Kondisi Sosial Budaya Gambaran Umum Daerah Penelitian

Table 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Penduduk laki-laki Wanita 1 0-12 bulan 12 23 35 2 5-6 tahun 89 87 176 3 7-12 tahun 114 113 227 4 13-15 tahun 333 334 667 5 16-56 tahun 1100 1098 2198 6 56 tahun 400 443 843 Jumlah 2043 2103 4146 Sumber: Profil Desa Kemiren 2012 Usia 0-12 sampai usia 13-15 angkanya lebih kecil dari pada penduduk Kemiren yang berusia 16-56 lebih besar, hal ini bisa dikatan sebuah potensi kesenian gandrung terus ada penerus yang dapat menggatikannya. Dengan adanya perbedaan yang cukup segnifikan antara jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari pada jenis kelamin laki-laki, menandakan potensi penerus generasi kesenian gandrung terus berkembang semakin terbuka, dan potensi kelahiran juga ikut meningkat.

4.1.3 Kondisi Sosial Budaya

Bagi masyarakat Using yang tinggal di Kemiren, meilki kebiasaan yang cukup unik mengenai pendefinisian tentang rumah, bagi masyarakat Kemiren, sebuah bangunan rumah meiliki makna berbeda-beda. Apa yang didefinisikan sebagai rumah Using pada dasarnya berbentuk kampung-kampung yang mempunyai tiga bentuk: rumah tikel balung, rumah crocogan, dan rumah baresan. Rumah bentuk tikel balung atau beratap empat ini melambangkan bahwa penghuninya sudah mantap, karena memiliki rumah berbentuk tikel balung harus melalui jalan berliku-liku, harus tikel martikel mampu menghadapi berbagai cobaan hidup. Rumah bentuk baresan adalah rumah beratap tiga yang melambangkan bahwa pemiliknya sudah mapan, secara materi berada di bawah rumah bentuk tikel balung. Sedangkan bentuk rumah crocogan beratap dua, yang mengartikan bahwa penghuninya adalah keluaraga yang baru saja membagun rumah tangga dan atau oleh keluarga yang ekonominya relative rendah. Meskipun terdapat variasi bentuk rumah dan sudah pasti pemilikan sumber-sumber ekonomi, pemandangan desa dan penduduk kemiren memperlihatkan sebuah kehidupan sederhana, merata atau setara disektor ekonomi dan egalitaritas sikap “wong Using”. Egaligaritas itu juga terlihat dalam hubungan sosial sehari-hari antar penduduk di mana setiap warga memperoleh penghormatan yang sama dalam setiap kesempatan pertemuan tahlilan, pengajian, kendurenan, dan pertemuan di kantor desa dan akses ruang publik. Perbedaan kemampuan ekonomi dan pendidikan tampak tidak pengaruh pada pembentukan status maupun posisi seseorang di “Desa Using” ini. Desa Kemiren suatu desa yang masyarakatnya sangat peduli dalam hal adat istiadat setempat, apalagi dalam hal tradisi, masyarakat desa Kemiren paling eksis melestarikan warisan budaya nenek moyang. Dari itulah terdapat banyak tradisi, adat istiadat dan kesenian yang dilestarikan oleh masyarakat Kemiren. Diantaranya: Angklung Caruk, Angklung Paglak, Baroeng Kemiren, Burdah, Gandrung, Gedogan, Kuntulan, Mocoan Lontar Surat Yusuf, Mepe Kasur. Semua jenis tradisi maupun kesenian tersebut diatas, membukikan bahwa masyarakat desa tersebut kaya akan seni dan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kemiren, secara turun temurun, tanpa ada sedikitpun yang ditinggalkan.

4.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi