Menurut hasil wawancara diatas, Temu menjelaskan bulan-bulan yang sering ada undangan, yaitu mulai bulan Agustus, bulan Suro, bulan Nopember,
diluar bulan tersebut ada juga undangan seperti ada hajatan pernikahan dan khitanan. Jadi, meski tanggapan gandrung tidak begitu sering artinya ada pasang
surutnya, tidak mengecilkan hati Bu Temu dalam menggeluti seni gandrung, Ia selalu berdoa kepada Tuhan-Nya di dalam menghadapi persaingan diantara seni-
seni lainnya. Senada dengan itu Pak Urep juga menjelaskan bahwa tanggapan gandrung tidak pernah sepi, bisa dipastikan satu minggu pasti ada orang yang mau
nanggap gandrung.
4.3.5 Aplikasi Teori
Kesenian gandrung merupakan warisan budaya yang patut dijaga eksistensinya, baik itu mengenai sejarah perjalanan gandrung itu sendiri, dari
semenjak kerajaan Belambangan hingga sekarang. Meskipun ada beberapa perubahan dari segi cara bentuk pertunjukannya, maupun fungsi pertunjukan seni
gandrung, jika kita merefleksikan pada Masa Gandrung Marsan dipergunakan untuk media komunikasi terhadap para grilyawan Banyuwangi, namun hal itu
sudah tidak lagi dilakukan, dikarenakan proses perjuangan sudah mencapai kemerdakaan suatu wilayah yang dipertahankan dengan kata lain rakyat
Banyuwangi telah terbebaskan dari segala macam penjajahan secara territorial. Adapaun dari segi peyajiannya juga terdapat perubahan pola dan urutan dalam
setiap babak gandrung. Dalam teori perubahan kebudayaan disebutkan bahwa,
“faktor yang meyebabkan perubahan itu dapat berasal dari dalam suatu masyarakat itu sendiri, atau juga dapat datang dari luar masyarakat
dengan jalan difusi, yang ditimbulkan oleh Discovery dan Invention. Yang dimaksud
dengan discovery
adalah setiap
penambahan pada
pengetahuan, atau setiap penemuan baru. Invention adalah penerapan pengetahuan dari penemuan baru itu Gillin dan Gillin
” dalam Harsojo 1999:154.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin,
penemuan baru atu inovasi dalam kesenian Gandrung berupa busana yang dikenakan oleh para pelaku gandrung, penemuan baru yang dimaksud adalah
bahan omprog atau mahkota gandrung pada masa Marsan yang dikenal dengan gandrung lanang menggunakan daun muda dipermak sedemikian rupa sehingga
mirip mahkota para raja sedangkan untuk bahan omprog masa kini sudah menggunakan bahan-bahan modern, seperti besi dan kawat, upaya discovery dan
invention seniman stempat dalam seni gandrung tidak hanya berhenti sampai disitu, terus berinovasi, perubahan pemeranan penari gandrung dari gandrung
Lanang laki-laki, ke gandrung Wadon perempuan, peralihan penari laki-laki dengan perempuan, sudah jelas berbeda, baik itu dari segi kelenturan tariannya,
maupun tekninis pembawaan vokalnya. Dengan penemuan atau inovasi baru tersebut diharapkan dapat mempertahankan eksistensi kesenian gandrung Kemiren
atau Banyuwangi pada umumnya ditengah-tengah perubahan budaya masyarakat.
BAB. 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan