Fungsi Tanah Menurut Sistem Kapitalisme dan Sistem Sosialisme

46 penguasaan tanah, muncul kewenangan bagi subjek hukum untuk berbuat sesuatu terhadap tanah sebagai subjek hukum.Penggunaan tanah b. adalah wujud tutupan permukaan bumi yang merupakan bentukan alami maupun kegiatan manusia. Menurut UUPA, bagi subjek hukum diwajibkan menggunakan tanahnya sesuai sifat dan tujuan pemberian haknya. c. Pemilikan tanah adalah tanah yang dilekati dengan hak milik atas tanah. Menurut UUPA, hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dipunyai orang atas tanah. Hak milik atas tanah memiliki fungsi sosial ini menunjukan bahwa tanah tidak sekedar milik pribadi tetapi juga milik bersama.

2. Fungsi Tanah Menurut Sistem Kapitalisme dan Sistem Sosialisme

Dalam sistem kapitalisme, tanah beralih ketangan para pemodal yang akan memanfaatkan tanah untuk kepentingannya. Tanah bukan lagi alat produksi untuk konsumsi penggarapnya melainkan alat produksi untuk meraih laba sebesar-besarnya bagi pemiliknya. Dalam sistem sosialisme, tanah tidak dimiliki secara pribadi, tetapi secara kolektif. Tanah merupakan alat produksi, tetapi semua yang dihasilkannya menjadi milik bersama yang akan dibagi secara adil, dengan demikian eksploitasi tanah tidak terjadi. 47 Berdasarkan dua sistem di atas jika diperbandingkan akan memperoleh kesimpulan yang berbeda, sebagai berikut: a. Dalam sistem kapitalisme, tanah dimiliki secara pribadi yang melakukan eksploitasi tinggi, demi meraih keuntungan pribadi. b. Dalam sistem sosialisme, tanah dimiliki secara kolektif. Konsep tanah menurut UUPA tidak dapat dimasukkan kedalam sistem kapitalisme maupun sistem sosialisme. UUPA menentang eksploitasi tanah seperti yang dilakukan oleh kaum kapitalisme. Memang benar, bahwa kekuasaan tertinggi terhadap tanah dipegang oleh Negara, tetapi anggota masyarakat dibolehkan mempunyai hak atas tanah dan dibolehkannya tanah untuk diperjual belikan sekedar sebagai usah pengalihan hak. Dan itu berbeda dengan sistem sosilaisme yang melarang penguasaan tanah oleh anggota masyarakat. Menurut Wiradi 51 UUPA lebih mendekati visi neo populis 52 ketimbang kubu kapitalis atau sosialis. Sayangnya visi neo-populis tersebut didengungkannya dengan slogan sosialisme ala Indonesia. Ini mengandung prasangka bahwa UUPA mengandung stigma PKI. 51 Gunawan Wiradi, Reforma Agraria, Perjalanan yang belum berakhir, Yogyakarta : Insist Press, 2000, h. 71 52 Dalam sistem Neo-populis, satuan usaha merupakan usaha keluarga unit usaha kecil. Karena itu penguasaan tanah dan sarana produksi lainnya tersebar kapada sejumlah besar keluarga tani. Tenaga kerjanya adalah tenaga kerja keluarga tani. Dengan demikian, produksi secara Agregat merupakan fungsi dari keputusan keluarga-keluarga tani itu. Namun tanggung jawab atau akumulasi biasanya terletak ditangan Negara. Lihat Gunawan Wiradi, “Reformasi Agraria dalam Perspektif Transisi Agraris”, Jurnal Ilmiah PuslitBang BPN, No. 9 Februari 1998, h. 25 48

3. Permintaan dan Penawaran Atas Tanah