64 menyudutkan kaum hawa. Menurut kaum feminis, hegemoni laki-laki atas perempuan
ini memperoleh legitimasi dari nilai-nilai sosial, agama, hukum negara, dan sebagainya serta tersosialisasikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
106
Keadaan-keadaan sebagaimana tersebut di atas kemudian menggerakkan kaum feminis untuk segera memperjuangkan nasib perempuan, agar tidak ada lagi
kultur hegemonis laki-laki terhadap perempuan, namun yang ada adalah kebebasan kaum perempuan untuk bergerak dan menentukan perannya. Transformasi sosial
yang diperlukan untuk mengatasi hal tersebut adalah proses dekonstruksi peran jender dalam seluruh aspek kehidupan, di mana terefleksi perbedaan-perbedaan jender yang
telah melahirkan ketidakadilan jender. Kemudian terjadi rekonstruksi sehingga tercipta hubungan yang secara fundamental baru dan lebih baik.
107
2.1.2. Gerakan Feminisme
Perjuangan kaum feminis pertama kali muncul pada akhir abad ke-18 dalam masyarakat Barat,
108
dan kemudian sejak awal abad ke-20
109
mulai dikenal oleh masyarakat timur, terutama masyarakat muslim. Gerakan kaum feminis ini terus
mengalami perkembangan dengan alirannya yang beraneka ragam. Dan secara umum aliran-aliran feminisme yang banyak dikenal masyarakat adalah sebagai berikut:
2.1.2.1. Feminisme Liberal
Dalam pemikiran kaum liberal, sebagaimana dikatakan oleh Alison Jaggar dalam bukunya Feminist Politics and Human Nature, sifat dasariah manusia yang
unik adalah kemampuan rasionalitasnya. Berbeda dengan argumentasi klasik Aristoteles 384-322 SM yang mengatakan bahwa manusia adalah animale rasionale
hayawân al-Nâthiq – binatang yang berasio, kaum liberal mendefinisikan rasionalitas dalam berbagai aspek termasuk penekanan terhadap moralitas dan
106
Lihat: Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 20.
107
Lihat: Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 30-31.
108
Lihat kembali: http:id.wikipedia.orgwikiFeminisme
109
Lihat: Nawal el-Saadawi, The Hidden Face……….., hal. 344.
65 kebijaksanaan. Aliran yang mulai berkembang pada abad ke-18 ini menekankan
individu untuk mempraktekan otonomi dirinya, di mana hak bagi kaum liberal harus diprioritaskan lebih tinggi dari pada kebaikan.
110
Setiap individu diberikan kebebasan untuk memilih kebaikan menurut individu itu sendiri meskipun dengan
satu catatan bahwa pilihan tersebut tidak boleh merugikan orang lain. Maka kebebasan seseorang untuk beragama atau tidak beragama misalnya, sudah pasti
keduanya dibolehkan karena ini berkaitan dengan soal hak, dan karenanya juga keduanya harus dijamin.
111
Kaum feminisme liberal pada saat ini sangat dominan dan menjadi dasar teori modernisasi dan pembangunan. Bagi mereka, pusat masalah dari ketimpangan jender
adalah perbedaan antara pola-pola tradisional dan modern. Kehidupan modern menuntut karakter manusia yang ekspresif, yaitu rasional, kompetitif, dan mampu
mengubah keadaan dan lingkungannya. Sementara kehidupan tradisional ditandai dengan karakter yang sebaliknya. Penyebab perempuan terbelakang adalah karena
salah perempuan sendiri, yaitu karena kebodohan dan sikap irasional mereka dalam berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional agama, tradisi, dan budaya yang
mengungkung perempuan dalam dunia domestik yang statis tidak produktif. Nilai- nilai traditional inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa bersaing secara adil
dengan laki-laki, karena potensi perempuan dibatasi dari dunia publik yang senantiasa produktif dan dinamis. Aturan yang adil adalah dengan membebaskan perempuan
dalam seluruh aspek kehidupan dan menyejajarkannya dengan laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam industrialisasi dan modernisasi adalah jalan yang harus ditempuh
untuk meningkatkan status perempuan.
112
Dengan demikian, aliran ini mendapat respon dari masyarakat berkembang, karena memperjuangkan bagaimana perempuan harus berpartisipasi dalam
110
Lihat: http:revolusionermoeda.blogspot.com200806liberalisme-teori-dan- perkembangan .html
111
Lihat: Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2003, Cet. Ke-1, hal. 87-88.
112
Lihat: Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 31-32.
66 pembangunan. Feminisme liberal beranggapan bahwa keterbelakangan perempuan
dari sisi ekonomi, karena perempuan tidak dilibatkan dalam pembangunan. Dari gerakan feminisme inilah lalu melahirkan konsep pembangunan yang melibatkan
perempuan, yang dikenal dengan Women in Development WID, sebagai hasil dari konferensi PBB tahun 1975 yang bertema “Equality, Development and Peace.”
113
Gerakan feminisme liberal pada abad ke-18 menekankan kepada tuntutan agar perempuan mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-
laki. Salah satu tokohnya di antaranya adalah Marry Wollstonecraft 1759-1799. Pada abad ke-19 gerakan ini lebih menekankan kepada pemberian kesempatan hak
sipil dan ekonomi bagi perempuan dan laki-laki. Tokoh-tokohnya di antaranya adalah John Stuart Mill dan Harriet Taylor. Tokoh lainnya adalah Lucretia Mott dan
Elizabeth Cady Stanton yang mengorganisir pertemuan akbar Konvensi Hak-hak Perempuan di Seneca Falls tahun 1848. Pertemuan tersebut menghasilkan deklarasi
yang menuntut reformasi hukum-hukum perkawinan, perceraian, property dan anak. Dan di dalamnya ditekankan hak perempuan untuk berbicara dan berpendapat di
dunia publik. Tokoh lainnya adalah Sejorner Truth, dari kalangan perempuan kulit hitam yang memperjuangkan penghapusan perbudakan bagi orang-orang berkulit
hitam, terutama kaum perempuan.
114
Di abad ke-20 bermunculan organisasi-organisasi keperempuanan seperti NOW National Organization for Women, NWPC National Women Political
Caucus dan WEAL Womens Equity Action League. Salah seorang feminis yang
terkenal pada saat itu adalah Betty Friedan dari NOW, yang memperjuangkan hak- hak perempuan dalam tulisan-tulisannya yang berjudul The Feminine Mystique, The
Second Stage dan The Fountain Age.
115
2.1.2.2. Feminisme Radikal