69
a. Ketegangan sosial
81
Sebagai contoh: timbulnya perkelahian akibat perebutan pacar atau salah pengertian akibat perbedaan adat istiadat.
b. Pergeseran nilai sosial
82
c. Timbulnya pemukiman yang tidak higenis, seperti perjudian dan pelacuran
d. Berubahnya struktur kependudukan e. Perubahan adat istiadat setempat
f. Terganggunya gaya hidup, kebebasan, dan budaya masyarakat sekitar yang dapat menimbulkan kesenjangan
83
g. Terganggunya mobilitas masyarakat, seperti terjadinya kemacetan lalu
lintas terutama di sekitar proyek konstruksi akibat pergerakan kendaraan proyek Dapat juga sebagai akibat langsung dari aktivitas konstruksi dan
operasi dari proyek seperti bau, debu, kebisingan, serta kemacetan lalu lintas.
2. Dampak Sosial Ekonomi
Di samping adanya dampak sosial budaya pada saat pembangunan proyek konstruksi pembebasan tanah, juga terjadi dampak sosial ekonomi
81
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan, Jakarta : Djambatan, 1994, h. 165
82
Otto Soemarwoto, Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1989, h. 33
83
Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 2, Jakarta : Kanisius, 1996, h. 311
70
terhadap masyarakat sekitar proyek. Dampak sosial ekonomi tersebut dapat dilihat dari aspek:
84
a. Mata Pencaharian Penduduk Pada waktu pembebasan tanah untuk lokasi membangun proyek
konstruksi, terjadi pemindahan penduduk yang semula tinggal di lokasi proyek tersebut termasuk pengalihan mata pencaharian mereka ke tempat
lain. b. Kesehatan
Pelaksanaan proyek bangunan membawa dampak yang bersifat fisik, kimia, dan biologis yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat
disekitar lingkungan proyek. Timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat mengakibatkan masyarakat harus mengeluarkan biaya ekstra
untuk menyembuhkan gangguan kesehatan yang diderita akibat dampak pembangunan proyek konstruksi tersebut.
c. Tingkat Pendapatan Penduduk Pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan proyek konstruksi
dapat menyebabkan berkurangnya tingkat pendapatan penduduk yang semula memiliki lahan pada proyek konstruksi tersebut, walaupun tidak
sampai menghilangkan mata pencaharian yang dimiliki.
84
Soemarwoto, Analisis dampak, h. 15
71
d. Proses Pemiskinan Penggusuran juga menciptakan proses pemiskinan dimana warga
miskin menjadi semakin miskin akibat kehilangan berbagai sumber daya yang sebenarnya hanya bisa digunakan untuk sekedar dapat bertahan
hidup.
85
e. Meningkatnya Pengangguran Angka
pengangguran semakin
meningkat, karena
korban penggusuran kehilangan tempat tinggal mereka yang juga dijadikan
sebagai tempat usaha mereka. Padahal angka pengangguran di Indonesia telah mencapai angka yang memprihatinkan.
86
f. Anak-anak putus sekolah
Penggusuran telah mengakibtkan tidak sedikit anak-anak di pemukiman miskin menjadi putus sekolah akibat kondisi ekonomi orang
tua yang tidak memungkinkan lagi karena tidak menyisakan sedikitpun harta milik mereka. Hancurnya buku-buku dan perlengkapan sekolah
termasuk seragam juga mendorong anak-anak warga miskin untuk berhenti sekolah
87
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa pengabaian terhadap hak atas tanah melahirkan pola penyingkiran rakyat kecil dari akses atas tanah.
85
Yayasan Kemala, Ford Foundation, Konsorsium Pembaruan Agraria, Tanah masih di langit: penyelesaian masalah penguasaan tanah dan kekayaan alam di Indonesia yang tak
kunjung tuntas di era reformasi , Bandung : Yayasan Kemala, 2005, h. 877-878
86
Ibid ., h. 878
87
Ibid ., h. 877-878
72
Dalam hal akses rakyat atas tanah negara, penguasa selama ini lebih banyak mengedepankan kepentingan modal ketimbang kepentingan komunitas rakyat
kecil yang hanya butuh sedikit lahan untuk sekedar bertahan hidup. Sementara rakyat konglomerat yang lapar tanah, lebih sering menjadikan tanah sebagai
obyek spekulasi.
C. Prinsip Musyawarah dan Ganti Rugi Pembebasan Tanah dalam Perspektif Fiqh