟
52. {crack} mneg-crack „merusak‟
53. {compile} mengcompile „menyusun‟
54. {click} meng-click „mengeklik menekan‟
Data nomor 50 diambil dari kalimat,
“Setiap versi dari WinPcap selalu menyertakan “developer‟s pack” atau script untuk di compile dan di modifikasi, sehingga para programmer tinggal meng-create dari contoh yang
sudah ada dan dibuat sendiri formula nya sesuai kebutuhan ”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 154.
Kata mengcrate merupakan hasil afiksasi terhadap leksem crate, yang berasal dari kata bahasa Inggris crate yang
memiliki makna „menciptakan, menimbulkan, membuat‟.
178
Kata crate belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata crate merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata crate.
177
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
178
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf
məŋ-.
179
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata crate menjadi bentuk menngcrate
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {crate}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata crate menjadi bentuk kata mengcrate
merupakan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng.
180
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menciptakan‟ Data nomor 51 diambil dari kalimat,
“Jika sudah selesai meng-capture dan menganalisis frame yang akan datang maka kita akan kembalikan mode ini dengan perintah: prism2ctl wi0
– h”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 47
Kata mengcapture merupakan hasil afiksasi terhadap leksem capture, yang berasal dari kata bahasa Inggris capture yang
memiliki makna „menangkap‟.
181
Kata capture belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata capture merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata capture. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar
yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-.
182
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata capture menjadi bentuk mengcapture
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {capture}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata capture menjadi bentuk kata
mengcapture merupakan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng
.
183
Setelah
179
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
180
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
181
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 98.
182
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
183
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mengambil‟.
Data nomor 52 diambil dari kalimat,
“Tools ini meng-capture dengan cara mneg-crack jaringan keamanann WEP dan
WPAWPA2 PSK”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 40.
Kata mnegcrack merupakan hasil afiksasi terhadap leksem crack, yang berasal dari kata bahasa Inggris crack yang
memiliki makna „retak, celah, letusan‟.
184
Kata crack belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata crack merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata crack. Kata mnegcrack pada data tersebut tidak tepat penulisannya, seharusnya mengcrack.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf
məŋ-.
185
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata crack menjadi bentuk mengcrack
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {crack}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata crack menjadi bentuk kata mengcrack
merupakan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng
.
186
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„merusak‟. Data nomor 53 diambil dari kalimat,
“Cara untuk meng-compile script ini tersedia di dalam file “Readme” sehingga anda bisa melihat langkah-
langkah nya disana”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 46.
184
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 153.
185
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
186
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Kata mengcompile merupakan hasil afiksasi terhadap leksem compile, yang berasal dari kata bahasa Inggris compile yang
memiliki makna „menyusun, mengumpulkan, menghimpun‟.
187
Kata compile belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata compile merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata compile. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar
yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-.
188
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata compile menjadi bentuk mengcompile
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {compile}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata compile menjadi bentuk kata
mengcompile merupakan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng
.
189
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menyusun‟. Data nomor 54 diambil dari kalimat,
“Jika anda ingin melihat jaringan wireless anda yang update anda dapar meng-click Refresh
”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 32.
Kata mengclick merupakan hasil afiksasi terhadap leksem click, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang
memiliki makna „menekan, klik‟.
190
Kata click diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi klik. Seharusnya digunakan dengan
kata yang sudah disempurnakan menjadi mengeklik. Kata click merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata
kerja pada kata click.
187
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
188
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
189
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
190
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf
məŋ-.
191
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata click menjadi bentuk mengclick
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {click}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata click menjadi bentuk kata mengclick
merupakan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng
.
192
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menekan, mengeklik‟
55. {setting} + {m ǝ {N}-} men-setting „mengatur‟
56. {sniff} meng-sniff „menelusuri‟
57. {set} menset „mengatur‟
Data nomor 55 diambil dari kalimat,
“Atau men-setting wireless network agar tersambung secara automatis baik itu yang sudah
ter auntenfikasi atau yang belum terauntenfikasi settingan default nya disabled”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 33.
Kata mensetting merupakan hasil afiksasi terhadap leksem setting, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang
memiliki makna „keadaan, letak‟.
193
Kata setting memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata setting merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata setting. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar
yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-.
194
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata setting menjadi bentuk mengsetting
191
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
192
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
193
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516.
194
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {setting}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata setting menjadi bentuk kata mengsetting
merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng
.
195
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengatur‟. Proses morfofonemik tersebut berebeda dengan yang diungkapkan oleh Chaer,
Chaer mengungkapkan jenis perubahan
peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara s, k, p, dan
t, dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny.
196
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata setting menjadi bentuk menyetting merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {setting}. Bentuk kata setting menjadi bentuk
kata menyetting merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan peluluhan fonem s
dengan nasal ny.
Data nomor 56 diambil dari kalimat,
“Setelah anda berhasil meng-sniff paket jaringan yang lewat anda dapat menyimpan hasil sniff tadi kedalam sebuah file dan mentransfer ke computer anda dan membukanya melalui
aplikasi”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 44.
Kata mengsniff merupakan hasil afiksasi terhadap leksem sniff, yang berasal dari kata bahasa Inggris sniff yang
memiliki makna „mencium, menghhirup‟.
197
Kata sniff belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata sniff merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata
kerja pada kata sniff. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar
yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-.
198
Dengan
195
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
196
Ibid., h. 44.
197
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 536.
198
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
demikian yang terjadi pada bentuk kata sniff menjadi bentuk mengsniff merupakan proses morfofonemik prefiks {m
ǝ {N}-} + {sniff}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga
bentuk kata sniff menjadi bentuk kata mengsniff merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan
penambahan fonem nasal ng
.
199
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengikuti jejak‟. Kata mengsniff berdasarkan konteks kalimat nomor 56 memiliki makna
„menelusuri‟.
Proses morfofonemik tersebut berbeda dengan yang diungkapkan oleh Chaer, Chaer mengungkapkan jenis perubahan
peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan
t, dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny.
200
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata sniff menjadi bentuk menyniff merupakan proses
morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {setting}. Bentuk kata sniff menjadi bentuk
kata menyniff merupakan jenis perubahan pemunculan jenis perubahan peluluhan fonem s
dengan nasal ny.
Jika dianalisis kembali, kata mensniff tidak tepat karena kaidah tersebut dan berlaku pada kata dasar bahasa Indonesia seperti {m
ǝ {N}-}+{sikat} menyikat. Jika hal tersebut diterapkan pada kata dasar asing yang belum
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan terjadi pemaknaan yang salah. Menyniff memiliki kata dasar sniff bukan niff. Hal ini menjadi pengecualian pada
kata sniff dan kata bahasa Inggris yang belum diserap dan belum memiliki padanan bahasa Indonesia.
Data nomor 57 diambil dari kalimat,
“Jadi jika kita ingin menset waktu timer menjadi 1 detik maka kita ubah interval Timer
menjadi 1000”. Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 22.
199
Abdul Chaer, op.cit, h. 43
200
Ibid., h. 44.
Kata menset merupakan hasil afiksasi terhadap leksem set, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang disingkat menjadi set yang memiliki makna
„kumpulan, siaran‟.
201
Kata set memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu mengatur. Kata set merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata set. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, di depan bentuk dasar
yang mulai dengan konsonan j, c, dan s dipakai alomorf məŋ-.
202
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata set menjadi bentuk menset merupakan
proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {set}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata set menjadi bentuk kata menset merupakan jenis perubahan
pemunculan fonem n.
203
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengatur‟.
e. Laminoalveolar z dan y
Fonem z Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem z
Fonem y Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem y
f. Dorsovelar g, k ,ŋ, x
Fonem g Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem g
58. {koneksi} + {m ǝ {N}-} meng-koneksi „menghubungkan‟
59. {konfigurasi} meng-konfigurasi
„mengatur‟ 60. {klik} mengklik
„menekan, mengeklik‟ 61. {konversi} mengkonversi
„mengubah‟
201
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 515.
202
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
203
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Data nomor 58 diambil dari kalimat,
“Non Secure dimana mode ini mempermudah sisi client dalam meng-koneksikan ke WiFi nya sehingga
ketika ia mendapat sinyal dan bisa langsung terkoneksikan dengan jaringan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 3.
Kata mengkoneksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris connect yang
memiliki makna „koneksi‟.
204
Kata koneksi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata koneksi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata koneksi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan
bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf
məŋ-.
205
Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk mengoneksikan
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {koneksi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata mengoneksi
merupakan jenis perubahan
peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal
ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng
.
206
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menghubungkan‟. Jadi, seharusnya proses morfofonemik yang digunakan pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan teori tersebut, seharusnya
proses morfofonemik yang tepat dan digunakan adalah mengoneksi. Data nomor 59 diambil dari kalimat,
“Jika ingin meng-konfigurasi wireless anda secara spesifik anda bisa piluh Advance”.
204
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 142.
205
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
206
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 32.
Kata mengkonfigurasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konfigurasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris configuration yang memiliki makna
„an arrangement of the parts of something or a group of things; the form or shape
that this arrangement produces‟.
207
Kata configuration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konfigurasi. Kata konfigurasi merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata konfigurasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan
bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf
məŋ-.
208
Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk
mengonfigurasi merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} +
{konfigurasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konfigurasi menjadi
bentuk kata mengonfigurasi merupakan jenis perubahan
peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan
bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng
.
209
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengatur‟. Jadi, seharusnya proses morfofonemik yang digunakan pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan teori tersebut, seharusnya
proses morfofonemik yang tepat dan digunakan adalah mengonfigurasi. Data nomor 60 diambil dari kalimat,
“Masukkan elemen TextBox ke dalam form dengan mengklik ganda ab pada toolbox.
207
Oxford University, op.cit, h. 303.
208
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 51.
209
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 11.
Kata mengklik merupakan hasil afiksasi terhadap leksem klik, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang
memiliki makna „klik, menekan‟
210
. Kata klik merupakan serapan dari kata click. Kata klik merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata klik. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir,
… sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai
alomorf məŋ-.
211
Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata klik menjadi bentuk menglik merupakan
proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {klik}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata klik menjadi bentuk kata menglik merupakan jenis perubahan
peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p, dan t. dalam hal ini konsonan s
diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng
.
212
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menekan, mengeklik‟. Jika dianalisis kembali, perubahan
konsonan k diluluhkan dengan nasal ng pada kata menglik tidak tepat karena peluluhan konsonan k membuat kata tersebut
maknanya berbeda dan sulit dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, proses morfofonemik yang tepat pada kata klik menjadi mengklik, m
erujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir,
… sedangkan di depan bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf
məŋ-.
213
Data nomor 61 diambil dari kalimat,
“Yang perlu diperhatikan dari kode program di atas adalah metode untuk mengkonversi
String menjadi integer, yaitu: Integer.valueOfnilai_String.intValue;”.
210
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140.
211
Muhajir, op.cit, h. 51.
212
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
213
Muhajir, op.cit, h. 51.
Sumber: Albert V. Dian Sano, 24 Jam Menguasai HTML, JSP, dan MySQL. Yogyakarta: ANDI, 2005, h. 122.
Kata mengkonversi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konversi, yang memiliki makna „perubahan dari sistem yang satu ke sistem yang lain‟.
214
Kata konversi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata konversi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata konversi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, … sedangkan di depan
bentuk dasar yang mulai dengan konsonan g, k, dan di depan vokal dipakai alomorf
məŋ-.
215
Dengan demikian, pembentukan kata tersebut tidak tepat seharusnya yang terjadi pada bentuk kata konversi menjadi bentuk mengonversi
merupakan proses morfofonemik prefiks {m ǝ {N}-} + {konversi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konversi menjadi bentuk kata
mengonversi merupakan jenis perubahan
peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengna konsonan bersuara s, k, p,
dan t. dalam hal ini konsonan s diluluhkan dengan nasal ny, konsonan k diluluhkan dengan nasal ng
.
216
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengubah‟. Jadi, seharusnya proses morfofonemik yang digunakan pada kalimat tersebut tidak sesuai dengan teori tersebut, seharusnya
proses morfofonemik yang tepat dan digunakan adalah mengonversi. Fonem
ŋ Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem
ŋ
Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x
214
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730.
215
Muhajir, op.cit, h. 51.
216
Abdul Chaer, op.cit, h. 43.
g. Uvular
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem
h. Laringal h
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h
i. Glotal ?
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ?
2 Prefiks {bǝ {N}-}
Prefiks ini memiliki enam buah alomorf. Keenam alomorf itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 1 alomorf b
ə- dan b-, serta 2 alomorf b
ər-, br-, bə -, dan bl-. Selain alomorf terakhir bl-, kedua kelompok alomorf itu saling melengkapi. Kelompok pertama dipakai di depan
semua bentuk dasar yang mulai dengan konsonan; sedang kelompok kedua dipakai di depan semua bentuk yang mulai dengan vokal. Alomorf bl- bersifat
istimewa, kemunculannya tidak dapat diramalkan.
i. Vokal
62. {internet}+{bǝ {N}-} berinternet „mengerjakan atau menggarap
internet‟ 63.
{interaksi} berinteraksi
„mengadakan interaksihubungan‟ Data nomor 62 diambil dari kalimat,
“Jika tools ini mendeteksi ada access point dan anda bisa langsung bisa menggunakan untuk berinternet
jika ada jaringan internet nya”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 26.
Kata berinternet merupakan hasil afiksasi terhadap leksem internet, yang berasal dari kata bahasa Inggris internet yang memiliki makna
„an international
computer network connecting other network and computers from companies‟.
217
Kata internet diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi internet. Kata internet merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata internet. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, ….
218
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata internet menjadi bentuk berinternet merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b
ǝ {N}-} + {internet}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata internet menjadi bentuk kata berinternet merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
219
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengerjakan atau menggarap internet
‟.
220
Data nomor 63 diambil dari kalimat,
“Pemilihan struktur bahasa yang tepat memungkinkan seorang pengguna merasa sedang berinteraksi
secara langsung dengan sistem tanpa adanya seorang instruktur program yang lebih menguasai penggunaan program tersebut”.
Sumber: Bagus Karuniawan,Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 87.
Kata berinteraksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem interaksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris interaction yang
memiliki makna „interaksi‟.
221
Kata interaction diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi interaksi yang memiliki makna „hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi‟.
222
Kata interaksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata interaksi.
217
Oxford University, op.cit, h. 787.
218
Muhajir, op.cit, h. 52.
219
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
220
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
221
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 323.
222
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 542.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br-
dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, ….
223
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata interaksi menjadi bentuk berinteraksi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b
ǝ {N}-} + {interaksi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata interaksi menjadi bentuk kata berinteraksi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
224
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengadakan interaksihubungan
‟.
225
64. {ekstension}+{bǝ {N}-} berekstension „memperpanjangan waktu‟
Data nomor 64 diambil dari kalimat,
“Tambahkan 1 buah combobox untuk memberikan parameter Kota agar menampilkan data tabel student yang berasal dari kota tertentu dan buat file crystalreport yang berekstension
”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 100.
Kata berekstension merupakan hasil afiksasi terhadap leksem ekstension, yang berasal dari kata bahasa Inggris exstension yang
memiliki makna „perpanjangan waktu
, perluasan‟.
226
Kata exstention diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ekstensi. Penggunaan kata ekstension tidak tepat karena dalam bahasa Indonesia
tidak terdapat kata yang berakhiran –on seharusnya menggunakan kata ekstensi.
Kata ekstension merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata ekstension.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br-
dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, ….
227
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata ekstension menjadi bentuk berekstension merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b
ǝ {N}-}
223
Muhajir, op.cit, h. 52.
224
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
225
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 542.
226
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 226.
227
Muhajir, op.cit, h. 52.
+ {ekstension}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata ekstension menjadi
bentuk kata berekstension merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
228
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mengerjakan perpanjangan waktu.
229
65. {arsir} + {bǝ {N}-} berarsir „mempunyai garis-garis sejajar‟
66. {asosiasi} +
berasosiasi „bergabung, berhubungan‟
Data nomor 65 diambil dari kalimat,
“Klik pada kotak berarsir akan menggerakan isi dari window satu halaman”.
Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 7.
Kata berarsir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem arsir yang memiliki makna
„menarik garis-garis sejajar atau silang-menyilang‟.
230
Kata arsir merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata arsir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
bər- dan br- dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, ….
231
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata arsir menjadi bentuk berarsir merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b
ǝ {N}-} + {arsir}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan
penambahan afiks sehingga bentuk kata arsir menjadi bentuk kata berarsir merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
232
Setelah mengalami proses
228
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
229
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
230
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730.
231
Muhajir, op.cit, h. 52.
232
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „mempunyai garis-
garis sejajar‟.
233
Data nomor 66 diambil dari kalimat,
“Pada contoh di atas getc memilih sebuah argument yang menunjuk pada stream yang berasosiasi
dengan piranti input standard, keyboard. Getc membaca character dari keyboard dan menyimpan nilai integer character pada variable char_in. printf digunakan untuk
mencetak pesan dan character yang dimasukkan”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++.
Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 28.
Kata berasosiasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris association yang memiliki makna
„perkumpulan, persatuan
‟.
234
Kata berasosiasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang
memiliki makna „persatuan antara rekan usaha, perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama
‟.
235
Kata association diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi asosiasi. Kata asosiasi merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata asosiasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br-
dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, ….
236
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata asosiasi menjadi bentuk berasosiasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b
ǝ {N}-} + {asosiasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata asosiasi menjadi bentuk kata berasosiasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
237
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„bergabung, berhubungan‟.
238
233
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
234
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 42.
235
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 99.
236
Muhajir, op.cit, h. 52.
237
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
238
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 99.
67. {orientasi}
berorientasi „melihat-lihat atau meninjau‟
Data nomor 67 diambil dari kalimat,
“Ada 4 prinsip dasar dari pemrograman berorientasi obyek, yaitu abstraksi, enkapsulasi,
modularitas, dan hirarki”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 29.
Kata berorientasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem orientasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris orientation yang
memiliki makna „orientasi‟.
239
Kata berorientasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem orientasi, yang memiliki makna „peninjauan untuk menentukan sikap arah, tempat, dsb‟.
240
Kata orientation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi orientasi. Kata orientasi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata orientasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bər- dan br-
dapat bervariasi di depan semua bentuk dasar yang mulai dengan vokal, ….
241
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata orientasi menjadi bentuk berorientasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {b
ǝ {N}-} + {orientasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi
melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata orientasi menjadi bentuk kata berorientasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
242
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„melihat-lihat atau meninjau‟.
243
Dalam kalimat tersebut kata orientasi menyatakan meninjau berdasarkan objeknya.
ii. Konsonan
a. Bilabial b, p,m, dan w
Tidak ditemukan proses morfofonemik
239
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 408.
240
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1023.
241
Muhajir, op.cit, h. 52.
242
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
243
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1023.
b. Labiodental v, f
68. {variasi} + {bǝ {N}-} bervariasi „mempunyai varianmacam-
macam ‟
Data nomor 68 diambil dari kalimat,
“Membuat statistik yang bervariasi”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 65.
Kata bervariasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem variasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris variation yang
memiliki makna „perbedaan, variasi, selingan‟.
244
Kata bervariasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem variasi. Kata variation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi variasi yang
memiliki makna „tindakan, keadaan, atau hasil perubahan dari keadaan semula; perubahan; selingan‟.
245
Kata variasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata variasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di
depan semua konsonan, kecuali l dan r,….
246
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata variasi menjadi bentuk bervariasi merupakan merupakan proses
morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {variasi}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata variasi menjadi bentuk kata bervariasi merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
247
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mempunyai variasi‟ atau memiliki varian atau macam-macam.
248
c. Apikoalveolar d, t, n, r
244
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 627.
245
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1605.
246
Muhajir, op.cit, h. 52.
247
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
248
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1605.
69. {notasi} + {bǝ {N}-} bernotasi „mempunyai sistem lambang
tanda‟ Data nomor 69 diambil dari kalimat,
“Klik ganda elemen bernotasi Use Case Diagram hingga diagram window menjadi aktif”.
Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 40.
Kata bernotasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris notation yang memiliki makna
„angka-angka; cara menulis; catatan‟.
249
Kata bernotasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang
memiliki makna „seperangkat atau sistem lambang tentang tanda yang menggambarkan bilangan tentang aljabar, nada-nada tentang musik, dan
ujaran tentang fonetik‟.
250
Kata notation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi notasi. Kata notasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata notasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
bə- dipakai di depan semua konsonan, kecuali l dan
r,….
251
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata notasi menjadi bentuk bernotasi merupakan merupakan proses
morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {notasi}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata notasi menjadi bentuk kata bernotasi merupakan jenis perubahan pengekalan
fonem.
252
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mempunyai seperangkat atau sistem lambang tanda‟.
d. Laminoalveolar z, y
Tidak ditemukan proses morfofonemik
249
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 397.
250
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1008.
251
Muhajir, op.cit, h. 52.
252
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
e. Laminoplanatal ñ, j, c, s
Tidak ditemukan proses morfofonemik
f. Dorsovelar g, k, ŋ, x
70. {koneksi} + {bǝ {N}-} berkoneksi „menghubungkan‟
71. {kolaborasi} berkolaborasi „bekerja sama‟
72. {kontribusi} berkontribusi „mempunyai andil‟
Data nomor 72 diambil dari kalimat,
“Sehingga memudahkan kita untuk berkoneksi dari satu jaringan WiFi ke jaringan WiFi
yang lain”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 36.
Kata berkoneksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris connect yang
memiliki makna „menyambungkan, menghubungkan‟.
253
Kata connect diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi koneksi. Kata koneksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata koneksi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
bə- dipakai di de
pan semua konsonan, kecuali l dan r,….
254
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk berkoneksi merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {koneksi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata berkoneksi merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
255
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„menghubungkan‟.
253
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 139.
254
Muhajir, op.cit, h. 52.
255
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
Data nomor 71 diambil dari kalimat,
“Trend aplikasi web canggih saat ini menggunakan XML Web Services atau singkatnya Web Services agar dapat saling berkolaborasi
antara berbagai sistem”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 129.
Kata berkolaborasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kolaborasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris collaboration yang memiliki makna
„kerjasama, kolaborasi‟.
256
Kata berkolaborasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kolaborasi, yang
memiliki makna „perbuatan kerja sama‟.
257
Kata collaboration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kolaborasi. Kata
kolaborasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata kolaborasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di
depan semua konsonan, kecuali l dan r,….
258
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata kolaborasi menjadi bentuk berkolaborasi merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {kolaborasi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kolaborasi menjadi bentuk kata berkolaborasi merupakan jenis
perubahan pengekalan fonem.
259
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„bekerja sama‟.
260
Data nomor 72 diambil dari kalimat,
“Dengan melakukan hal ini anda berkontribusi ke database sistem operasi yang dikenali
Nmap dan karenanya ia akan lebih akurat”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 83.
Kata berkontribusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kontribusi, yang berasal dari kata bahasa Inggris contribution yang
memiliki makna „sumbangan,
256
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 124.
257
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 738.
258
Muhajir, op.cit, h. 52.
259
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
260
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 738.
iuran‟.
261
Kata berkontribusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kontribusi, yang
memiliki makna „uang iuran, sumbangan‟.
262
Kata contribution diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kontribusi. Kata kontribusi merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata kontribusi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf bə- dipakai di
depan semua konsonan, kecuali l dan r,….
263
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata kontribusi menjadi bentuk berkontribusi merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {b ǝ {N}-} + {kontribusi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kontribusi menjadi bentuk kata berkontribusi merupakan jenis
perubahan pengekalan fonem.
264
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„mempunyai andil; mempunyai sumbangan
‟.
265
Fonem ŋ
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ
Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x
g. Uvular
Tidak ditemukan proses morfofonemik
h. Laringal h
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h
i. Glotal ?
261
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 145.
262
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 752.
263
Muhajir, op.cit, h. 52.
264
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
265
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 752.
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ?
3 Prefiks {t
ǝ {r}-}
Prefiks {t ǝ {r}-} mempunyai dua alomorf yang berdistribusi komplementer,
yaitu alomorf t ər- dan tə-.
i. Vokal
73. {install} + {tǝ {r}-} terinstall „terpasang‟
74. {integrasi} terintegrasi „dapat disatukanmenyatu‟
Data nomor 73 diambil dari kalimat,
“Mempelajari HTML yang paling gampang adalah menggunakan software Microsoft FrontPage 2003 yang sudah otomatis terinstall jika computer Anda diinstall Microsoft Office
2003 secara lengkap”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 151.
Kata terinstall merupakan hasil afiksasi terhadap leksem install, yang memiliki makna „memasang; melantik; dan menempatkan‟.
266
Kata install merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata install. Kata install belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi install. Menurut kaidah bahasa Indonesia tidak ada ll kembar, seperti ll pada kata
install seharusnya digunakan kata install. Pada umumnya para praktik IT belum menggunakan kaidah bahasa Indonesia secara taat kaidah bahasa Indonesia.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
267
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata install menjadi bentuk terinstall merupakan proses
morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {install}. Proses pembentukan kata dengan
266
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 325.
267
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata install menjadi bentuk kata terinstall merupakan jenis perubahan pengekalan
fonem.
268
Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna
„terpasang‟ yang menyatakan bahwa pekerjaan sudah selesai predikatif.
269
Data nomor 74 diambil dari kalimat,
“Untuk dapat menjalankan aplikasi ASP.NET, dibutuhkan program ASP.NET yang terintegrasi
dalam Microsoft Visual Studio.NET atau menggunakan .NET Framework”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 107.
Kata terintegrasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem integrasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris integration yang
memiliki makna „integrasi, penggabungan‟.
270
Kata berintegrasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem integrasi, yang
memiliki makna „penyatuan hingga menjadi kesatuan utuh atau bulat
‟.
271
Kata integration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi integrasi. Kata integrasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata integrasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
272
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata integrasi menjadi bentuk berinetgrasi merupakan
merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {integrasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata integrasi menjadi bentuk kata
berintegrasi merupakan jenis perubahan
terjadi
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dapat disatukan yang menyatakan dapat disatukan
‟.
273
268
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
269
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
270
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 326.
271
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 559.
272
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
273
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
75. {enkripsi}+ {tǝ {r}-} terenkripsi „mengubah data ke dalam suatu
kode‟ Data nomor 75 diambil dari kalimat,
“Pertama kali tools ini dilaunching, ada beberapa bug dan kendala salah satunya adalah tidak ter-enkripsi
nya salah satu jaringan dan email”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 47.
Kata terenkripsi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem enkripsi, yang berasal dari kata bahasa Inggris encrypt v encryption n yang memiliki makna
„computing to put information into a special code, especially in order to prevent people from looking at it without authority‟.
274
Kata terenkripsi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem enkripsi, yang
memiliki makna „pengubahan data ke dalam suatru kode untuk tujuan keamanan
‟.
275
Kata encrypt diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi enkripsi. Kata enkrpsi merupakan kelaskategorial kata
verba proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata enkripsi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
276
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata enkripsi menjadi bentuk terenkripsi merupakan
merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {enkripsi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata enkripsi menjadi bentuk kata terenkripsi
merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
277
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diubah yang
274
Oxford University, op.cit, h. 482.
275
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 393.
276
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
277
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
menyatakan tak sengaja diubah data ke dalam suatu kode untuk tujuan keamanan‟.
278
76. {auntentifikasi} +{tǝ {r}-} ter auntentifikasi „proses memvalidasi
user‟ Data nomor 76 diambil dari kalimat,
“Preferred Networks adalah daftar dimana jaringan wireless yang sudah terkoneksi oleh wireless client dan jaringan ini sudah ter autenfikasi
oleh client”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 32
Kata terautenfikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem autenfikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris authentication yang
memiliki makna „to prove that something is genvine realtrup
‟.
279
Kata terautenfikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem autenfikasi. Kata authentication diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi autenfikasi. Kata autenfikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata
autenfikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
280
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata autenfikasi menjadi bentuk terautenfikasi merupakan
merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {autenfikasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata autenfikasi menjadi bentuk kata
terautenfikasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
281
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„proses memvalidasi user pada saat memasuki sistem‟.
ii. Konsonan
278
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
279
Oxford University, op.cit, h. 83.
280
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
281
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
a. Bilabial b, p,m, dan w
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem
b. Labiodental v, f
77. {format} + {tǝ {r}-} terformat „terbentuk‟
Data nomor 77 diambil dari kalimat,
“Fungsi scanf membentuk input terformat”.
Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 29.
Kata terformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format, yang memiliki makna „bentuk, pola, ukuran‟.
282
Kata terformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format. Kata format diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi format. Kata format merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata format.
Penelitian yang dilakukan Muhadjir tidak memberikan alomorf prefiks ter- bila di depan terdapat fonem f karena data yang dianalisis pun tidak ada yang
berawalan fonem f, penelitian tersebut hanya menyebutkan alomorf te- dipakai di depan semua bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan, kecuali h.
283
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
284
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata format menjadi bentuk terformat merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {format}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata format menjadi bentuk kata terformat merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
285
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses
282
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 258.
283
Muhajir. Morfologi Dialek Jakarta, Jakarta: Djambatan, 1983,h. 56.
284
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
285
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
morfofonemik, kata ini memiliki makna „terbentuk yang menyatakan dapat
dibentuk‟.
286
Tidak ditemukan proses morfofonemik pada fonem v
c. Apikoalveolar d, t, n, r
78. {deteksi} + {tǝ {r}-} terdeteksi „terperiksa‟
79. {definisi} terdefinisi „dapat didefinisikandiartikan‟
Data nomor 78 diambil dari kalimat,
“Connection ini akan menampilkan segala informasi access point yang tersambung atau terdeteksi
oleh device kita”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 21.
Kata terdeteksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deteksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris detection yang
memiliki makna „penemuan‟
287
. Kata detection diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi deteksi. Kata deteksi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deteksi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
288
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata deteksi menjadi bentuk terdeteksi merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {deteksi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deteksi menjadi bentuk kata terdeteksi merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
289
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„terperiksa yang menyatakan dapat diperiksa.
286
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
287
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 178.
288
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
289
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
Data nomor 79 diambil dari kalimat,
“Statemen ini ada duajenis, yaitu statemen berulang dengan jumlah terdefinisi dan statemen
berulang dengan jumlah tak tentu sampai dipenuhinya suatu kondisi tertentu”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 19.
Kata terdefinisi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem definisi, yang berasal dari kata bahasa Inggris definition yang
memiliki makna „definisi, ketentuan‟.
290
Kata terdefinisi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem definisi, yang
memiliki makna „batasan arti; keterangan singkat dan jelas‟.
291
Kata definision diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi definisi. Kata definisi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata definisi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
292
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata definisi menjadi bentuk terdefinisi merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {definisi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata definisi menjadi bentuk kata terdefinisi merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
293
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dapat didefinisikan atau dapat diartikan
‟.
294
d. Laminoalveolar z, y
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem z dan y
e. Laminoplanatal ñ, j, c, s
80. {cover} + {tǝ {r}-} tercover „tercover‟
290
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 171.
291
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 330.
292
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
293
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
294
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
81. {capture} tercapture „terambil‟
Data nomor 80 diambil dari kalimat,
“Pada gambar di atas menunjukkan bahwa dengan software WirelessMon ini kita bisa mendeteksi perangkat access point yang pernah tercover
oleh PC maupun laptop kita”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 19.
Kata tercover merupakan hasil afiksasi terhadap leksem cover, yang berasal dari kata bahasa Inggris cover yang
memiliki makna „hideprotect; to place something over or in front of something in order to hide or protect it‟.
295
Kata tercover merupakan hasil afiksasi terhadap leksem cover. Kata cover belum
memiliki padanan dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi cover. Kata cover merupakan kelaskategorial kata nomina
proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata cover. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
296
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata cover menjadi bentuk tercover merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {cover}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata cover menjadi bentuk kata tercover merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
297
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dapat dicover‟.
298
Data nomor 81 diambil dari kalimat,
“Jika dalam script tidak tersedia pilihan ini maka semua paket akan ter-capture”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 45.
295
Oxford University, op.cit, h. 337.
296
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
297
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
298
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
Kata tercapture merupakan hasil afiksasi terhadap leksem capture, yang berasal dari kata bahasa Inggris capture yang
memiliki makna „menangkap‟.
299
Kata capture belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata capture merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata capture. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
300
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata capture menjadi bentuk tercapture merupakan
merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {capture}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata capture menjadi bentuk kata tercapture
merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
301
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„terambil yang menyatakan tak sengaja diambil
‟.
302
82. {segmentasi} tersegmentasi „dibagiterbagi‟
Data nomor 82 diambil dari kalimat,
“Penggunaan modul ini memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pengujian jaringan nirkabel yang dapat dievaluasi pada setiap jalur aksesnya, dan memastikan bahwa data
sensitif seperti kartu kredit atau data sensitif perusahaan tersegmentasi
dan aman”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 101.
Kata tersegementasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem segmen, yang berasal dari kata bahasa Inggris segmentation yang
memiliki makna „pembagian menjadi ruas-
ruas‟.
303
Kata tersegmentasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem segmentasi, yang
memiliki makna „pembagian dalam segmen‟.
304
Kata
299
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 98.
300
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
301
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
302
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
303
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 511.
304
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1284.
segementation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi segementasi. Kata segementasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak
mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata segementasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf
tər- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
305
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata segementasi menjadi bentuk tersegementasi merupakan
merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {segementasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata segementasi menjadi bentuk kata
tersegementasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
306
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dibagi yang menyatakan dapat dibagidisegmentasikan‟.
307
f. Dorsovelar g, k, ŋ, x
83. {koneksi} + {tǝ {r}-} terkoneksi „terhubung‟
84. {komputerisasi} terkomputerisasi „sudah dikomputerisasi‟
85. {kompilasi} terkompilasi „terhimpun; dikumpulkan‟
Data nomor 8
3 diambil dari kalimat, “External IP ini didapat jika anda terkoneksi langsung
dengan internet atau ISP”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 21.
Kata terkoneksi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, bahasa Inggris connect yang memiliki makna
„menyambungkan, menghubungkan‟.
308
Kata connect diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi koneksi. Kata koneksi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata koneksi.
305
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
306
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
307
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
308
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 139.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
309
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk terkoneksi merupakan merupakan
proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {koneksi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata terkoneksi merupakan jenis perubahan
pengekalan fonem.
310
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„terhubung yang menyatakan dapat dihubungkan
‟.
311
Data nomor 84 diambil dari kalimat,
“Sebuah perusahaan menginginkan sebuah sistem pengarsipan data pelanggan secara terkomputerisasi
”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 116.
Kata terkomputerisasi
merupakan hasil
afiksasi terhadap
leksem komputerisasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris computerize yang memiliki
makna „mengkomputerkan‟.
312
Kata terkomputerisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem komputerisasi, yang
memiliki makna „penggunaan computer dalam
menghitung, mengelola
data, dsb
secara besar-besaran;
pengkomputeran ‟.
313
Kata computerize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi komputerisasi. Kata komputerisasi merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata komputerisasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
314
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata komputerisasi menjadi bentuk terkomputerisasi
309
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
310
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
311
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
312
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 134.
313
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730.
314
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {komputerisasi}.
Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata komputerisasi menjadi bentuk kata
terkomputerisasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
315
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„sudah dikomputerisasi‟
316
yang menyatakan tak sengaja dikomputerisasi.
317
Data nomor 85 diambil dari kalimat,
“ASP.NET adalah bahasa yang terkompilasi menjadi .dll berbasiskan .NET Framework sehingga Anda dapat menggunakan beberapa bahasa pemrograman yang mendukung .NET,
seperti Visual Basic.NET, C Csharp, C++, dan Jscript”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 107.
Kata terkompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris compilation yang
memiliki makna „himpunan, kompilasi‟.
318
Kata terkompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang
memiliki makna „kumpulan yang tersusun secara teratur tentang daftar informasi, karangan-karangan, dsb
‟.
319
Kata compilation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kompilasi. Kata kompilasi merupakan kelaskategorial
kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kompilasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf tər- dipakai di
depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
320
Dengan demikian, yang terjadi pada bentuk kata kompilasi menjadi bentuk terkompilasi merupakan
merupakan proses morfofonemik prefiks {t ǝ {r}-} + {kompilasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kompilasi menjadi bentuk kata
315
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
316
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 745.
317
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
318
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 132.
319
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 743.
320
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
terkompilasi merupakan jenis perubahan pengekalan fonem.
321
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„terhimpun;terkumpul yang menyatakan tak sengaja dihimpundikumpulkan‟.
322
Fonem ŋ
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ
Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x
g. Uvular
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem
h. Laringal h
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h
i. Glotal ?
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ?
4 Prefiks {di-}
Prefiks {di-} hanya mempunyai satu bentuk morf saja.
i.Vokal
86. {implementasi} + {di-} diimplementasikan „dilaksanakan‟
87. {identifikasi} diidentifikasi „diperiksa, dikenal‟
88. {install} dinstall „dipasang‟
89. {input} dinput „dimasukkan‟
321
Abdul Chaer, op. cit, h. 46.
322
Masnur Muslich, op.cit, h. 71.
Data nomor 86 diambil dari kalimat
“Dengan ERD ini kita dapat membuat sebuah relational conditionhubungan antar-elemen di mana pada tahap selanjutnya dapat diimplementasikan
ke dalam bentuk tabel relasi”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 34.
Kata diimplementasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem implementasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris implementation yang
memiliki makna „pelaksanaan, implementasi‟.
323
Kata diimplementasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem implementasi,
yang memiliki makna „pelaksanaan‟.
324
Kata implementation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi implementasi. Kata implementasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial nomina pada kata implementasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
325
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata implementasi menjadi bentuk diimplementasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} +
{implementasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata implementasi menjadi
bentuk kata diimplementasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dilaksanakan yang menyatakan suatu tindakan yang pasif
‟.
326
Data nomor 87 diambil dari kalimat,
“Software Cascade Pilot juga menyederhanakan tugas analisis multi-segmen, menghubungkan dan menganalisis aliran data yang didapat dari berbagai lokasi atau sumber
untuk dengan cepat diidentifikasi di mana isu-isu yang berhubungan dengan kinerja jaringan
terjadi”.
323
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 313.
324
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 548.
325
Muhajir, op.cit, h.53.
326
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 52.
Kata diidentifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem identifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris identification yang
memiliki makna „pengenalan, kartu pengenal‟.
327
Kata diidentifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem identifikasi, yang
memiliki makna „perbuatan menetapkan identitas seseorang benda dsb
‟.
328
Kata identification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi identifikasi. Kata identifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata identifikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
329
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata identifikasi menjadi bentuk diidentifikasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {identifikasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata identifikasi menjadi bentuk kata
diidentifikasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diperiksa, dikenal‟.
330
Yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
331
Data nomor 88 diambil dari kalimat,
“Mempelajari HTML yang paling gampang adalah menggunakan software Microsoft FrontPage 2003 yang sudah otomatis terinstall jika computer Anda diinstall Microsoft Office
2003 secara lengkap”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 151.
327
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 309.
328
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 538.
329
Muhajir, op.cit, h.53.
330
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
331
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Kata diinstall merupakan hasil afiksasi terhadap leksem install, yang memiliki makna „memasang; melantik; dan menempatkan‟
332
. Kata install merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial
kata pada kata install. Kata install belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi install.
Menurut kaidah bahasa Indonesia tidak ada ll kembar, seperti ll pada kata install seharusnya digunakan kata install. Pada umumnya para praktik IT belum
menggunakan kaidah bahasa Indonesia secara taat kaidah bahasa Indonesia. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja , ….
333
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata install menjadi bentuk diinstall merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {install}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata install menjadi bentuk kata diinstall tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu
„dipasang‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
334
Data nomor 89 diambil dari kalimat,
“Tipe data yang akan diinputkan dapat ditentukan dengan fungsi scanf ”.
Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 30.
Kata diinputkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem input, yang memiliki makna „tenaga yang dimasukkan‟.
335
Kata input merupakan kelaskategorial kata verba, proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial
332
John M. Echols dan Hassan Shadaily. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2007, Cet. Ke-20, h. 325.
333
Muhajir, op.cit, h.53.
334
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
335
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 325.
kata pada kata input. Kata input belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia maka diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi input.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, alomorf di- dipakai di depan bentuk dasar yang dimulai dengan vokal ,...
336
Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata input menjadi bentuk diinputkan merupakan proses
morfofonemik prefiks {di-} + {input}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata
input menjadi bentuk kata diinputkan merupakan jenis Setelah mengalami proses afiksasi dan morfofonemik kata ini memiliki makna yaitu menyatakan kegiatan
„dimasukkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
337
90. {update} + {di-} diupdate „diperbaharui‟
Data nomor 90 diambil dari kalimat
“Selain itu, melalui proses evaluasi terhadap program, dimungkinkan program dapat diupdate
atau dikonversi ke dalam sistem baru yang lebih sempurna dari versi sebelumnya”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 47.
Kata diupdate merupakan hasil afiksasi terhadap leksem update, yang berasal dari kata bahasa Inggris update yang
memiliki makna „memperbaharui, membaharui
‟.
338
Kata di update merupakan hasil afiksasi terhadap leksem update, dalam bahasa Indonesia kata membaruimemperbaharui memiliki makna
„memperbaiki supaya baru‟.
339
Kata update diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi update. Kata update merupakan kelaskategorial kata verba proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata update. Kata makeup tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia namun digunakan
seperti asalnya makeup. Secara historis, pada zaman dahulu orang Indonesia tidak suka berdandan kemudian setelah dijajah orang Indonesia mendapatkan pengaruh
336
Muhajir, op.cit, h. 55-56.
337
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
338
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 623.
339
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730.
berdandan dan merias diri dengan menyebut makeup. Kata update pun yang digunakan seperti asalnya, yaitu update.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
340
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata update menjadi bentuk diupdate merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {update}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata update menjadi bentuk kata diupdate
tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diperbaharui‟
341
yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
342
91. {akses} + {di-} diakses „diakses‟
92. {asosiasi} diasosiasikan „diasosiasikan‟
93. {abstraksi} diabstraksikan „diabstraksikan‟
94. {aktif} diaktifkan „diaktifkan‟
Data nomor 91 diambil dari kalimat,
“Alasan keamanan disini dibutuhkan dalam jaringan WiFi adalah karena WIFI menggunakan media gelombang radio dimana gelombang ini mudah ditangkap oleh berbagai peralatan
yang mempunyai fasilitas wireless nya sehingga gampang diakses
dan digunakan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 3.
Kata diakses merupakan hasil afiksasi terhadap leksem akses, yang berasal dari kata bahasa Inggris access yang
memiliki makna „jalan masuk‟
343
. Kata eccess diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi akses. Kata akses merupakan
340
Muhajir, op.cit, h.53.
341
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
342
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
343
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 5.
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata akses.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya m
empunyai satu bentuk morf saja, ….
344
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata akses menjadi bentuk diakses merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {akses}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata akses menjadi bentuk kata diakses tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diakses artinya dibuka aksesjalan masuk‟ menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
345
Data nomor 92 diambil dari kalimat,
“Pencarian host seringkali disebut ping scan, namun ia lebih daripada sekedar melakukan pengitiman paket echo request ICMP yang diasosiasikan
dengan tool terkenal ping”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 69.
Kata diasosiasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris associate yang
memiliki makna „teman sejawat, rekan, kolega‟.
346
Kata diasosiasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem asosiasi, yang
memiliki makna „persatuan antara rekan usaha, persekutuan dagang, perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan bersama
‟.
347
Kata associate diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi asosiasi. Kata asosiasi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata asosiasi.
344
Muhajir, op.cit, h.53.
345
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
346
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 42.
347
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 99.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
348
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata asosiasi menjadi bentuk diasosiasikan merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {asosiasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata asosiasi menjadi bentuk kata
diasosiasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diasosiasikan‟
349
yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
350
Data nomor 93 diambil dari kalimat,
“Contoh abstraksi adalah obyek Dosen yang diabstraksikan sebagai orang yang mengajar di pergurun tinggi, sementara Mahasiswa adalah orang yang terdaftar belajar di perguruan
tinggi”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 4.
Kata diabstraksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem abstrak, yang berasal dari kata bahasa Inggris abstrack yang
memiliki makna „ringkasan, intosari, ringkasan; abstrak‟.
351
Kata diabstraksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem abstrak, yang
memiliki makna „abstrak n ringkasan isi, ikhtisar, inti
skripsi, laporan, dsb; abstrak a tidak berwujud, tidak berupa, dan tidak dapat diraba; tidak dapat dilihat atau tidak dapat dirasa dengan indra, tetapi hanya dalam
pikiran‟.
352
Kata abstrack diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi abstrak. Kata abstrak merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata abstrak.
348
Muhajir, op.cit, h.53.
349
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
350
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
351
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 4.
352
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 5.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
353
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata abstrak menjadi bentuk diabstraksikan merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {abstrak}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata abstrak menjadi bentuk kata
diabstraksikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diabstraksikan‟
354
yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
355
Data nomor 94 diambil dari kalimat,
“Pencarian host seringkali disebut ping scan, namun ia lebih daripada sekedar melakukan pengitiman paket echo request ICMP yang diaktifkan d
engan tool terkenal ping”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 69.
Kata diaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aktif, yang berasal dari kata bahasa Inggris active yang memiliki makna
„aktif, gesit, giat, bersemangat‟.
356
Kata diaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem aktif, yang
memiliki makna „giat‟.
357
Kata active diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi aktif. Kata aktif merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini
mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata aktif. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
358
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata aktif menjadi bentuk diaktifkan merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {aktif}. Proses
353
Muhajir, op.cit, h.53.
354
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
355
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
356
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9.
357
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 31.
358
Muhajir, op.cit, h.53.
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata aktif menjadi bentuk kata diaktifkan tidak
terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diaktifkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
359
95. {eksekusi} dieksekusi „diputuskan‟
96. {evaluasi} dievaluasi „dinilai‟
97. {edit} diedit „diperbaiki‟
Data nomor 95 diambil dari kalimat,
“Setelah itu diketik dan di eksekusi maka adapter wireless anda akan kembali seperti semula
dan bisa digunakan untuk transmit maupun receive data”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 47.
Kata dieksekusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem eksekusi, yang memiliki makna „pelaksanaan putusan hakim, pelaksanaan hukuman badan pengadilan‟.
360
Kata dieksekusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem eksekusi. Kata eksekusi diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi eksekusi. Kata eksekusi merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata eksekusi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
361
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata eksekusi menjadi bentuk dieksekusi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {eksekusi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata eksekusi menjadi bentuk kata dieksekusi
359
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
360
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 377.
361
Muhajir, op.cit, h.53.
tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diputuskan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
362
Data nomor 96 diambil dari kalimat,
“Penggunaan modul ini memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pengujian jaringan nirkabel yang dapat dievaluasi pada setiap jalur aksesnya, dan memastikan bahwa data
sensitif seperti kartu kredit atau data sensitif perusahaan tersegmentasi dan aman”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 101.
Kata dievaluasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem evaluasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris evaluation yang
memiliki makna „evaluasi, penilaian, penaksiran‟.
363
Kata dievaluasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem evaluasi, yang
memiliki makna „penilaian‟.
364
Kata evaluation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi evaluasi. Kata evaluasi merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata evaluasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
365
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata evaluasi menjadi bentuk dievaluasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {evaluasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata evaluasi menjadi bentuk kata dievaluasi
tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dinilai‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
366
362
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
363
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 220.
364
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 400.
365
Muhajir, op.cit, h.53.
366
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Data nomor 97 diambil dari kalimat,
“User dapat mengklik tanggal yang akan diedit untuk mengedit isi memo”.
Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 166.
Kata diedit merupakan hasil afiksasi terhadap leksem edit, yang berasal dari kata edit bahasa Inggris yang
memiliki makna „membaca, memperbaiki‟.
367
Kata edit merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata edit. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
368
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata edit menjadi bentuk diedit merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {edit}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata edit menjadi bentuk kata diedit tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diperbaiki‟
369
yang menyatak an suatu tindakan yang pasif‟.
370
98. {override} + {di-} dioverride „dikesampingkan, ditolak‟
99. {optimasi}
dioptimasi „dioptimalkan, ditingkatkan‟
Data nomor 98 diambil dari kalimat,
“Jika digunakan sembarang opsi tipe pemeriksaan dan nomor port, pemeriksaan baku ACK dan echo request akan di-override
”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 72.
Kata dioverride merupakan hasil afiksasi terhadap leksem override, yang berasal
dari kata
bahasa Inggris
override yang
memiliki makna
367
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 207.
368
Muhajir, op.cit, h.53.
369
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1607.
370
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
„mengesampingkan, menolak‟.
371
Kata override belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata override merupakan kelaskategorial kata adverb proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata override. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
372
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian, yang terjadi pada bentuk kata override menjadi bentuk dioverride merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {override}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata override menjadi bentuk kata dioverride
tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dikesampingkan, ditolak‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
373
Data nomor 99 diambil dari kalimat,
“Dengan adanya WinPcap ini semua jaringan akan di optimasi sehingga peng-capture-an
paket bisa lebih cepat”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 42.
Kata dioptimasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem optimasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris optimal yang
memiliki makna „paling bagustinggi, hasil terbagus
‟.
374
Kata optimal merupakan kelaskategorial kata sifat proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata pada kata optimal menjadi
kata nomina. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
375
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan.Dengan
371
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 413.
372
Muhajir, op.cit, h.53.
373
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
374
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 407.
375
Muhajir, op.cit, h.53.
demikian, yang terjadi pada bentuk kata optimasi menjadi bentuk dioptimasi merupakan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {optimasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata optimasi menjadi bentuk kata dioptimasi
tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dioptimalkan, ditingkatkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
376
ii. Konsonan
a. Bilabial b, p, m, w
100. {burn} + {di}
diburn „dibakar‟
101. {broadcast}
dibroadcast „disiarkan‟
102. {blokir}
diblokir „diberhentikandibekukan‟
103. {backup}
dibackup „disimpan ulang‟
Data nomor 100 diambil dari kalimat,
“Pastikan file database .mdf dan .ldf selalu Anda backup dengan cara di-burn di cd atau
media penyimpan lainnya”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 31.
Kata diburn merupakan hasil afiksasi terhadap leksem burn, yang berasal dari kata bahasa Inggris burn yang
memiliki makna „luka hangus,pembakaran‟
377
. Kata burn belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Kata burn
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata pada kata nomina pada kata burn.
376
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
377
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 89.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
378
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata burn menjadi bentuk diburn merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {burn}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata burn menjadi bentuk kata diburn tidak terdapat jenis perubahan.
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dibakar‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
379
Data nomor 101 diambil dari kalimat,
“Deteksi pasif access point, artinya jika ada klien pengguna dapat mengetahui SSID dari AP yang telah dibroadcast
”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 94.
Kata dibroadcast merupakan hasil afiksasi terhadap leksem broadcast, yang berasal dari kata bahasa Inggris broadcast yang
memiliki makna „menyiarkan, menaburkan
‟.
380
Kata broadcast belum meiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata broadcast merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak
mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata broadcast. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
381
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata broadcast menjadi bentuk dibroadcast merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {broadcast}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata broadcast menjadi bentuk kata
378
Muhajir, op.cit, h.53.
379
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
380
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 84.
381
Muhajir, op.cit, h.53.
dibroadcast tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki
makna „disiarkan‟, dalam TI kata dibroadcast memiliki makna
„disiarkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
382
Data nomor 102 diambil dari kalimat,
“Sebaiknya firewall pada mesin yang bersangkutan dinonaktifkan terlebih dahulu, karena dimungkinkan hasil pencarian jaringan akan diblokir
seluruhnya atau sebagian”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 96.
Kata diblokir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem blokir, yang berasal dari kata bahasa Inggris block yang
memiliki makna „balok,blok‟
383
. Kata block diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi blok kemudian berkembang menjadi
sebuah leksem baru blokir yang bermakna „bekukan sesuatu‟.
384
Kata blokir merupakan kelaskategorial kata kerja proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata blokir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
385
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata blokir menjadi bentuk diblokir merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {blokir}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata blokir menjadi bentuk kata diblokir tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diberhentikandibekukan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
386
Data nomor 103 diambil dari kalimat,
382
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
383
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
384
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 201.
385
Muhajir, op.cit, h.53.
386
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
“Kita harus membuat sebuah file database baru untuk menggantikan file database lama yang telah dibackup
tadi”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 94.
Kata dibackup merupakan hasil afiksasi terhadap leksem backup, yang berasal dari kata bahasa Inggris backup yang
memiliki makna „membuat marah‟.
387
Dalam TI kata backup memiliki mak na ‟menyimpan ulang data‟. Kata backup
belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata backup merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial
kata nomina pada kata backup. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
388
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata backup menjadi bentuk dibackup merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {backup}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata backup menjadi bentuk kata dibackup tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memilik
i makna „disimpan ulang‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
389
104. {minimal} + {di} diminimalisasi „diminimalisasidiperkecil‟
105. {modifikasi}
di modifikasi „dimodifikasi, diubah‟
106. {monitor} dimonitoring „diperhatikan, diawasi‟
Data nomor 104 diambil dari kalimat,
“Untuk masing-masing sistem operasi, Cisco IPSec VPN telah tersedia sesuai dengan sistem operasi yang ada sehingga terjadi bug atau error sebisa mungkin bisa diminimalisasi
”.
387
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 49.
388
Muhajir, op.cit, h.53.
389
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 35.
Kata diminimalisasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem minimalisasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris minimize yang memiliki makna
„memperkecil‟.
390
Kata minimize diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi minimal yang memiliki
makna „sedikit-dikitnya, sekurang-kurangnya‟.
391
Kata minimalisasi memiliki makna yang sama dengan peminimalan yang memiliki
makna „perbuatan meminimalkan‟.
392
Kata minimalisasi
merupakan kelaskategorial kata adjektifa proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata
nomina pada kata minimalisasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
393
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata minimalisasi menjadi bentuk diminimalisasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {minimalisasi}.
Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata minimalisasi menjadi bentuk kata
diminimalisasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „diminimalisasidiperkecil‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
394
Data nomor 105 diambil dari kalimat,
“Kegiatan ini bisa dimonitoring dengan cara meng-capture atau menangkap perjalanan
paket data dari client hingga pusat jaringan yang dituju”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 39.
390
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 381.
391
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 916.
392
Ibid., h.958.
393
Muhajir, op.cit, h.53.
394
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Kata dimonitoring merupakan hasil afiksasi terhadap leksem monitoring, yang berasal dari kata bahasa Inggris monitor yang memiliki makna
„penerima,pencatat‟.
395
Dalam TI kata monitoring ini memiliki makna „diperhatikan, diawasi‟. Kata monitoring belum memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia. Kata monitoring merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata monitoring.
Menurut Wisnu Sasangka imbuhan –ing bukanlah imbuhan dalam bahasa
Indonesia.
396
Artinya, kata monitoring mendapatkan imbuhan –ing
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
397
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata monitoring menjadi bentuk dimonitoring merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {monitoring}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata monitoring menjadi bentuk kata
dimonitoring tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „diperhatikan, diawasi‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
398
Data nomor 106 diambil dari kalimat,
“Setiap versi dari WinPcap selalu menyertakan “developer‟s pack” atau script untuk dicompile atau di modifikasi, sehingga para programmer tinggal meng-create dari contoh
yang sudah ada dan dibuat sendiri formula nya sesuai kebutuhan”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 43.
Kata dimodifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem modifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris modification yang memiliki makna
395
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 385.
396
Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, Gapura Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Elmatera, 2013, h.86-87.
397
Muhajir, op.cit, h.53.
398
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
„memodifikasi, mengubah‟.
399
Kata modification di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi modifikasi. Kata modifikasi merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata modifikasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
400
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata modifikasi menjadi bentuk dimodifikasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {modifikasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata modifikasi menjadi bentuk kata
dimodifikasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „dimodifikasi, diubah‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
401
107. {publish} dipublish „diterbitkan, diumumkan‟
108. {pause} di pause „diistirahatkan „diistirahatkan, disela‟
Data nomor 107 diambil dari kalimat,
“Dokumen web yang siap untuk dipublish akan disimpan di suatu server yang dikenal
sebagai web server”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 151.
Kata dipublish merupakan hasil afiksasi terhadap leksem publish, yang berasal dari kata bahasa Inggris publish yang
memiliki makna „menerbitkan, mengumumkan
‟.
402
Kata publish belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata publish merupakan kelaskategorial kata keterangan proses
afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata publish.
399
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 384.
400
Muhajir, op.cit, h.53.
401
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
402
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 455.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
403
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata publish menjadi bentuk dipublish merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {publish}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata publish menjadi bentuk kata dipublish tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diterbitkandiumumkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang
pasif‟.
404
Data nomor 108 diambil dari kalimat,
“Bisa juga di pause”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 33.
Kata dipause merupakan hasil afiksasi terhadap leksem pause, yang berasal dari kata bahasa Inggris pause yang
memiliki makna „selaan, istirahat‟.
405
Kata pause diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi pause. Kata pause merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata pause.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
406
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata pause menjadi bentuk dipause merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {pause}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata pause menjadi bentuk kata dipause tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
403
Muhajir, op.cit, h. 53.
404
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
405
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 421.
406
Muhajir, op.cit, h. 53.
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diistirahatkandisela‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
407
b. Labiodental v, f
109. {validasi} + {di} divalidasi „disahkan‟
110.
{filter} difilter
„disaring‟ 111.
{format} diformat
„dibentuk ulang‟
Data nomor 109 diambil dari kalimat,
“Data yang diisi akan divalidasi dengan memanggil fungsi FormatKTP”.
Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0, Yogyakarta: ANDI, 2004, h.25.
Kata divalidasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem validasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris validation yang
memiliki makna „pengesahan‟.
408
Kata validation di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi validasi. Kata validasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak
mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata validasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
409
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata validasi menjadi bentuk divalidasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {validasi}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata validasi menjadi bentuk kata divalidasi tidak terdapat jenis
407
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
408
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 626.
409
Muhajir, op.cit, h. 53.
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disahkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
410
Data nomor 110 diambil dari kalimat,
“Sehingga Nmap tidak dapat mengetahui dengan tepat apakah port terbuka atau difilter”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 83.
Kata difilter merupakan hasil afiksasi terhadap leksem filter, yang berasal dari kata bahasa Inggris filter yang
memiliki makna „saringan, penapis, penyaring‟.
411
Kata filter diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi filter yang bermakna „alat
untuk menyaring‟.
412
Kata filter merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata filter.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
413
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata filter menjadi bentuk difilter merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {filter}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata filter menjadi bentuk kata difilter tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disaringdifilter‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
414
Data nomor 111 diambil dari kalimat,
“Pengguna harus mengisi sebanyak 16 angka dan secara otomatis angka akan diformat menjadi 1234-4567-4567-
4567 karakter pembatas “ –“ setiap digit ke empat”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 13.
410
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
411
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 240.
412
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 411.
413
Muhajir, op.cit, h. 53.
414
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Kata diformat merupakan hasil afiksasi terhadap leksem format, yang memiliki makna „bentuk, pola, ukuran‟
415
. Kata format diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi format yang
memiliki makna „bentuk dan ukuran‟.
416
Kata format merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata kerja pada kata format. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bent uk morf saja, ….
417
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata format menjadi bentuk diformat merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {format}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata format menjadi bentuk kata diformat tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memilik
i makna „dibentuk ulang‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
418
c. Apikoalveolar d, t, n, r
112. {delete} + {di} didelete „dihapus‟
113. {download} didownload „diunduh‟
114. {drop} didrop „diturunkan‟
115. {desain} didesain „dibentuk‟
116. {drag-and-drop} didrag-and-drop „ditarik dan diturunkan‟
117. {deklarasi} dideklarasikan „dinyatakan‟
Data nomor 112 diambil dari kalimat,
“Selain itu ada fitur yang lain, yaitu BPF Filter dimana fitur ini memilih paket yang akan di delete
oleh anda sehingga paket yang disimpan hanya paket-paket yang benar-benar dibutuhkan oleh anda”.
415
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 258.
416
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 396.
417
Muhajir, op.cit, h. 53.
418
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 45.
Kata didelete merupakan hasil afiksasi terhadap leksem delete, yang berasal dari kata bahasa Inggris delete yang
memiliki makna „menghilangkan, mencoret, menghapuskan
‟.
419
Kata delete di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi delete. Kata delete memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu hapus. Kata
delete merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata delete.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
420
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata delete menjadi bentuk didelete merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {delete}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata delete menjadi bentuk kata didelete tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dihapus‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
421
Data nomor 113 diambil dari kalimat,
“Anda mungkin perlu menginstall Java JDK 1.5 yang dapat di-download di www.java
.sun.com”. Sumber: Widodo Budiarto, Visual Basic.NET 2005. Yogyakarta: ANDI, 2006, h. 162.
Kata didownload merupakan hasil afiksasi terhadap leksem download, yang berasal dari kata bahasa Inggris download yang memiliki makna
„something computing to move data to smaller computer system from a large one‟.
422
Kata download merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak
mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata download.
419
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 172.
420
Muhajir, op.cit, h.53.
421
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
422
Oxford University. Oxford Advance Learner‟s Dictionary International Student‟s
Edition, op.cit, h. 440.
Kata download memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu, unduh. Sudah sejak sekian lama kata unduh sudah terkonsep dalam bahasa Indonesia, ini
membuktikkan bahwa bangsa Indonesia konsep pemikirannya jauh lebih maju dan seharusnya digunakan kata diunduh.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
423
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata download menjadi bentuk didownload merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {download}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata download menjadi bentuk kata
didownload tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „diunduh‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
424
Data nomor 114 diambil dari kalimat,
“Pemeriksaan SYN kemungkinan berfungsi untuk sistem tersebut, karena paket ACK yang tidak diharapkan umumnya dikenali sebagai palsu dan di-drop
”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 75.
Kata didrop merupakan hasil afiksasi terhadap leksem drop, yang berasal dari kata bahasa Inggris drop yang
memiliki makna „penurunan, melemah‟.
425
Kata drop belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata drop merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata drop.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
426
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya
423
Muhajir, op.cit, h.53.
424
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
425
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 200.
426
Muhajir, op.cit, h. 53.
memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata drop menjadi bentuk didrop merupakan
proses morfofonemik prefiks {di-} + {drop}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk
kata drop menjadi bentuk kata didrop tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„diturunkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
427
Dalam kalimat tersebut kata didrop menyatakan dibuang atau ditempatkan di tempat lain.
Data nomor 115 diambil dari kalimat,
“Konsep kerja program akan didesain secara otomatis”.
Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++. Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 32.
Kata didesain merupakan hasil afiksasi terhadap leksem desain, yang berasal dari kata bahasa Inggris design yang
memiliki makna „potongan, bentuk, model, pola
‟.
428
Kata design di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi desain yang memiliki
makna „kerangka bentuk; rancangan‟.
429
Kata desain merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial
kata nomina pada kata desain. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
430
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata desain menjadi bentuk didesain merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {desain}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata desain menjadi bentuk kata didesain tidak terdapat jenis
427
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
428
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 177.
429
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 346.
430
Muhajir, op.cit, h. 53.
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dibentuk‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
431
Data nomor 116 diambil dari kalimat,
“Notasi untuk mengisi diagram window bisa diambil dari diagram toolbar, dan elemennya
bisa di-drag-and-drop
dari browser”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 33.
Kata didrag and drop merupakan hasil afiksasi terhadap dua leksem, yaitu drag dan drop, yang berasal dari kata bahasa Inggris drag dan drop. Kata drag
memiliki makna „tarikan‟.
432
Dan kata drop memiliki makna „penurunan,
melemah‟.
433
Kata drag dan drop di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi drag dan drop. Kata drag dan drop merupakan kelaskategorial kata nomina
proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata drag dan drop.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
434
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata drag dan drop menjadi bentuk didrag dan drop merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {drag dan drop}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata drag dan drop menjadi bentuk kata
didrag dan drop tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „ditarik dan diturunkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
435
Dalam kata didrag and drop ada kalimat tersebut menyatakan ditekan dan dilepas, biasanya menggunakan alat
mouse.
431
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
432
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 196.
433
Ibid., h. 200.
434
Muhajir, op.cit, h.53.
435
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Data nomor 117 diambil dari kalimat,
“Jika jawabannya tidak hasil dari penekanan tombol NO, maka program akan memanggil rutin BERSIH yang telah dideklarasikan
sebelumnya di general declaration”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 121.
Kata dideklarasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem deklarasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris declaration yang
memiliki makna „pernyataan, keterangan‟.
436
Kata declaration belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia dan diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi deklarasi. Kata deklarasi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata deklarasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
437
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata deklarasi menjadi bentuk dideklarasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {deklarasi}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata deklarasi menjadi bentuk kata dideklarasikan tidak terdapat
jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dinyatakan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
438
Dalam kalimat tersebut kata dideklarasikan menyatakan dijabarkan. 118.
{transfer} + {di-} ditransferkan „dipindahkan‟ 119.
{trun-on} ditrun-on
„dihidupkan‟ 120.
{transformasi} ditransformasikan
„dipindahkan‟
Data nomor 118 diambil dari kalimat,
436
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 169.
437
Muhajir, op.cit, h.53.
438
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
“Max Rate – menampilkan throughput maksimal dari data yang ditransferkan oleh access
point tertentu”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 10.
Kata ditransferkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transfer, yang berasal dari kata bahasa Inggris transfer yang
memiliki makna „pergantian, serah- terima, pergantian‟.
439
Kata transfer diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi transfer. Kata transfer merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata transfer. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
440
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata transfer menjadi bentuk ditransferkan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {transfer}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transfer menjadi bentuk kata ditransferkan tidak terdapat
jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „dipindahkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
441
Data nomor 119 diambil dari kalimat,
“Ini terutama berhubungan dengan error yang mungkin terjadi, misalnya karena sistem kekurangan data untuk diolah usia pegawai belum diinput, terjadi masalah internal sistem
computer folder terhapus, terjadi masalah eksternal printer belum di turn-on
”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 17.
Kata diturn-on merupakan hasil afiksasi terhadap leksem trun-on, yang berasal dari kata bahasa Inggris trun-on yang memiliki makna
„to depend on something to have something as it main topicto attrack somebody suddenly an
439
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 601.
440
Muhajir, op.cit, h.53.
441
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
unexpectedy ‟.
442
Tetapi dalam istilah TI kata trun-on memiliki makna menghidupkan lawan dari kata trun off. Kata trun-on belum memiliki padanan
kata dalam bahasa Indonesia. Kata trun-on merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata
trun-on. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
443
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata trun-on menjadi bentuk ditrun-on merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {turn-on}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata trun-on menjadi bentuk kata ditrun-on tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dihidupkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
444
Data nomor 120
diambil dari kalimat, “Component prjPelanggan ini siap ditransformasikan
ke dalam kode Visual Basic”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 103.
Kata ditransformasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem transformasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris transformation yang memiliki
makna „a complete change in somebodysomething‟.
445
Kata transformation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi transformasi. Kata transformasi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata transformasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
446
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya
442
Oxford University, op.cit, h. 1606.
443
Muhajir, op.cit, h.53.
444
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
445
Oxford University, op.cit, h. 1587.
446
Muhajir, op.cit, h.53.
memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata transformasi menjadi bentuk
ditransformasikan merupakan
proses morfofonemik
prefiks {di-}
+ {transformasi}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang
terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata transformasi menjadi bentuk kata ditransformasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami
proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dipindahkan‟
yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
447
Dalam kalimat tersebut kata transformasi menyatakan dipindahkan suatu penjabaran ke dalam suatu kode.
121. {nonaktif} + {di-} dinonaktifkan
„dimatikan‟ 122.
{notasi} dinotasikan
„disimbolkan‟
Data nomor 121 diambil dari kalimat,
“Sebaiknya firewall pada mesin yang bersangkutan dinonaktifkan terlebih dahulu, karena
dimungkinkan hasil pencarian jaringan akan diblokir seluruhnya atau sebagian”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 96.
Kata dinonaktifkan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem nonaktif, yang berasal dari kata bahasa Inggris nonactive yang
memiliki makna „tidak aktif, tidak gesit‟.
448
Kata nonactive diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi nonaktif. Kata nonaktif merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak
mengubah kelaskategorial kata kerja pada kata nonaktif. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
449
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata nonaktif menjadi bentuk dinonaktifkan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {nonaktif}. Proses pembentukan
447
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
448
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 9.
449
Muhajir, op.cit, h.53.
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata nonaktif menjadi bentuk kata dinonaktifkan tidak terdapat
jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „dimatikan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
450
Data nomor 122 diambil dari kalimat,
“Multiplicity dinotasikan dengan menambahkan text 1, 0..1, 0.., 1.. atau bilangan tertentu 3 di masing-
masing ujung garis association”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 21.
Kata dinotasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris notasi yang
memiliki makna „notation yang memiliki makna
„angka-angka; cara menulis; catatan‟.
451
Kata dinotasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem notasi, yang memiliki makna
„seperangkat atau sistem lambang tentang tanda yang menggambarkan bilangan tentang aljabar, nada-nada tentang
musik, dan ujaran tentang fonetik‟.
452
Kata notasi diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi notasi. Kata notasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata notasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
453
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata notasi menjadi bentuk dinotasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {notasi}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata notasi menjadi bentuk kata dinotasikan tidak terdapat jenis
450
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
451
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 397.
452
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 1008.
453
Muhajir, op.cit, h.53.
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disimbolkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
454
d. Laminoalveolar z, y
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem z, y
e. Laminoplanatal ñ, j, c, s
123. {setting} + {di-} disetting „diatur‟
124. {sortir} disortir „dipilih‟
125. {sertifikasi} disertifikasi „diakui‟
126. {spesifikasi} dispesifikasikan „dirincikan‟
127. {set}
diset „diatur‟
128. {substitusi} disubsitusi „dimasukkan‟
Data nomor 123 diambil dari kalimat,
“Pada bagian ini seluruh control WZC di konfigurasi kan dan disetting “.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 31.
Kata disetting merupakan hasil afiksasi terhadap leksem setting, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang
memiliki makna „keadaan, letak‟.
455
Kata setting memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata setting
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata setting.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
456
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
454
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
455
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516.
456
Muhajir, op.cit, h.53.
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disetting merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {setting}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata setting menjadi bentuk kata disetting tidak terdapat jenis perubahan.
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
457
Data nomor 124 diambil dari kalimat,
“Jika ketika sudah terkoneksi dan berhasil maka jaringan yang terkoneksi tadi akan naik urutan keatas secara otomatis dan disortir atau diurutkan berdasarkan tipe jaraingan nya,
apakah ia memakai tipe Ad- Hoc atau infrastructure”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 33.
Kata disortir merupakan hasil afiksasi terhadap leksem sortir. Kata sortir merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata sortir. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
458
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disortir merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {sortir}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata sortir menjadi bentuk kata disortir tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dipilih‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
459
Data nomor 125 diambil dari kalimat,
“Tools ini telah disertifikasi oleh NIST dengan nama nya yaitu Federal Information Processing Standart FIPS 140-
2 Level 1”.
457
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
458
Muhajir, op.cit, h.53.
459
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 35.
Kata disertifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem sertifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris certification yang
memiliki makna „diploma, keterangan‟.
460
Kata certification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi sertifikasi. Kata sertifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata sertifikasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
461
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disertifikasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {sertifikasi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata sertifikasi menjadi bentuk kata disertifikasi tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diakui‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
462
Dalam kalimat tersebut kata disertifikasi menyatakan software tersebut sudah lulus uji
kelayakan sehingga sudah mendaatkan sertifikat dan sudah layak digunakan. Data nomor 126 diambil dari kalimat,
“Jadi bila pada perintah baris dispesifikasikan sebuah alamat target kelas B 16, maka
semua alamat IP yang berjumlah 65.536 akan diperiksa”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 33.
Kata dispesifikasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem spesifikasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris spesification yang
memiliki makna „spesifikasi, perincian
‟.
463
Kata specification diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
460
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516.
461
Muhajir, op.cit, h. 53.
462
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
463
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 344.
spesifikasi. Kata spesifikasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata spesifikasikan.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
464
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dispesifikasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {spesifikasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata spesifikasi menjadi bentuk kata
dispesifikasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „dirincikan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
465
Data nomor 127 diambil dari kalimat,
“Sekali lagi, kita memastikan bahwa cursor baru akan diset apabila txtACNO sudah muncul karena kadang sebagian pengguna Visual basic memiliki kebiasaan menulis kode ini di event
Form Load, yang akhirnya menimbulkan error”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 110.
Kata diset merupakan hasil afiksasi terhadap leksem set, yang berasal dari kata bahasa Inggris setting yang disingkat menjadi set yang memiliki makna
„kumpulan, siaran‟.
466
Kata set memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu pengaturan. Kata set merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini
tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata set. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
467
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
464
Muhajir, op.cit, h.53.
465
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
466
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 515.
467
Muhajir, op.cit, h.53.
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk diset merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {set}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata set menjadi bentuk kata diset tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami
proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini me miliki makna „diatur‟ yang
menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
468
Data nomor 128 diambil dari kalimat,
“Tanda define menunjukkan awal dari definisi makro yang dapat disubstitusi dengan
sebuah string atau yang lain”. Sumber: Steve Potts dan Clayton Walnum. Dasar-dasar Pemrograman Borland C++.
Yogyakarta: ANDI, 2003, h. 15.
Kata disubtitusi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem subtitusi, yang berasal dari kata bahasa Inggris subtitute yang
memiliki makna „person or thing that you use or have instead of the one to normally use or have
‟.
469
Kata subtitute diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi subtitusi. Kata subtitusi merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata subtitusi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
470
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk disubtitusi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {subtitusi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata setting menjadi bentuk kata disubtitusi tidak terdapat jenis perubahan.
Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „dimaksukkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
471
Dalam
468
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
469
Oxford University, op.cit, h. 1490.
470
Muhajir, op.cit, h.53.
471
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
kalimat tersebut kata disubtitusi menyatakan definisi makro tersebut dapat dimasukkan ke dalam sebuah string atau yang lain.
129. {compile} + {di-} dicompile „disusun‟
130. {click} diclick „ditekan, diklik‟
Data nomor 129 diambil dari kalimat,
“Merupakan program kontrol yang memperbolehkan anda menggunakan kernel yang anda buat agar bisa di compile
dengan tools Prism tersebut”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 46.
Kata dicompile merupakan hasil afiksasi terhadap leksem compile, yang berasal dari kata bahasa Inggris compile yang memiliki
makna „menyusun, mengumpulkan, menghimpun‟.
472
Kata compile belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata compile merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata compile. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
473
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dicompile merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {compile}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata set menjadi bentuk kata dicompile tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disusun‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
474
Dalam kalimat tersebut kata dicompile menyatakan program kontrol yang ditest oleh tools Prims untuk
menguji program tersebut apakah sudah berhasil atau belum. Data nomor 130 diambil dari kalimat,
472
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 34.
473
Muhajir, op.cit, h. 53.
474
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
“Pada saat pertama kali diclick, winsock kontrol menunggu koneksi dari pihak kedua sehingga tidak ada alasan untuk diulang-
ulang”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 57.
Kata diclick merupakan hasil afiksasi terhadap leksem click, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang
memiliki makna „menekan, klik‟.
475
Kata click diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi klik. Seharusnya digunakan dengan
kata yang sudah diserap menjadi mengeklik. Kata click merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata
nomina pada kata click. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
476
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk diclick merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {click}. Proses pembentukan kata dengan proses
morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata click menjadi bentuk kata diclick tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „ditekan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
477
f. Dorsovelar g, k, ŋ, x
131. {koneksi} + {di-} dikoneksikan „dihubungkan‟
132. {kombinasi} dikombinasikan „digabungkan‟
133. {konfigurasi} dikonfigurasikan „diatur‟
134. {konfigurasi} dikonfigurasi „diatur‟
135. {kompres} dikompres „dikecilkan‟
475
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140.
476
Muhajir, op.cit, h. 53.
477
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
136. {konversi} dikonversi „diubah‟
137. {kompilasi} dikompilasi „disatukan‟
138. {klik} diklik „ditekan, diklik‟
Data nomor 131 diambil dari kalimat,
“Tools ini juga mendukung standart IEEE 802. 11 abgn sehingga bisa dikoneksikan oleh
berbagai macam access point”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 29.
Kata dikoneksikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem koneksi, yang berasal dari kata bahasa Inggris connect yang
memiliki makna „koneksi‟.
478
Kata koneksi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata koneksi
merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata koneksi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
479
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata koneksi menjadi bentuk dikoneksikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {koneksi}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata koneksi menjadi bentuk kata dikoneksikan tidak terdapat
jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „dihubungkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
480
Data nomor 132 diambil dari kalimat,
478
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 142.
479
Muhajir, op.cit, h.53.
480
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
“Karena gagasannya adalah hanya menampilkan daftar host target, opsi untuk fungsionalitas lebih tinggi misalnya pemeriksaan port, deteksi sistem operasi, atau scanning ping tidak
dapat dikombinasikan
dengan opsi ini”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 71.
Kata dikombinasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kombinasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris combination yang memiliki makna
„kombinasi‟.
481
Kata combination diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kombinasi. Kata kombinasi merupakan kelaskategorial kata nomina proses
afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kombinasi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
482
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dikombinasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {kombinasi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kombinasi menjadi bentuk kata dikombinasi tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „digabungkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
483
Data nomor 133 diambil dari kalimat,
“Pada bagian ini seluruh control WZC di konfigurasi kan dan disetting”.
Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 31.
Kata dikonfigurasikan merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konfigurasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris configuration yang memiliki makna
„an arrangement of the parts of something or a group of things; the form or shape
481
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516.
482
Muhajir, op.cit, h.53.
483
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
that this arrangement produces‟.
484
Kata configuration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konfigurasi. Kata konfigurasi merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata konfigurasi
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
485
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk dikonfigurasikan merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {konfigurasi}.
Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk kata
dikonfigurasikan tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
486
Data nomor 134 diambil dari kalimat,
“Port baku ini dapat dikonfigurasi pada waktu kompilasi dengan merubah DEFAULT_U
DP_PROBE_PORT_SPEC dalam nmap.h”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 75.
Kata dikonfigurasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem konfigurasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris configuration yang memiliki makna
„an arrangement of the parts of something or a group of things; the form or shape
that this arrangement produces‟.
487
Kata configuration diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi konfigurasi. Kata konfigurasi merupakan kelaskategorial kata
nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata konfigurasi
484
Oxford University, op.cit, h. 303.
485
Muhajir, op.cit, h.53.
486
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
487
Oxford University, op.cit, h. 303.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
488
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk dikonfigurasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {konfigurasi}. Proses
pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konfigurasi menjadi bentuk kata
dikonfigurasi tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memil
iki makna „diatur‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
489
Data nomor 135 diambil dari kalimat,
“File-file pendukung yang telah Anda pilih pada kotak dialog Included Files akan dikompres ke dalam file-
file cabinet”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 109.
Kata dikompres merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompres, yang berasal dari kata bahasa Inggris compress yang memiliki makna
„to press or squeeze something together or into as smaller space to be pressed or squeezed in
this way ‟.
490
Kata kompres memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata kompres merupakan kelaskategorial kata verba proses afiksasi ini mengubah
kelaskategorial kata nomina pada kata kompres. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
491
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dikompres merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {kompres}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga
488
Muhajir, op.cit, h.53.
489
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
490
Oxford University, op.cit, h. 296.
491
Muhajir, op.cit, h. 53.
bentuk kata kompres menjadi bentuk kata dikompres tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini
memiliki makna „dikecilkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
492
Data nomor 136 diambil dari kalimat,
“Selain itu, melalui proses evaluasi terhadap program, dimungkinkan program dapat diupdate atau dikonversi
ke dalam sistem baru yang lebih sempurna dari versi sebelumnya”. Sumber: Bagus Karuniawan, Sistem Informasi Manajemen dengan Visual Basic 6.
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 47.
Kata dikonversi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem leksem konversi, yang
memiliki makna „perubahan dari sistem yang satu ke sistem yang lain‟.
493
Kata konversi belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata konversi merupakan kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah
kelaskategorial kata benda pada kata konversi. Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya
mempunyai satu bentuk morf saja, ….
494
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata konversi menjadi bentuk dikonversi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {konversi}. Proses pembentukan
kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata konversi menjadi bentuk kata dikonversi tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diubah‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
495
Data nomor 137 diambil dari kalimat,
“Output window menampilkan pesan status dari berbagai fitur yang ada di dalam IDE seperti error yang terjadi saat project dikompilasi
, dan proses yang dilewati saat melakukan debug”. Sumber: Julius Hermawan, Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan
UML dan Visual Basic.NET. Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 73.
492
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
493
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 730.
494
Muhajir, op.cit, h. 53.
495
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Kata dikompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris compilation yang
memiliki makna „himpunan, kompilasi‟.
496
Kata dikompilasi merupakan hasil afiksasi terhadap leksem kompilasi, yang
memiliki makna „kumpulan yang tersusun secara teratur tentang daftar informasi, karangan-
karangan, dsb‟.
497
Kata compilation diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kompilasi. Kata kompilasi merupakan kelaskategorial
kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata kompilasi.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
498
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dikompilasi merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {kompilasi}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata kompilasi menjadi bentuk kata dikompilasi tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „disatukan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
499
Data nomor 138 diambil dari kalimat,
“Jika yang diklik user adalah tombol Jalan, maka ditampilkan nama-nama Jalan, dan
seterusnya”. Sumber: Indra Putra, Membuat Aplikasi Program Nyata dengan Visual Basic 6.0,
Yogyakarta: ANDI, 2004, h. 176.
Kata diklik merupakan hasil afiksasi terhadap leksem leksem klik, yang berasal dari kata bahasa Inggris click yang
memiliki makna „klik, menekan‟
500
. Kata klik merupakan serapan dari kata click. Kata klik merupakan kelaskategorial
496
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 132.
497
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit, h. 743.
498
Muhajir, op.cit, h.53.
499
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
500
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 140.
kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata klik.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
501
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata klik menjadi bentuk diklik merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {klik}. Proses pembentukan kata dengan
proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata klik menjadi bentuk kata diklik tidak terdapat jenis perubahan. Setelah
mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „ditekan, diklik‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
502
139. {layer} + {di-} dilayer „dilapisan‟
140. {launch} dilaunching „diluncurkan‟
Data nomor 139 diambil dari kalimat,
“Menangkap paket-paket data yang masih belum diolah atau masih berada dilayer dasar
yang berjalan pada suatu media transmisi ataupun pada host yang lain”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 42.
Kata dilayer merupakan hasil afiksasi terhadap leksem layer, yang berasal dari kata bahasa Inggris layer yang
memiliki makna „lapisan‟
503
Kata layer belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Kata layer merupakan kelaskategorial
kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata layer.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
504
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya
501
Muhajir, op.cit, h.53.
502
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
503
John M. Echols dan Hassan Shadaily, op.cit, h. 516.
504
Muhajir, op.cit, h. 53.
memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dilayer merupakan proses
morfofonemik prefiks {di-} + {layer}. Proses pembentukan kata dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata
layer menjadi bentuk kata dilayer tidak terdapat jenis perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna
„dilapisan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
505
Data nomor 140 diambil dari kalimat,
“Pertama kali tools ini dilaunching, ada beberapa bug dan kendala salah satunya adalah tidak ter-
enkripsi nya salah satu jaringan dan email”. Sumber: Sidiq Syamsul Hidayat, dkk, Wireless Hacking Tools dan Tricks. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013, h. 45.
Kata dilaunching merupakan hasil afiksasi terhadap leksem launching, yang berasal dari kata bahasa Inggris launching yang
memiliki makna „to make a product avaible to the public for the first time
‟.
506
Kata launching memiliki padanan dalam bahasa Indonesia pengaturan. Kata launching merupakan
kelaskategorial kata nomina proses afiksasi ini tidak mengubah kelaskategorial kata nomina pada kata launching.
Merujuk pada teori yang disampaikan oleh Muhajir, prefiks {di-} ini hanya mempunyai satu bentuk morf saja, ….
507
Jadi, bentuk prefiks {di-} hanya memiliki satu alomorf, tidak berubah ketika di depan vokal dan kosonan. Dengan
demikian yang terjadi pada bentuk kata menjadi bentuk dilaunching merupakan proses morfofonemik prefiks {di-} + {launching}. Proses pembentukan kata
dengan proses morfofonemik yang terjadi melibatkan penambahan afiks sehingga bentuk kata launching menjadi bentuk kata dilaunching tidak terdapat jenis
perubahan. Setelah mengalami proses afiksasi dan proses morfofonemik, kata ini memiliki makna „diluncurkan‟ yang menyatakan suatu tindakan yang pasif‟.
508
505
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
506
Oxford University, op.cit, h. 840.
507
Muhajir, op.cit, h.53.
508
Masnur Muslich, op.cit, h. 70.
Dalam kalimat tersebut kata dilaunching menyatakan tool yang dijalankan pertama kali.
Fonem ŋ
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ŋ
Fonem x Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem x
g. Uvular
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem
h. Laringal h
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem h
i. Glotal ?
Tidak ditemukan proses morfofonemik fonem ?
Hasil temuan prefiks me-, ber-, ter-, dan di- berdasarkan tujuh buku
bidang TI
Proses Morfofonemik Prefiks
me- ber-
ter- di-
Jumlah
Buku 1 Analisa Desain
Pemograman Berorientasi
Obyek dengan UML dan Visual
Basic.Net mengistalasi
mengoptimalkan mengotomasi
memformat memvisualisasikan
bernotasi Diabstraksikan
di-drag-and-drop diturn-on
ditransformasikan, dinotasikan,
dikompilasi 14
men-download merefer
Buku 2 24 Jam Menguasai
HTML, JSP dan MySQL
meng-update me-request
me-refresh mengkonversi
4
Buku 3 Visual Basic.Net
2005 meng-upload
me-burn mem-biding
memantain me-load
me-retrieve berekstension
berkolaborasi terinstall
terintegrasi ter-enkripsi
terkomputeri- sasi
terkompilasi diinstall,
di-burn dipublish
di-download 17
Buku 4 Sistem Informasi
Manajemen dengan Visual
Basic 6 menginventarisasi
mengilustrasi mengedit
mengaktifkan mendeklarasikan
menset mengklik
berinteraksi terdefinisi
diimplementasikan diupdate
diback-up dikonversi
dikompres 14
Buku 5 Dasar-Dasar
Pemograman Borland C++
mengeksekusi memaximize
meminimize berarsir
berasosiasi terformat
diinputkan didesain
disubstitusi 9
Buku 6 Wirelless Hacking Tols
menginstall berinternet
ter-enkripsi didentifikasi
73
Tricks mengunduh
meng-akses mengaplikasikan
mengautomatisasi mem-blok
memblokir mem-ping
memonitor me-maitenance
memverifikasi memforwarding
memfilter mendiagnosa
mendeteksi men-drop
men- troubleshooting
men-trance mentransfer
men-transmit menon-aktifkan
meremote me-reset
meng-creat meng-capture
bervariasi berkoneksi
berkontribusi ter-autenfikasi
terdeteksi tercover
ter-capture tersegmentasi
terkoneksi diakses
diasosiasikan diaktifkan
dieksekusi dievaluasi
di-override dioptimasi
dibroadcast diblokir
diminimalisasi dimonitoring
dimodifikasi di pause
difilter didelete
di-drop ditransferkan
dinonaktifkan disetting
disortir disertifikasi
di compile dikoneksikan
dikombinasikan
mneg-crack meng-compile
meng-click men-setting
meng-sniff meng-koneksikan
meng-konfigurasi dikonfigurasikan
dikonfigurasi dilayer
dilaunching
Membuat Program Aplikasi Nyata
dengan Visual Basic 6.0
berorientasi diedit
divalidasi diformat
dideklarasikan dispesifikasikan
diset diclick
diklik 9
B. Implementasi Terhadap Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Republik Indonesia dan sebagai bahasa persatuan Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan di Indonesia sehingga pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah
satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal tersebut
menjadi perhatian khusus bagi pelajar Indonesia agar memahami pelajaran bahasa Indonesia dengan baik.
Pembelajaran bahasa Indonesia mendalami empat keterampilan bahasa di sekolah. Pertama, keterampilan dalam menyimak. Keterampilan dalam menyimak
bunyi-bunyi bahasa menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk memahami bahasa dalam kegiatan menyimak. Kedua, keterampilan dalam berbicara.
Keterampilan dalam berbicara menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk menyampaikan pikiran, gagasan, pendapat maupun informasi secara lisan. Ketiga,
keterampilan dalam membaca. Keterampilan dalam membaca menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk memahami teks bacaan yang menambah
pengetahuan, yang juga dapat digunakan tidak hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia namun dapat pula diimplementasikan dalam memahami teks bacaan
dari pelajaran lain. Keempat, keterampilan dalam menulis. Keterampilan dalam menulis menjadi pembelajaran bagi peserta didik untuk mengungkapkan pikiran
menyampaikan gagasan, pendapat, dan informasi secara tertulis. Keterampilan dalam menulis merupakan keterampilan yang paling
kompleks. Karena dalam menulis, peserta didik tidak hanya sekedar menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, tetapi dalam menulis peserta didik akan
mengaplikasikan segala kegiatan yang pernah dilakukannya seperti menyimak, berbicara maupun membaca. Seseorang tidak akan bisa menulis, tanpa menyimak
hal-hal yang menarik sebelumnya. Seseorang tidak akan bisa menulis, tanpa pernah membaca dan mendapatkan informasi dalam bahan bacaannya. Dan
seseorang menuliskan pembicaraan yang akan disampaikan lewat sebuah tulisan sehingga penting bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan menulis yang
baik. Menyusun kalimat untuk membangun suatu tulisan harus memperhatikan
aspek kebahasaan dan penggunaan tanda baca. Aspek-aspek kebahasaanan di antaranya adalah penggunaan kata-kata sebagai penyusun kalimat. Kata-kata yang
terbentuk melalui sebuah proses morfologis yang tersusun dari kata-kata kompleks, kemudian dimanfaatkan menjadi rangkaian yang membangun kalimat.
Susunan dari kalimat-kalimat membentuk sebuah paragraf yang berkaitan satu sama lain.
Paragraf merupakan bagian dari sebuah karangan, yang tersusun dari sebuah kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Paragraf memberikan sebuah
gagasan utama. Paragraf bermacam-macam diantaranya yaitu: paragraf naratif, ekspotitif, deskriptif, dan argumentatif. Paragraf menyampaikan gagasan sesuai
dengan jenisnya. Paragraf eksposisi merupakan salah satu jenis paragraf yang menonjolkan
unsur penjelasan dan menguraikan suatu hal. Paragraf eksposis sebagai bentuk paragraf yang dipergunakan dalam menguraikan suatu hal yang ingin disampaikan
oleh penulisnya. Tujuan paragraf eksposisi yaitu hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan, dan memberikan pengalaman estetis
kepada pembacanya. Penulisan paragraf terkadang sering ditemukan pula penggunaan unsur morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- di dalamnya.
Penggunaan proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- membantu peserta didik dalam menyampaikan ide dalam tulisan yang berbentuk kata
imbuhan. Proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- merupakan proses perubahan fonem yang dapat berupa penambahan, perubahan, pergeseran, atau
hilangnya fonem yang terjadi karena bergabungnya antara morfem yang satu dengan morfem yang lain dengan berbagai jenis perubahan yang memiliki makna
gramatikal tersendiri. Kehadiran sebuah wacana dan buku yang menggunakan istilah TI menjadi
salah satu sumber belajar yang dapat dipahami siswa dalam memahami bentuk paragraf eksposisi. Karena dalam paragraf eksposisi merupakan pemaparan yang
disampaikan oleh penulis yang dapat menambah wawasan pembaca dengan pengetahuan baru. Seringkali dalam sebuah wacana atau teks eksposisi ditemukan
kata-kata yang mengandung proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang memberikan bentuk dan makna tesendiri. Sehingga bentuk proses
morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dapat digunakan dalam membuat kalimat yang membangun sebuah paragraf.
Pembelajaran mengenai proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis paragraf eksposisi. Salah satunya
tercantum dalam standar kompentensi berikut: Menulis: Mengungkapkan
informasi dalam berbagai bentuk paragraf naratif, deskriptif, ekspositif. Kompetensi dasar yaitu: Menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam
bentuk ragam paragraf eksposisi. Kegiatan tersebut memuat materi pembelajaran sebagai berikut: Paragraf eksposisi, contoh paragraf eksposisi, pola
pengembangan paragraf eksposisi, ciri karakteristik paragraf eksposisi, kerangka paragraf eksposisi, serta contoh dan penggunaan kata berimbuhan dalam paragraf
eksposisi. Tujuan pembelajaran ini adalah Siswa dapat: Mendaftar topik-topik yang
dapat dikembangkan menjadi paragraf eksposisi; Menyusun kerangka paragraf eksposisi; Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dan disusun menjadi
paragraf eksposisi; Mengidentikasi kata berimbuhan dalam paragraf eksposisi; Menyunting paragraf naratif yang ditulis teman berdasarkan karakteristik paragraf
eksposisi, penggunaan kata berimbuhan, dan EYD; Menggunakan kata imbuhan dalam paragraf eksposisi
.
Implikasi dalam pembelajaran redupikasi dapat dilihat dalam
rancangan perencanan
pembelajaran RPP
yang terlampir.
172
172
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang menyatu
dengan morfem akar peristilahan TI untuk membentuk kata baru ada empat jenis perubahan, yaitu: pengekalan fonem, perubahan fonem,
penambahan fonem, dan penghilangan fonem. Jenis perubahan bentuk yang diawali dengan kata yang belum diserap dan belum memilki
padanan dalam bahasa Indonesia dipertahankan bentuknya karena dengan menghilangkan bentuknya akan menyulitkan pembaca dan
maknanya akan berbeda. Proses morfofonemik prefiks me-, ber-, ter-, dan di- yang sering terjadi dalam istilah TI adalah jenis perubahan
penghilangan fonem. Berdasarkan peta fonem vokal dan konsonan menurut Abdul Chaer, hasil penelitian prefiks dengan istilah TI tidak
menemukan vokal I
,
ᵁ
,
ǝ
,
ε
,
α dan konsonan bilabial w, laminoalveolar z,y, laminoplanatal ñ,j, dorsovelar g,
ŋ, x, uvular, laringal, serta glotal.
2. Implikasi proses morfofonemik dalam pembelajaran di sekolah dapat
diterapkan di SMA Sekolah Menengah Atas melalui pembelajaran menulis eksposisi. Dari kegiatan menulis paragraf eksposisi siswa
diharapkan dapat mengidentifikasi kata berimbuhan serta dapat menyunting paragraf eksposisi yang ditulis teman.
3. Penggunaan prefiks dalam proses morfofonemik yang produktif
menyatu dengan morfem akar peristilahan TI adalah: Paling banyak digunakan adalah prefiks {me-}, ditemukan
sebanyak 60 penggunaan prefiks {me-} Prefiks {di-} merupakan bentuk pasif, prefiks ini menempati
urutan kedua setelah prefiks {di-}, ditemukan 55 penggunaan prefiks {di-}