Gandrung Sebagai Media Komunikasi

4.3.2 Gandrung Sebagai Media Komunikasi

Sebagai kesenian yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat mulai jaman kerajaan, masa penjajahan sampai dengan sekarang, maka tidaklah sedikit peranan kesenian gandrung pada masa perjuangan. Pada setiap penampilan gandrung dijadikan sebagai ajang perkumpulan para gerilyawan sarana bertukar informasi yang didapat oleh penari gandrung. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Serad: “Gandrung marsan bengen iku podo milu-milu mbantu pejuang, senjatane nganggu kesenian gandrung” wawancara tertanggal, 10 September 2014 “Gandrung Marsan dahulu itu ikut membantu para pejuang, dengan memakai senjata kesenian gandrung” Penggalan wawancara itu menceritakan mengenai sosok Marsan dalam membantu para pejuang dalam mengusir para penjajah, dengan memakai kesenian gandrung. Marsan berkeliling ke rumah warga sambil ngamen memainkan tarian gandrung, mencoba menyelidiki markas-markas Belanda, setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, lalu Ia mengabarkan kepada para grilyawan yang berada di hutan-hutan. Senada dengan yang dijelaskan oleh Anoegrajekti 2007:12 “pada masa Gandrung marsan, gandrung tidak sekedar kesenian sebagi pemenuh kebutuhan hiburan. Lebih dari itu, ia merupakan media perjuangan melawan penjajah Belanda; terkadang berperan sebagai mata- mata kaum grilyawan, kadang-kadang juga berperan untuk menyampaikan pesan-pesan yang biasanya diberikan secara simbolik. Gandrung juga sebagai alat untuk menghimpun logistic bahan makanan keperluan gerilyawan dipedalaman”. Sebagi makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, membagi pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Suranto 2010:1. “Begitu pula Gandrung sebagai salah satu media komunikasi pada masa kerajaan Blambangan, sebuah komunikasi yang berupa kesenian tari disertai dengan nyayian lagu-lagu atau pantun-pantun basanan-wangsalan. Salah satu lagunya adalah “podho nonton”, sang penari Gandrung mencoba meyampaikan sebuah pesan-pesan secara simbolik mengenai situasi keberadaan tentara Belanda, sebab eksistensi gandrung bertujuan untuk media p ara grilyawan rakyat Blambangan”. Penari gandrung komunikat or meyampaikan „messag‟ kepada komunikan para gerilyawan informasi tentang keberadaan tentara Belanda. Oleh sebab itu, gandrung kala itu meyajikan pertunjukan secara keliling dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan iringan musik sederhana berupa terbang rebana dan kendang, tanpa rias dan asesoris, dan lagu-lagu atau pantun basanan- wangsalan. Komunikasi yang terjalin antara penari gandrung dengan para gerilyawan sesuai dengan model komunikasi yang diungkapkan oleh Jhon Middleton dalam Suranto 2010:9 bahwa dalam komunikasi melibatkan empat komponen meliputi: komunikator, pesan, komunikan, dan umpan balik. Seperti gambar berikut; Jadi Middleton menjelaskan bahwa proses komunikasi bersifat timbal balik, berawal dari seorang sumber informasi komunikator yang menciptakan dan mengirim pesan kepada penerima atau komunikan. Selanjutnya komunikan memberi tanggapan, respon, umpan balik, atau feedback kepada komunikator. Sebagi sumber informasi, gandrung Marshan selaku penari gandrung pada saat itu, berupaya membantu para gerilyawan dengan memberikan informasi mengenai markas-markas Belanda yang dirasa lemah atau jadi sasaran empuk untuk diserang. Fungsi seni Gandrung sebagai alat komunikasi juga sesuai dengan pernyataan Merriam dalam Marwoto 2004:163 fungsi seni tradisi dapat dipilah menjadi Sembilan macam, yaitu: 1 sebagai sarana upacara, 2 sebagai hiburan, 3 alat komunikasi, 4 untuk persembahan simbolik, 5 sebagai respons fisik, 6 untuk menjaga keserasian norma-norma masyarakat, 7 sebagai pengukuh institusi sosial dan upacara keagamaan, 8 sebagai saran kelangsungan dan stabilitas kebudayaan, dan 9 untuk integritas masyarakat. Jadi selain kesenian gandrung berfungsi untuk hiburan, juga berfungsi sebagai alat komunikasi. sumber penerima pesan Umpan Balik Meski tidak semua penggemar gandrung mengetahui historis berdirinnya, serta kegunaan pada jaman dahulu, yang masyarakat Kemiren tahu dan Masyarakat Banyuwangi pada umumnya, pertunjukan gandrung dipentaskan dalam acara perayaan, seperti pernikahan, khitanan, dan upacara bersih desa. Namun warga Kemiren tetap mendukung jika kesenian gandrung tetap eksis di desa Kemiren.

4.3.3 Gandrung Pada Masa Sekarang