80 saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu
kesatuan yang utuh.
166
Unsur-unsur tersebut –sebagaimana dikatakan oleh Stanton- adalah fakta, tema dan sarana sastra. Fakta facts dalam sebuah cerita rekaan meliputi alur, latar,
tokoh, dan penokohan. Fakta cerita merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya dan eksistensinya dalam sebuah novel. Oleh karena itu,
fakta cerita sering juga disebut struktur faktual factual structure atau derajat faktual factual level. Sarana sastra literary devices adalah teknik yang digunakan
pengarang untuk memilih dan menyusun detail-detail cerita menjadi pola yang bermakna.
167
Dalam tesis ini, analisis yang dilakukan bersifat objektif, sehingga sarana sastra yang dianalisis adalah sarana sastra yang besar peranannya dalam menjelaskan
tema dan fakta, seperti sudut pandang penceritaan atau pusat pengisahan dan gaya bahasa. Tiga unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap novel dan juga merupakan
unsur terpenting adalah tokoh utama, konflik utama dan tema utama. Ketiga unsur ini saling berkaitan erat dan membentuk satu kesatuan yang padu, yaitu kesatuan
organisme sebuah cerita.
2.2.2. Pengertian Kritik Sastra Feminis
Pengertian kritik sastra feminis tidak dapat dijabarkan dengan satu makna, karena terdapat pandangan yang berbeda-beda tentang term ini.
Secara garis besar, Culler lahir tahun 1944
168
memaknai Kritik Sastra Feminis sebagai reading as a woman, membaca sebagai perempuan. Makna yang
166
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian…, hal. 36.
167
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 44-45, mengutip dari Robert Stanton, An Introduction to Fiction, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1965, hal. 11-36.
168
Lihat: http:en.wikipedia.orgwikiJonathan_Culler
81 dimaksud di sini adalah kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis
kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra.
169
Sementara Yoder 1987 berpendapat bahwa Kritik Sastra Feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang
pengarang perempuan. Adapun arti Kritik Sastra Feminis secara sederhana adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis
kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang membuat perbedaan di antara semuanya yang juga membuat
perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang mengarang. Kemudian Yoder mengumpamakan Kritik
Sastra Feminis sebagai quilt. Penggunaan metafora quilt sebagai perumpamaan Kritik Sastra Feminis ini sangat tepat. Quilt yang dijahit dan dibentuk dari potongan-
potongan kain persegi itu pada bagian bawahnya dilapisi kain lembut. Jahitan potongan-potongan kain itu memakan waktu lama dan biasanya dikerjakan oleh
beberapa orang, menghabiskan waktu berhari-hari. Metafora ini dapat digunakan untuk memahami Kritik Sastra Feminis, yaitu bahwa alas quilt yang menyatukan
berbagai motif potongan kain yang bervariasi dan indah itulah yang disebut sebagai Kritik Sastra Feminis. Kritik Sastra Feminis adalah alas yang kuat untuk menyatukan
pendirian bahwa seorang perempuan dapat membaca sebagai perempuan, mengarang sebagai perempuan dan menafsirkan karya sastra sebagai perempuan.
170
Pendapat Culler ini jika kita kaitkan dengan pendapat Yoder yang mengibaratkan Kritik Sastra Feminis sebagai quilt berarti kesadaran pembaca dalam
kerangka Kritik Sastra Feminis merupakan kritik dengan berbagai metode. Hal ini sebagaimana dikatakan pula oleh Kolodny 1985
171
bahwa hanya dengan
169
Lihat: Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 5 dan 7, mengutip dari Jonathan Culler, On Deconstruction: Theory and Criticism after Structuralism, London and Henley:
Routledge and Kegan Paul, 1983.
170
Lihat: Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 5-6, mengutip pendapat Yoder dalam Linda Yoder, Kebangkitan, Perkembangan, dan Penerapan Kritik Sastra Feminis,
Makalah, Yogyakarta: Pusat Penelitian Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, 1987.
171
Lihat: http:en.wikipedia.orgwikiAnnette_Kolodny
82 mempergunakan bermacam-macam metode kita dapat melindungi diri dari godaan
atau kesalahan dalam memahami teks. Kritik Sastra Feminis ini dapat dikembangkan dengan berbagai kombinasi pendekatan kritik yang lain, dari formalisme ke semiotik
tanpa meninggalkan kesadaran bahwa ada perbedaan jenis kelamin yang terimplisit dalam karya sastra. Kritik ini meletakan dasar bahwa ada jender dalam kategori
analisis sastra, suatu kategori yang fundamental.
172
Berbeda dengan yang sebelumnya, Showalter 1985 mengetengahkan pendekatan gynocritics perempuan sebagai penulis, sebagai prospek cerah bagi teori
Kritik Sastra Feminis yang koheren serta dimungkinkan mampu untuk melepaskan diri dari ketergantungan model-model kritik kaum laki-laki dalam memaksakan teori
kritik yang dikenakan pada karya perempuan. Di sini ditekankan tentang kekhasan penulis perempuan. Jika ada, maka perhatian tertuju kepada aspek yang dipandang,
apakah dari segi gaya, bahasa, topik, jenis karya tertentu serta dunia karang mengarang.
173
Kritik Sastra Feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respons atas berkembang luasnya feminisme di berbagai penjuru
dunia.
174
Sejak akhir tahun 1960-an, ketika kritik feminis dikembangkan sebagai bagian dari gerakan perempuan internasional, anggapan tentang studi kritik sastra
feminis pun menjadi pilihan yang menarik. Kritik Sastra Feminis menawarkan pandangan bahwa para pembaca perempuan dan kritikus perempuan membawa
persepsi, pengertian dan dugaan yang berbeda pada pengalaman membaca karya sastra apabila dibandingkan dengan laki-laki.
175
Kritik Sastra Feminis berangkat dari sebuah permasalahan pokok, yaitu anggapan perbedaan seksual dalam interpretasi dan perebutan makna karya sastra.
172
Lihat: Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 7, mengutip pendapat Kolodny, 1985.
173
Lihat: Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 7, mengutip dari Showalter, The New Feminist Criticism
, New York: Pantheon Books, 1985.
174
Lihat kembali pembahasan panjang mengenai feminisme pada halaman-halaman sebelumnya.
175
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 6.
83 Para pemula Kritik Sastra Feminis menawarkan esai yang mengetengahkan
permasalahan pokok tentang pengembangan teori perbedaan seksual. Karya-karya mereka bukan suatu kecaman terhadap salah satu kritik sastra, melainkan pandangan
mereka lebih menunjuk pada aneka macam cara dalam perbincangan konsep perbedaan sosial.
176
Berbeda dengan kritik-kritik yang lain, masalah dalam Kritik Sastra Feminis berkembang dari berbagai sumber. Oleh sebab itu pengkritik harus memiliki
pandangan yang luas yang diperolehnya dari bacaan-bacaan mengenai perempuan serta bantuan disiplin ilmu lainnya, seperti sejarah, psikologi, antropologi dan
diperlukan pula pemahaman tentang teori sastra. Dari sini kemudian muncul pertanyaan tentang apa sebenarnya yang
diinginkan oleh para kritisi feminis? Menurut Gilbert 1989,
177
jawaban atas pertanyaan tersebut dikembalikan kepada perempuan pula bahwa di dalam
kesadarannya harus ada suatu revisi atau perbaikan, suatu perubahan lengkap pada semua ide tentang dunia sastra. Kritik ini tidak saja membatasi diri pada karya-karya
pengarang perempuan, tetapi meluas untuk semua karya pengarang. Kritikus feminis diharapkan memiliki ambisi yang berapi-api untuk mengeksplorasi dan
mendekodekan semua hubungan yang tersembunyi di antara psikoanalisis dan otoritas kultural.
178
Para esensialis mempunyai keyakinan bahwa ada perbedaan yang mendasar yang tidak berdasarkan faktor biologis, tetapi lebih banyak berdasarkan faktor sosial
dan ekonomi dengan konsekuensi psikologisnya antara cara berpikir dan menulis kaum perempuan dengan laki-laki. Sehingga ada yang disebut dengan ecriture
feminine , yaitu perempuan mempunyai cara tersendiri untuk mengekspresikan dirinya
yang sangat berlawanan dengan cara bagaimana kaum laki-laki menggambarkan
176
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 8.
177
Lihat profilnya pada: http:en.wikipedia.orgwikiSandra_Gilbert
178
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 9, mengutip tulisan Gilbert dalam Sandra M. Gilbert dan Susan Gubar, The Mirror and The Vamp: Reflections on Feminist Criticism,
dalam Ralph Cohen, The Future of Literary Theory, New York and London: Routledge, 1989.
84 pandangan mereka melalui bahasa dan wacana mereka. Pandangan ini diasosiasikan
dengan pandangan kaum feminis Perancis. Adapun pandangan kaum relativis -yang diasosiasikan dengan para kritikus
Anglo-Amerika- adalah bahwa analisis penggambaran kaum laki-laki dan perempuan oleh pengarang laki-laki ataupun perempuan menjadi sangat penting. Sebetulnya
tidak ada perbedaan yang mendasar yang memisahkan karya tulis kaum laki-laki dengan kaum perempuan, kecuali bahwa cara kaum kritikus dan pengarang laki-laki
cenderung melecehkan kaum perempuan.
179
Dari berbagai definisi dan metode kritik sastra feminis sebagaimana dikemukakan di atas, penulis lebih sepakat dengan pendapat Culler. Hal tersebut
karena Kritik Sastra Feminis yang diartikan membaca sebagai perempuan ini berpandangan bahwa kritik ini tidak mencari metodologi atau model konseptual
tunggal, tetapi bahkan sebaliknya menjadi pluralis dalam teori dan praktiknya, menggunakan kebebasan metodologi dan cara pendekatan yang dapat membantu
pelaksanaan kritiknya. Cara ini berpijak dari sudut pandang yang mapan dan mempertahankannya secara konsisten kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan jenis
kelamin yang mempengaruhi dunia sastra.
180
Meski membaca sebagai perempuan dapat dipahami dari kerangka kerja kritikus bahwa ia tidak menganggap otoritas
kultural sebagai kenyataan objektif, melainkan hanya sebagai batas budaya politis, dan itu dapat menimbulkan berbagai pertanyaan, kritikan dan tantangan dari para
kritikus laki-laki, namun keadaan ini dapat diatasi dengan menggunakan pendekatan gynocritics
,
181
sebagaimana yang ditawarkan oleh Showalter.
182
179
Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian…, hal. 84.
180
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 10.
181
Lihat lebih lanjut penjelasannya pada: http:www.answers.comtopicgynocritics dan http: en.wikipedia.orgwikiGynocriticism
182
Sugihastuti dan Suharto, Kritik Sastra Feminis……, hal. 9-10.
85 Adapun para pelopor kritik sastra feminis adalah para feminis Barat
sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, seperti: Simone de Beauvoir,
183
Kate Millet,
184
Betty Friedan
185
dan Germain Greer.
186
2.2.3. Kritik Sastra Arab Feminis