Feminisme Dalam Pemikiran Islam

74 individu harus dilihat secara lebih komprehensif, yaitu sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan lingkungannya. 139 Di antara gerakan-gerakan yang muncul dari kelompok ekofeminisme ini adalah gerakan New Age, 140 Moral Majority 141 dan HOW Happines of Womanhood di AS, dan Chipko Andolan 142 di India. Adapun inti perjuangan mereka adalah equity in diversity . 143

2.1.2.6. Feminisme Dalam Pemikiran Islam

Feminisme yang merupakan aktualisasi dari ide perjuangan hak-hak perempuan pun merambah ke dalam dunia Islam. Paham-paham feminisme di dunia Islam mulai dikenal pada akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Pada abad ke-19 para feminis muslim mengungkapkan perjuangan atas ketidakadilan jender dengan berbagai tulisan, baik artikel, kolom, buku, esai, novel, cerpen maupun dalam bentuk surat-surat pribadi. 144 Hal ini terbukti dari pemikiran-pemikiran penulis dan penyair Mesir seperti Aisyah Taymuriyah, Huda Syarawi, Nabawiyah Musa dan Hifni Nasif, esais Libanon Zaynab Fawwaz, Taj al-Salthanah dari Iran, Emile Rute dari Zanjibar, Rokayah Sakhwat Hossain dari India, Fatme Aliye dari Turki, dan RA. Kartini dari Jawa. 145 Pada abad ke-20 muncul feminis yang lain seperti; Nawal al-Saadawi, Lathifah Azzayyat dan Inji al-Fatun dari Mesir, Fatima Mernissi dari Maroko, Dr. Nafis Sadik dan Riffat Hassan dari Pakistan, Assia Djebar dari Aljazair, Furukh Farruzad dari Iran, Huda Namani dari Libanon, Fauziyah Abu Khalid dari Saudi Arabia, Taslima Nasreen dari Bangladesh, Amina Wadud Muhsin dari Malaysia, Asghar Ali Engeneer dari India serta beberapa tokoh dari Indonesia seperti Wardah 139 Lihat: Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 38. 140 Lihat: http:duniaesai.comfilsafatfil7.html 141 Lihat: http:en.wikipedia.orgwikiMoral_Majority 142 Lihat: http:en.wikipedia.orgwikiChipko_movement 143 Lihat: Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 40. 144 Lihat: Faiqoh, Nyai, ………., hal. 77. 145 Lihat: Faiqoh, Nyai, ………., hal. 77 dan Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 46. 75 Hafidz, Lies Marcoes, Nurul Agustina, Myra Diarsi, Didin Syafruddin, Mansur Fakih, Masdar Faried Masudi, Zaitunah, Siti Ruhani Suhayatin dan Ratna Megawangi. Mereka semua adalah para perintis besar dalam menumbuhkan kesadaran atas persoalan sensitif jender, termasuk dalam melawan kebudayaan dan ideologi masyarakat yang hendak membatasi kebebasan perempuan. 146 Feminisme mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an, ketika itu baru bermunculan tulisan-tulisan tentang feminisme di berbagai media massa, baik jurnal maupun surat kabar. Namun sampai tahun 1980-an, term feminisme ini masih dianggap sesuatu yang menakutkan yang berasal dari dunia Barat. Baru kemudian sekitar tahun 1990-an feminisme serta berbagai hal yang berkaitan dengannya, terutama dalam wacana keterkaitan Islam dan Feminisme, dapat diterima oleh masyarakat meski dengan sangat hati-hati. Hal tersebut karena feminisme dianggap sebagai ajaran yang sesat, yang dapat merusak pemikiran anak bangsa, terutama para penganut agama Islam. Feminisme mulai merambah dalam wacana pemikiran Islam di Indonesia terutama sejak banyaknya buku-buku feminis diterbitkan di Indonesia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 147 Buku-buku tersebut di antaranya adalah tulisan para feminis seperti Riffat Hassan, Fatima Mernissi, Amina Wadud, dan Asghar Ali Engineer. Selain itu, di kalangan para cendikiawan muslim Indonesia sendiri mulai dirintis usaha-usaha untuk memperoleh ijtihad baru, guna mencari interpretasi yang lebih adil dan sejajar berkait dengan isu-isu keperempuanan. Para cendekiawan muslim yang bermunculan ketika itu di antaranya adalah Dr. Quraish Shihab, Alm. Dr. Nurcholis Madjid, Djohan Effendi dan Jalaluddin Rachmat. 148 Secara umum, feminisme Islam adalah alat analisis maupun gerakan yang bersifat historis dan kontekstual –sesuai dengan kesadaran baru yang berkembang- dalam menjawab masalah-masalah perempuan yang aktual menyangkut ketidakadilan dan ketidaksejajaran. Para feminis muslim ini menuduh adanya kecenderungan 146 Lihat: Faiqoh, Nyai, ………., hal. 77-78 dan Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 46. 147 Lihat: http:ern.pendis.depag.go.idDokPdfern-v-05.pdf 148 Lihat: Siti Muslikhati, Feminisme dan………., hal. 46-47. 76 misoginis kebencian terhadap perempuan dan patriarki dominasi laki-laki di dalam penafsiran teks-teks keagamaan klasik, sehingga menghasilkan tafsir-tafsir keagamaan yang bias kepentingan laki-laki. Mereka mencontohkan tentang hukum kepemimpinan apakah dalam keluarga maupun dalam politik, penguasaaan nafkah 149 , pernikahan 150 , perceraian 151 , pewarisan 152 dan sebagainya, yang dapat menjadikan perempuan tidak mandiri secara ekonomis dan selanjutnya tergantung secara psikologis. 153 Istilah feminis muslim digunakan di sini karena orang yang menyuarakan tentang keadilan perempuan adalah orang yang beragama Islam. Di samping itu, karena gugatan para feminis ini banyak menekankan pada kajian teks-teks agama. Para feminis muslim berasumsi bahwa pemahaman agama yang saat ini berkembang di masyarakat adalah pemahaman agama yang telah membentuk budaya dan pandangan yang menimbulkan ketidakadilan jender. Oleh sebab itu, para feminis muslim banyak melakukan gugatan bahkan pembongkaran pada penafsiran ulama masa lalu yang dijadikan dasar sebagai penafsiran yang paling benar. 154 Yang khas dari feminisme Islam ini adalah dialog yang intensif antara prinsip- prinsip keadilan dan kesederajatan yang ada dalam teks keagamaan al-Qur`an dan Hadits dengan relitas perlakuan terhadap perempuan yang ada atau hidup dalam masyarakat muslim. Perubahan cara pandang dan interpretasi teks keagamaan adalah kata kunci yang paling penting dan merupakan tujuan feminisme Islam, untuk 149 Lihat: Q.S. 4:34. Bandingkan dengan Q.S. 2:228 dan Q.S. 33:35. Lihat: Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999, Cet. Ke-1, hal. 236- 237. 150 Lihat masalah pernikahan dalam Q.S. 4:2. 151 Masalah perceraian lihat Q.S. 2: 226-232. 152 Lihat dalam Q.S. 4:11 dan 4: 176. 153 Lihat: Abdullahi Ahmed An-Naim, Dekonstruksi Syariah; Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia dan Hubungan nternasional dalam Islam , Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan SosialLKiS, 1994, Cet. Ke-1, hal. 338-346. 154 Faiqoh, Nyai, ………., hal. 78. 77 melawan kecenderungan mempertahankan statusquo tafsir-tafsir tradisional yang mensubordinasikan perempuan sebagai manusia kelas dua. 155

2.2. Kritik Sastra Feminis