Prinsip Musyawarah dan Ganti Rugi Pembebasan Tanah dalam Perspektif Fiqh

72 Dalam hal akses rakyat atas tanah negara, penguasa selama ini lebih banyak mengedepankan kepentingan modal ketimbang kepentingan komunitas rakyat kecil yang hanya butuh sedikit lahan untuk sekedar bertahan hidup. Sementara rakyat konglomerat yang lapar tanah, lebih sering menjadikan tanah sebagai obyek spekulasi.

C. Prinsip Musyawarah dan Ganti Rugi Pembebasan Tanah dalam Perspektif Fiqh

Dalam suatu musyawarah setiap peserta saling mengemukakan pikiran, pendapat atau pertimbangan kemudian lahir kesimpulan bersama. Apabila suatu musyawarah menghasilkan kesimpulan bersama maka masing-masing peserta terikat dengan kesimpulan tersebut dan bertanggung jawab terhadap putusan tersebut baik moril dan formil. 88 Musyawarah tersebut dilakukan harus sejalan dengan tujuan syariat yaitu terpe1iharanya hak atau jaminan dasar manusia yang meliputi kehormatan, keyakinan agama, jiwa, akal, keluarga, keturunan dan keselamatan hak milik. Masalah yang diselesaikan harus sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam fiqih Islam yaitu: 1. Penentuan ganti rugi tersebut tidak menyalahi hukum syari’at Islam 88 M. Yunan Nasution, Keadilan dan Musyawarah, Semarang : Ramadhani, 1993, h. 26 73 2. Harus sama ridha dan ada pilihan antara kedua belah pihak tanpa ada unsur paksaan dan tipuan dari pihak lain. 3. Harus jelas tujuannya agar tidak ada kesalah pahaman diantara para pihak tentang apa yang telah dikerjakan dikemudian hari. 89 Dalam penentuan ganti rugi pembebasan tanah seharusnya dilaksanakan dan diatur dengan sebaik-baiknya. Mengenai masalah ini penulis memaparkan beberapa point alternatif untuk pnyelesaian masalah ganti rugi sebagai mana yang telah dikaji dalam hukum Islam. 1. Menjaga kehormatan manusia Nilai kehormatan manusia telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat A- Israa’ 17 ayat 70 : . ﺀﺍﺮﺳﻹﺍ : Artinya : “Dan Sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam” . QS. A-Israa’ 17 ayat 70 Dalam menetapkan bentuk dan besar ganti rugi, manusia pemilik tanah harus dihormati apalagi mereka sudah mengorbankan hak miliknya demi kepentingan umum. Oleh karena itu pemilik tanah perlu diberi jasa tersendiri yang dapat meningkatkan tarap hidupnya, bukan sebaliknya rakyat akan semakin lebih sengsara. 89 Chairuman P., Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 1994, h. 3 74 2. Keadilan Keadilan berarti memberikan kepada seseorang sesuatu haknya secara seimbang proporsional antara jasa yang diberikan dengan imbalan yang diterimanya. Dalam penetapan bentuk dan besarnya ganti rugi pembebasan tanah ini pemerintah investor selayaknya memperhatikan asas keadilan ini dikarenakan jasa yang telah dikorbankan pemilik tanah sudah begitu besar, tidak hanya mengorbankan tanahnya saja, tapi juga kehilangan mata pencaharian. 3. Menarik Manfaat dan Menghindarkan Madarat Pembangunan adalah untuk rakyat atau dengan kata lain untuk kemaslahatan umum jangan sampai rakyat justru menjadi korban pembangunan. Hal tersebut sesuai dengan Kaidah Fiqhiyyah : ﹸﻝﹶﺍﺰﻳ ﺭﺮﻀﻟﹶﺍ 90 Artinya : “Kemudaratan itu harus dihilangkan” 4. Kesukarelaan Fiqih Islam memandang bahwa pada dasarnya pembebasan tanah rakyat untuk kepentingan apapun hanya bisa dilaksanakan atas dasar prinsip kesukarelan dari pihak pemilik baik dalam bentuk jual beli atau hibah, wakaf atau sedekah lainnya. Dalam bentuk jual beli prinsip sukarela kedua belah 90 Jalâluddîn Abd al-Rahmân al-Suyûthi, al-Asybâh wa al-Nazâir fi al-Furû’, Beirut : Dâr al-Fikr, 1995, cet.I, h. 60 75 pihak baik dalam penentuan harga, penyerahan barang maupun hal-hal lain yang menjadi keperluan kedua pihak tetap berlaku. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah : ﻩﹺﺮﻴﹶﻏ ﻚﹾﻠﻣ ﻲﻓ ﻑﺮﺼﺘَﻳ ﹾﻥَ ﺃ ﺪﺣَ ﺄﻟ ﺯﻮﺠﻳ ﹶﻻ 91 Artinya : “Tiada seorangpun yang boleh melakukan tindakan hukum atas milik orang lain tanpa izin si pemilik harta”

D. Otoritas Pemerintah Demi Kemaslahatan dibidang Pertanahan dalam Sorotan Fiqh