25
terhadap sistem perbankan pada umumnya, 4 memelihara tingkat kesehatan bank, 5 melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian, 6 cara
pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah, dan 7 menyediakan informasi risiko pada nasabah.
b. Perlindungan secara eksplisit Explicit deposit protection, yaitu perlindungan
melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan
mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin
simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.
UU Perlindungan Konsumen merupakan payung hukum yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum dibidang perlindungan
konsumen nasabahdebitur, khususnya dalam perlindungan data pribadi nasabah diatur secara khusus didalam PBI 76PBI2005 Tentang Transparansi Informasi
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
8
8
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet. VI, Jakarta: Kencana, 2010, h. 175.
26
C. Perlindungan Hukum Data Pribadi Nasabah Perbankan Dalam Peraturan
Perundang-Undangan 1.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Hubungan antar manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan corporate atau corporate dengan corporate
dalam praktik sehari-hari seringkali dapat menimbulkan hubungan hukum yang mana dalam hubungan hukum tersebut antara yang satu dengan lainnya
akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing- masing pihak.
Dalam masyarakat Indonesia yang serba majemuk ini seringkali dalam berhubungan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya tidaklah sama
karena ada yang beretika baik dan ada pula yang beretika tidak baik.
9
Maka dari itu Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur
mengenai hal itikad baik ini. Isi pasal itu sendiri adalah “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan dalam membuat perjanjian selain adanya itikad baik dari masing-
masing pihak juga harus dikarenakan adanya sebab yang halal. Sesuai dengan 4 empat syarat sahnya perjanjian yang disebutkan didalam Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:
9
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h. 1.
27
a. sepakat
b. kecapakan dalam membuat suatu perikatan
c. karena suatu hal tertentu
d. karena suatu sebab yang halal
Jika semua syarat di atas sudah dipenuhi barulah masing-masing pihak dapat mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian, dan nantinya isi dari
perjanjian yang sudah disepakati oleh masing-masing pihak akan menjadi undang-undang bagi para pihak tersebut. Hal ini sesuai dengan amanah Pasal
1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Bank dan nasabah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Hubungan bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan.
10
Dasar hubungan hukum antara bank dan nasabah adalah hubungan kontraktual.
11
Hubungan kontraktual menimbulkan hak dan kewajiban antara bank dan nasabah. Hak dan kewajiban antara bank dan nasabah tergantung dengan
adanya perjanjian awal yang terjadi diantara kedua belah pihak atau perintah yang diberikan kepada bank sebagai penyedia layanan jasa perbankan untuk
10
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, h. 32.
11
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito, h. 33.