Feminisme Marxis Gerakan Feminisme

69 mandiri. 120 Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Kathleen Barry, Carol Downer, Eve Ensler, MacKinnon, Kate Millet dan Marilyn French. 121 Golongan feminisme radikal ini sering dikatakan sebagai informasi atau pandangan yang buruk black propaganda karena teori-teorinya ini. Namun di Indonesia sendiri, kelompok ini telah berjasa dalam membongkar kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, sehingga Indonesia saat ini memiliki Undang- Undang RI No. 23 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga UU PKDRT. 122

2.1.2.3. Feminisme Marxis

Golongan ini berlandaskan pada teori konfliknya Karl Marx 1818-1883, 123 yang memandang bahwa hak kepemilikan pribadi private property merupakan kelembagaan yang menghancurkan keadilan dan kesempatan yang pernah dimiliki masyarakat, sekaligus menjadi pemicu konflik terus-menerus dalam masyarakat. Kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi oleh beberapa orang telah menciptakan suatu sistem kelas yang eksploitatif. Basis kepemilikan pribadi ini juga berlaku dalam kehidupan keluarga. Frederick Engels dalam bukunya The Origin of The Family; Private Property and The State , mengupas awal jatuhnya status perempuan, yakni saat munculnya era hewan piaraan dan petani menetap. Di mana masa ini merupakan awal kondisi penciptaan surplus yang menjadi dasar private property. Surplus kemudian menjadi dasar bagi perdagangan dan produksi untuk exchange pertukaran mendominasi for use. Karena laki-laki mengontrol produksi untuk exchange, maka mereka mendominasi hubungan sosio-politik masyarakat, dan akhirnya perempuan direduksi menjadi bagian dari kepemilikan. Dalam sebuah keluarga, suami adalah cerminan kaum borjuis, karena dialah yang menguasai basis material keluarga nafkah, sehingga dia mempunyai kekuasaan dan posisi lebih kuat sebagai kepala 120 Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 35-36. 121 Lihat: Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif ……., hal. 102-110. 122 Lihat: Misiyah, Pengalaman Perempuan………., hal. 44. 123 Lihat profilnya pada: http:id.wikipedia.orgwikiKarl_Marx 70 keluarga. Sementara posisi istri dan anak-anak adalah kaum proletar yang tertindas. 124 Bagi feminisme Marxis, perempuan borjuis kelas menengah ke atas tidak akan mengalami penindasan yang sama dengan perempuan dari kelas proletar kelas buruh. Kalangan feminis Marxis mengajak kita untuk mengerti bahwa penindasan terhadap perempuan yang terjadi selama ini bukan disebabkan oleh perbuatan kesengajaan individu atau institusi yang merugikan perempuan. Atas dasar itu, tidaklah mengherankan jika mereka tidak percaya mengenai konsep hukum dan kebijaksanaan yang sensitif jender seperti yang selama ini diyakini oleh kalangan feminis liberal. Mereka sendiri juga tidak setuju dengan penjelasan konsep seksualitas seperti yang diutarakan oleh kalangan feminis radikal, penindasan perempuan terjadi melalui produk politik, sosial dan struktur ekonomi yang berkaitan erat dengan apa yang disebut sebagai sistem kapitalisme. 125 Menurut Karl Marx, kapitalisme yang terjadi dalam aspek ekonomi dan politik pada akhirnya akan membawa masyarakat pada kehancuran. Hal ini karena model kapitalisme akan menciptakan kelas-kelas sosial, yakni kelas yang memiliki modal dan kelas yang miskin. Menurut kaum feminis, analisa kelas secara umum tidak dapat dijadikan alat untuk menganalisa ketertindasan perempuan, karena pada kenyataannya perempuan baik dari kalangan kelas atas maupun kelas bawah tetap saja tereksploitasi. Yang ada menurut kaum feminis adalah kelas laki-laki dan kelas perempuan. Keterperangkapan perempuan adalah bahwa ia bekerja di bidang yang tidak menghasilkan komoditi seperti laki-laki. Ia bekerja di bidang domestik yang tidak dianggap bernilai. Oleh sebab itu, kelas perempuan terus mengalami penindasan oleh kelas laki-laki. 126 124 Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 32-33. 125 Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif ……., hal. 111. 126 Lihat: Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif ……., hal.114-115. 71 Marx juga memperkenalkan teori alienasi, 127 yang sebelumnya pernah dipakai oleh Hegel untuk menggambarkan keterasingan manusia dari alam dan ini dapat diatasi dengan pengetahuan diri. Sementara Ann Forman dalam bukunya yang bertajuk Feminity as Alienation: Women and the Family in Marxism Psychoanalysis, melihat kondisi alienasi ini terjadi lebih parah pada kaum perempuan. Ia melihat bahwa alienasi yang terjadi pada perempuan lebih mengkhawatirkan karena pengalaman hidup perempuan lebih dirasakan hanya sebagai pelengkap bagi orang lain. Oleh sebab itu, salah satu tujuan feminisme Marxis adalah menumbuhkan jati diri perempuan yang membuatnya sebagai manusia utuh, bukan hanya sekedar sebagai bagian dari fragmen-fragmen kehidupan yang ia lalui selama ini. 128 Feminisme Marxis kontemporer sering dipakai untuk menganalisa situasi buruh perempuan yang bekerja di pabrik-pabrik dan situasi kerja perempuan sendiri. Misalnya, persoalan hak gaji yang setara dengan laki-laki, hak memiliki kesempatan yang sama, atau menuntut hak-hak cuti seperti cuti haid dan cuti hamil. 129

2.1.2.4. Feminisme Sosialis