Daya Guna Mantra Penari Gandrung

4.2.3 Daya Guna Mantra Penari Gandrung

Gandrung professional dituntuk untuk memiliki keahlian vokal dan tari, kedua keahlian itu menjadi materi yang wajib dikuasai oleh Temuk dan Mudaiyah. Pada awal per tunjukan gandrung yang diawali lagu “Podho Nonton” dan diakhiri penampilan “Seblang-seblangan”. Singodimajan yang pernah mengarang buku “Tradisi Tari Seblang” menuturkan tentang arti pentingnya sebuah Do‟a: “Dungok ibarate sambel hang kathek uyah, yoro sing enak, kurang asine, gedigu mau, kadung wong gandrung sing moco dungok, rasane onok hang kurang” wawancara, 13 September 2014 “sebuah Do‟a itu diibaratkan sambal yang tanpa dikasik garam, pasti kurang sedap, begitu juga, kalau orang yang akan melakukan pertunjukan gandrung jika tidak membaca do‟a, terasa hambar” Menurut Singodimajan, do‟a itu diibaratkan orang makan sambal tanpa garam, jadi jika seorang penari tidak merafalkan do‟a-do‟a tertentu kayak ada yang kurang menarik dalam penampilannya. Meski ada juga penari Gandrung lain yang meninggalkan kedua-duanya, tapi Gandrung Kemiren tetap mempertahankan kedua babak tersebut hingga kini, dan juga adegan topengan yang masih dipertahankan. Sebelum acara dimulai penari merapalkan mantra khusus, dengan tujuan untuk mendapatkan kelancaran, dan tidak ada ganngguan yang bersifat ghaib maupun nyata. Seperti diungkapkan oleh Pak Serad: “Wong gandrung kadung sing kathik dungo, iku mestine ono baen gangguanek, yo embuh, sing biso nyanyi, embuh udan angina, mangkane setiap arep mentas, gandrunge iki mau moco dungok” wawancara, 10 September 2014 “penari gandrung jika tidak membaca doa nya, pasti ada saja gangguan, yang menghampiri, seperti ketika bernyayi mulutnya tidak bisa mengeluarkan bunyi, hujan beserta angina kencang, makanya setiap mau pementasan pasti gandrung merafalkan doa- doa tertentu” Menurut Pak Serad seorang penari gandrung harus lebih dulu membaca doa yang sudah diwariskan secara turun temurun, dari sejak Mak Semi menjadi gandrung hingga sekarang doa tersebut tetap dibaca, untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang tidak diinginkan, dan juga meminta perlindungan kepada yang Maha Kuasa tentunya. Bapak Sucipto Juga mengungkapkan akan arti pentingnya Doa pra-acara pertunjukan: “Isun kadung nampilaken Barong neng endi baen tempate, yok ugo nganggu dungok- dungok myakne lancer iku mau” wawancara tertanggal, 16 September 2014 “saya kalau menampilkan kesenian Barong dimanapun tempatnya juga memakai doa- doa tertentu agar supaya selamat dan lancar” Menurut Pak Sucipto begitu pentingnya sebuah doa demi lancarnya suatu acara, karena gangguan tidak kasat mata bisa saja terjadi, untuk mengatasinya hanya dengan doa tersebut. Sedangkan mantra yang dibaca yaitu sebagai berikut: “Bismillah hirrahmanirahim. Asmarawulan ben aku Nabi Yusuf. Suwaraku Nabi Dawud Wong sing rungu podho mangu Wong sing ndeleng padhalengleng Wong sobo wono podho teko Welas, teka asih Jabang bayine wong sak jagad Asio marang isun Temuk atau Mudaiyah Ya Allah. 7 x ” Terjemahan bebas mantra di atas adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang Asmara bulan agar aku Nabi Yusuf Suara saya Nabi Dawud Orang yang mendengar semua terlena Orang yang melihat semua terpesona Orang yang bekerja di lading semua dating Belas, dating kasih Bayi merahnya orang sedunia Berbelas kasihlah kepada saya nama pembaca; Mudaiyah atau Temu Wahai Allah. 7 x setelah selesai mengucapkan mantra diatas maka si penari menghentakkan kaki ke bumi sebanyak tujuh kali, sambil menghadap kelangit. Dengan pembacaan doa tersebut diharapkan tidak ada gangguan pada saat acara berlangsung dan berharap semoga penontonnya terhibur. Adanya akulturasi budaya islam dengan budaya setempat.

4.2.4 Upaya Pelestarian Seniman Gandrung Kemiren