Penguasa Pemelihara Kemaslahatan Rakyat

75 pihak baik dalam penentuan harga, penyerahan barang maupun hal-hal lain yang menjadi keperluan kedua pihak tetap berlaku. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah : ﻩﹺﺮﻴﹶﻏ ﻚﹾﻠﻣ ﻲﻓ ﻑﺮﺼﺘَﻳ ﹾﻥَ ﺃ ﺪﺣَ ﺄﻟ ﺯﻮﺠﻳ ﹶﻻ 91 Artinya : “Tiada seorangpun yang boleh melakukan tindakan hukum atas milik orang lain tanpa izin si pemilik harta”

D. Otoritas Pemerintah Demi Kemaslahatan dibidang Pertanahan dalam Sorotan Fiqh

1. Penguasa Pemelihara Kemaslahatan Rakyat

Keberadaan penguasapemerintah tidak lain adalah untuk memelihara kepentingan dan kemaslahatan rakyatnya, betapapun kepentingan dan kemaslahatan ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan pandangan manusia terhadap suatu perbuatan atau sesuatu materi, yaitu apakah suatu perbuatan atau materi itu termasuk kemaslahatan atau kemadaratan. Islam telah menetapkan dalam banyak nash bahwa penguasa berkewajiban memelihara kemaslahatan masyarakat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang berasal dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah saw. pernah bersabda: ﺎﹶﻟﹶﺍ ﺭ ﻦﻋ ﹲﻝﻭﺆﺴﻣ ﻢﹸﻜﱡﻠﹸﻛﻭ ﹴﻉﹶﺍﺭ ﻢﹸﻜﱡﻠﹸﻛ ﻋ ﻪﺘﻴ ﻩﺍﻭﺭ ﻢﻠﺴﻣ 92 91 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih : Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis , Jakarta : Kencana, 2007, cet. II, h. 131 92 Al-Imam Abî al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Naysâburi, Sahîh Muslim Al- Riyâd : Dâr al-Salâm, 1998, h. 280 76 Artinya: “Ingatlah Setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan ditanya bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” HR. Muslim. Kaitanya dengan tema yang penulis angkat, dalam masalah pembebasan tanah ini perlu adanya campur tangan pemerintah secara positif untuk menentukan kebijakan yang baik untuk rakyat. Sesuai denga kaidah fiqhiyyah: ﹶﻠﺼﻤﹾﻟﺎﹺﺑ ﹲﻁﻮﻨﻣ ﺔﻴﻋﺮﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﹺﻡﺎﻣِﻹﹾﺍ ﻑﺮﺼﺗ ﺔﺤ 93 Artinya: “Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan” Kaidah diatas memberikan pengertian bahwa setiap tindakan atau kebijaksanaan para pemimpin yang menyangkut dan mengenai hak-hak rakyat dikaitkan dengan kemaslahatan rakyat banyak dan ditujukan untuk mendatangkan suatu kebaikan. Sebab pemimpin adalah pengemban amanat penderitaan rakyat umat dan untuk itulah ia sebagai petunjuk dalam kehidupan mereka serta harus memperhatikan kemaslahatannya. 94 Kemaslahatan membawa manfaat bagi kehidupan manusia, sedangkan mafsadah mengakibatkan kemudharatan bagi kehidupan manusia. Para ulama telah menentukan kriteia kemaslahatan sebagai berikut: 93 al-Suyûthi, al-Asybâh wa al-Nazâir, h. 84 94 Imam Musbikin, Qawaid al-Fiqhiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, h. 124 77 1. Kemaslahatan itu harus diukur kesesuaiannya dengan maqâsid al- syarî’ah , dalil-dalil kulli general dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, semangat ajaran, dan kaidah kulliyah hukum Islam. 2. Kemaslahatan itu harus meyakinkan, dalm arti harus berdasarkan penelitian yang akurat, hingga tidak meragukan lagi. 3. Kemaslahatan itu harus memberi manfaat pada sebagian besar masyarakat, bukan pada sebagian kecil masyrakat. 4. Kemaslahatan itu memberikan kemudahan, bukan mendatangkan kesulitan dalam arti dapat dilaksanakan. 95 Setelah penulis cermati kriteria kemaslahatan diatas yang disimpulkan para Ulama’ memiliki persamaan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh MUI dalam keputusannya No. 6MUNASVIIMUI102005 tentang kritria maslahat. Persamaan itu dapat kita lihat dari segi tujuannya. 96 Hal senada juga di ungkapkan oleh ketua komisi fatwa MUI Pusat, M. Anwar Ibrahim ketika diwawancarai mengenai sumber hukum maslahat, “…..maslahah yang digunakan bukanlah menurut pertimbangan kita ataupun pandangan para mujtahid, karena maslahah itu harus kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Maslahat itu ibarat pisau bermata dua, sehingga sering disalah gunakan oleh orang. Banyak orang yang menilai maslahah sesuai dengan pandangan mereka sendiri tanpa melihat terlebih dahulu apakah telah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunah atau belum dan mengandung maslahat atau tidak. 97 95 Imam Musbikin, Qawaid al-Fiqhiyah, h. 53 96 Mengenai isi dari Fatwa MUI dalam Musyawarah Nasional VII tahun 2005 No. 6MUNASVIIMUI102005 tentang kritria maslahat penulis cantumkan dalam lembaran lampiran 1 97 Wawancara Pribadi dengan DR. KH. M. Anwar Ibrahim Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat. Jakarta, 30 Mei 2009. 78 Kemaslahatan yang ingin diwujudkan hukum Islam bersifat universal, kemaslahatan sejati, bersifat duniawi dan ukhrawi, lahir dan batin, material dan spiritual, maslahat individu dan maslahat umum, maslahat hari ini dan esok. Semua terlindungi dan terlayani dengan baik, tanpa membedakan jenis dan golongan, status sosial, daerah dan asal keturunan, orang lemah atau kuat, penguasa atau rakyat jelata. 98 Dengan demikian, peranan maslahat yang di lakukan oleh pemerintah sebagai kontrol sosial untuk mewujudkan kesejateraan rakyat dalam hukum Islam sangat dominan dan menentukan. Karena tujuan pokok hukum Islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat. 99

2. Pengutamaan Kemaslahatan Umum di atas Kemaslahatan Pribadi