4.2.4 Upaya Pelestarian Seniman Gandrung Kemiren
Pada umumnya penari gandrung Kemiren berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah kebawah, seperti petani pedagang, dan berbagai pekerjaan di
sektor informal lain yang sederajat. Mudaiyah misalnya, dulunya sebelum menjadi gandrung perekonomiannya kurang terjamin, setelah menjadi gandrung, sedidkit-
demi sedikit terangkat ekonominya. Bahkan Mudaiyah bisa dibilang sukses dalam profesinya sebagai penari gandrung dibandingkan dengan kakak seniornya.
Hampir tidak dijumpai seorang penari gandrung kemiren dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Dalam konteks ini, menjadi penari gandrung adalah sebuah
profesi untuk memperbaiki taraf prekonomiannya, meski juga dikarenakan upaya dari penari sendiri untuk melestarikan kesenian gandrung agar tidak punah.
Seperti yang diungkapkan oleh Pak Serad: ”kadung jamane Pak Marsan bengen, wong ngandrung, kanggo mbantu
perjuangane rakyat Belambangan” wawancara tertanggal 09 September 2014
“kalau waktu jamannya Pak Marsan dulu, orang melakukan gandrung diperuntukkan buat perjuangane raky
at Belambangan” Menurut Pak Serad, dulu waktu jamannya Pak Marsan menjadi gandrung
dibuat media perjuangan grilyawan Belambangan, dalam bentuk informasi secara simbolik mengenai keberadaan penjajah serta markas-markas rahasia yang
sewaktu-waktu dapat dilumpuhkan oleh para grilyawan. Namun sekarang berbeda, aspek ekonomi yang dominan, jarang penari gandrung sekarang mengerti
terhadap historis berdirinya gandrung. Salah satu upaya dari seniman gandrung Kemiren untuk melestarikan
eksistensi kesenian gandrung ialah dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada generasi muda, disamping itu bagi Gandrung senior terus mengembangkan
dengan selalu memenuhi undangan-undangan untuk tampil, dengan kata lain promosi budaya kepada khalayak umum. Seperti yang diungkapkan oleh Pak
Urip: “larek-larek sekolahan SD, saiki pateng dibelajari seni tari gandrung,
makne apuwok, soale myakne weruh kesenian daerahe, myakne sing
dilalekaken peninggalan buyute” wawancara tertanggal, 14 September 2014
“anak-anak sekolah tingkat Sekolah Dasar SD sekarang ini, sudah diberi pembelajaran tentang seni gandrung, agar supaya mengerti terhadap seni
daerah asalnya, dan agar tidak meninggalkan peninggalan nenek moyang” Juga dukungan masyarakat kemiren yang tidak kalah pentingnya, demi
eksisitensi kesenian gandrung. Meskipun ada pro dan kontra keberadaan seni tersebut di tengah-tengah masyarakat Kemiren, diantaranya setereotif negative
oleh kalangan santri, atau tokoh agama, seni gandrung ladang maksiat, tapi itu semua dianggapnya sebagai kesalahpahaman dari pihak yang tidak mengerti dunia
seni. Meski begitu tidak surut upaya dari seniman gandrung kemiren untuk melestarikan kesenian tersebut.
Karena gandrung Kemiren ini merupakan kesenian yang hanya digeluti oleh yang mengerti seni gandrung saja, maka upaya-upaya pelestariannya juga
didasarkan menurut mereka yang menggelutinya. Memang tidak ada kebijakan secara formal, hanya bersifat kelompok anatara penari dan pemanjaknya saja.
Temuk berharap jika pemerintah Banyuwangi memberikan perhatian kepada penari senior untuk dibangunkan sanggar
“Kesenian Gandrung Profesional”, belakangan ini yang marak hanya sanggar
“seni tari gandrung”, jadi untuk gandrung Profesionalnya belum ada.
Sanggar tari dengan sanggar gandrung Profesional itu berbeda, jika sanggar tari hanya memfokuskan pada segi tarian gandrung saja tanpa
mempelajari tehnis vocal, sedangkan gandrung Profesional kedua unsur tersebut dipelajari. Menurut Mudaiyah
“bisane wong dadi gandrung iku kudu keturanan, kadung sing keturunan, koyok-koy
oe iku sorok” Wawancara 13.09.2014 “umumnya gandrung Profesional itu harus turun –temurun baru dia bisa
jadi, jika tidak maka nihil akan menjadi gandrung beneran”, Mudaiyah beranggapan jika tidak ada Bu Temuk dan Saya maka gandrung
di Kemiren akan punah. Masih menurut Mudaiyah, menjadi gandrung itu, kalau bisa ada unsur keturunan. Karena dirasa persyaratan tersebut sulit dipenuhi, oleh
karena itu, Mudaiyah berharap jika pemerintah Banyuwangi perlu membantu dalam hal informasi dan mempublikasikan pada khalayak umum, baik skala
regional maupun nasional, seperti publikasi dimedia internet, media cetak, demi mempertahankan eksisitensi seni tradisonal gandrung. Bagi para seniman
Gandrung Kemiren perlu banyak inovasi agar supaya penggemarnya terus meminati.
4.3 Struktur Dalam Pertunjukan Kesenian Gandrung