27 Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Siapakah Nawal al-Saadawi? Bagaimana karakteristik dan pola pemikirannya yang dituangkan dalam karya-karyanya? Dan bagaimana respon masyarakat
terhadap pemikiran–pemikiran Nawal tersebut? 2. Apakah Feminisme? Bagaimana Feminisme muncul? Apa saja gerakan
Feminisme yang berkembang di masyarakat? Apa arti kritik sastra feminis dan bagaimana korelasinya dengan feminisme? Bagaimana eksistensi kritik sastra
feminis dalam khazanah sastra Arab? 3. Bagaimanakah struktur novel IINS? Bagaimanakah masalah prasangka jender,
cita-cita emansipasi perempuan dan ide yang dikemas dalam struktur karya sastra? Unsur-unsur apa sajakah yang dominan digunakan untuk menonjolkan ide
emansipasi perempuan dan feminisme? Mampukah novel tersebut mengungkap secara estetis gagasan emansipasi perempuan dan feminisme?
4. Seperti apakah feminisme yang terdapat di dalam novel IINS? Masalah apa sajakah yang disoroti oleh tokoh Firdaus sehubungan dengan adanya prasangka
jender yang hidup di dalam masyarakatnya? Bagaimanakah jika hal itu dianalisis dengan kritik sastra feminis?
10. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Tujuan Umum: Untuk mengkaji salah satu karya sastra Arab yang secara umum mengemukakan
topik tentang diskriminasi jender dan implikasi dari budaya patriarki yang berkembang dalam masyarakat Mesir, yang tertuang dalam novel Imra`ah Inda
Nuqthah al-Shifr IINS.
28 Tujuan Khusus:
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan latar belakang kehidupan pengarang dan ide-ide feminisnya yang
tertuang dalam karya-karya sastranya, serta kontroversi masyarakat dalam menanggapi pemikiran-pemikiran pengarang.
2. Menjelaskan arti feminisme dan aliran-alirannya yang berkembang di masyarakat, menjelaskan konsep kritik sastra feminis dan korelasinya dengan feminisme, serta
mengurai eksistensinya dalam khazanah sastra Arab. 3. Menganalisis novel dalam kajian kritik sastra feminis. Analisis ini diharapkan
dapat menggambarkan kekuatan hubungan antara beberapa unsur novel dengan masalah prasangka jender dan emansipasi perempuan.
4. Mengemukakan pokok-pokok pikiran feminisme yang terdapat di dalam novel.
11. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Manfaat Teoritis: Memberikan kontribusi sebagai pengembangan diskursus jender dan feminisme yang
berkaitan dengan kritik sastra feminis.
Manfaat Praktis: 1. Memberikan informasi seputar pengarang dan feminisme serta kritik feminis
dalam dunia sastra, khususnya sastra Arab. 2. Memberikan informasi tentang gagasan-gagasan feminisme yang terdapat dalam
novel “IINS” serta hasil analisisnya dari tinjauan kritik sastra feminis. 3. Mengembangkan penelitian sebelumnya tentang kritik sastra feminis.
29
12. Kajian Pustaka
Sejauh penelusuran penulis terhadap berbagai penelitian karya sastra Nawal al-Saadawi, maka penelitian dan pengkajian novel betajuk “Imra`ah ‘Inda Nuqthah
al-Shifr ” IINS dari aspek kritik sastra hanya sedikit yang penulis temukan. Hal ini
karena karya-karya Nawal baik fiksi maupun non fiksi pada intinya membahas tentang social change, berupa pemikiran baru tentang kesetaraan jender dan
kebangkitan kaum perempuan dalam menentang budaya patriarki. Sehingga analisis dan studi tentang karya-karyanya lebih banyak dari tema-tema tersebut. Adapun
pengkajian terhadap novel IINS dari perspektif kritik sastra diantaranya dilakukan oleh beberapa tokoh berikut:
1. George Tharabishi meneliti karya tersebut dari aspek analisis psikologi, sebagai titik tolak untuk penelitian dari kacamata kritik sastra dan ideologi. Dalam
bukunya, “Untsâ Dliddl al Un ûtsah” ia berpendapat bahwa sang pengarang Nawal al-Saadawi dalam setiap karyanya tiada lain berbicara tentang jiwa yang
teraniaya, sebagai upaya mensosialisasikan ideologi feminisme. Novel IINS menurutnya penuh dengan pujian terhadap seorang perempuan yang selalu
menganggap dirinya benar, sampai ketika ia menjadi seorang pelacur dan pembunuh. Dalam analisisnya, Tharabishi berpendapat bahwa dalam novel IINS
terdapat penampakan sebuah pandangan ideologi di mana simbol suatu masyarakat dapat mencapai sebuah kesempurnaaan dengan meniadakan nilai-nilai
yang dianggap tinggi dan terhormat selama ini, yaitu budaya patriarki. Adapun kritik terhadap karya-karya sastra yang mengandung sebuah ideologi tidak akan
bisa menemukan nilai seni dan sastra yang tinggi di dalamnya. Akan tetapi Nawal al-Saadawi menurutnya tetaplah seorang maestro dalam karya-karya sastra
perempuan Arab.
28
2. Dalam bukunya “A Critical Study of The Works of Nawal El Saadawi, Egyptian Writers and Activist
”, Diana Royer dari universitas Michigan mengatakan bahwa
28
Abdullah Abu Haif, Ittijâhât al-Naqd al-Rawâ`iy fï Sûriyah, http:www.awu- dam.orgbook06study06376-A-Hbook06-sd007.htm
30 novel tersebut secara kontekstual menggambarkan tentang kompleksitas
masyarakat Mesir saat ini, khususnya tentang paham Islam Fundamentalis dan status perempuan. Novel tersebut juga menjelaskan perdebatan ilmiah yang
terjadi saat ini dalam hal status perempuan kuno. Setiap bab dalam novel memperlihatkan teknik tradisi sastra lisan, cerita perempuan, sebuah citra, serta
topik-topik tentang penyunatan perempuan, peran gender, pelacuran dan kehormatan membunuh.
29
3. Miriam Cooke dalam tulisannya “al-Dirâsât al-Nisâiyyah al-Aurubiyyah wa al- Amrìkiyyah wa al-Tsaqâfât al-Islâmiyyah
” mengatakan bahwa novel IINS berisi tentang perjuangan perempuan-perempuan Mesir dalam mencari eksistensi diri
dan ekonomi. Oleh sebab itu, para pengkritik sastra menurutnya menganggap novel tersebut sebagai penyebaran politik radikal yang disampaikan oleh
pengarang, sehingga karya tersebut tidak seperti karya-karya sastra pada umumnya yang memiliki nilai estetika sastra yang tinggi. Bahkan novel tersebut
tidak dapat dianggap sebagai sebuah karya sastra.
30
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis pada dasarnya adalah untuk mengkaji kembali dan memperkuat pendapat-pendapat yang telah ada. Di samping,
penulis juga ingin menelaah beberapa unsur novel yang mungkin saja di dalamnya masih terdapat prasangka jender. Hal tersebut dilakukan untuk menilai konsistensi
pengarang dalam menyampaikan pemikiran-pemikirannya tentang kesetaran jender.
13. Metode Penelitian