Kondisi Demografi Gambaran Umum Daerah Penelitian

Suruh sebelah Barat desa Kemiren, Wisata Rumah Adat berada di tengah-tengah pemukiman desa Kemiren, tidak jauh dari kantor desa Kemiren, penduduk sekitar begitu peduli pada sebuah adat istiadat setempat, baik tradisi lisan maupun jenis tradisi pertunjukan. Disamping itu desa Kemiren memiliki banyak bangunan rumah ibadah semisal masjid, musholla dan tempat-tempat pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Meski masyarakat Kemiren yang sangat kental dengan tradisi keusingannya, yang mungkin bagi kalangan priyai sangat ditolak, tidak jarang penduduk Kemiren mendidik anak-anaknya di pesantren-pesantren atau memondokkannya.

4.1.2 Kondisi Demografi

Mayoritas secara formal masyarakat desa Kemiren memeluk agama Islam, terlihat dari akulturasi beberapa jenis tradisi dan kesenian yang memasukkan unsur-unsur islami, seperti pembacaan burdah seperti menbaca berzanji yang dibaca pada saat acara khitanan, mocoan lontar surat Yusuf yakni membaca salah satu surah yang terdapat dalam Alquran dilakukan satu mingu 2 kali. Hampir menjadi tradisi di Kemiren misalnya, setiap menyelenggarakan acara perkawinan, pasti diakhiri dengan menanggap tokoh agama „kiai‟ ialah tokoh agama Islam. Ini membuktikan agama Islam telah masuk di desa Kemiren. Dibagunnya tempat-tempat ibadah seperti masjid, dan juga ada lembaga pendidikan pesantren. Penduduk asli desa Kemiren adalah suku “Using”, yakni suku asli Banyuwangi, maka dari itu, bahasa yang dipergunakan sehari-hari menggunakan dialektika Using. Sangatlah wajar jika desa kemiren dijadikan “Desa Adat Using” oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dikarenakan mayoritas masyarakatnya dihuni suku Using. Di kemiren juga terdapat wisata yang menggambarkan sosial budaya orang Using yang dikenal dengan “Wisata Osing” penduduk stempat menyebutnya dengan “WO”. Dimana wisata tersebut menyajikan model-model rumah adat masyarakat Kemiren yang merupakan artefak penting generasi penerusnya, untuk dijadikan artefak sejarah. Tidak hanya itu dalam wisata it juga terdapat ‘pawaon’ bentuk bangunan dapur yang digunakan orang Using pada zaman penjajahan. Setiap hari-hari libur Nasional biasanya banyak pemuda- pemudi yang datang berkunjung dan berlibur. Berikut data Dusun, Rukun Warga dan Rukun Tangga yang ada di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi yang masing-masing wilayah memiliki karakteristik yang berbeda, yang paling dominan perbedaanya itu terletak dalam segi intonasi pelafalan bahasa using dengan lugat macam- macam: Table 4.3 Penduduk Dan Jumlah Keluarga Desa Kemiren No Lingkungan Jumlah Penduduk Jumlah KK RTM L P Total 1 K. Wetan 498 553 1051 356 99 2 K.Tengah 556 562 1118 358 130 3 K. Kulon 526 527 1053 385 198 Jumlah 1580 1642 3222 1099 427 Sumber: Profil Desa Kemiren 2012 Desa Kemiren tengah yang penduduknya cukup banyak di bandingkan dengan Kemiren Wetan atau Kemiren Kulon, membuktikan jika di Kemiren Tengah banyak terdapat akses pemerintahan seperti Kantor Kepala Desa Kemiren, Sanggar Seni, serta para penari Gandrung juga mendiami Kemiren Tengah. Pembagian wilayah itu juga membedakan dialektika bahasa Using yang digunakan. Gandrung Temuk dan Gandrung Mudaiyah menempati wilayah Kemiren Wetan, dengan cirikhas dialektikanya menggunakan bahasa Using datar baen, berbeda jika kita melihat model dialektika Kemiren tengah yang cenderung agak ditarik dalam bicaranya, sedangkan Kemiren Kulon cara dialektika Usingnya seperti orang melambai. Dari segi model dialektika tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas jika masyarakat Kemiren memiliki kearifan lokal tertentu, yang membedakan antara orang Kemiren, Wetan, Tengah, dan Kulon, perbedaan dialektika itu cukup jelas jika kita mengerti terhadap bahasa Using. . Table 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin No Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah Penduduk laki-laki Wanita 1 0-12 bulan 12 23 35 2 5-6 tahun 89 87 176 3 7-12 tahun 114 113 227 4 13-15 tahun 333 334 667 5 16-56 tahun 1100 1098 2198 6 56 tahun 400 443 843 Jumlah 2043 2103 4146 Sumber: Profil Desa Kemiren 2012 Usia 0-12 sampai usia 13-15 angkanya lebih kecil dari pada penduduk Kemiren yang berusia 16-56 lebih besar, hal ini bisa dikatan sebuah potensi kesenian gandrung terus ada penerus yang dapat menggatikannya. Dengan adanya perbedaan yang cukup segnifikan antara jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari pada jenis kelamin laki-laki, menandakan potensi penerus generasi kesenian gandrung terus berkembang semakin terbuka, dan potensi kelahiran juga ikut meningkat.

4.1.3 Kondisi Sosial Budaya