Kelemahan Substansi Hukum Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Perlindungan Data

68 masyarakat. Budaya hukum yang timbul pun tidak terlepas dari lemahnya substansi hukum yang memberikan persepsi pesimisme konsumen terhadap upaya perlindungan hukum yang diberikan undang-undang. Adapun budaya hukum yang menimbulkan kelemahan tersebut adalah meliputi kesadaran hukum masyarakat dan pelaku usaha. a. Kesadaran Hukum Masyarakat Apa yang dimaksud dengan budaya hukum adalah sikap konsumen maupun pelaku usaha terhadap hukum dan sistem hukum, tentang keyakinan nilai, gagasan serta harapan tentang hukum. Undang-undang sebagai produk hukum yang dibuat untuk melindungi konsumen hanya dipandang sebagai sebuah aturan tanpa kejelasan maksud dan tujuan. Bagi konsumen, keamanan serta kenyamanan dalam menggunakan produk bagi barang maupun jasa serta adanya jaminan kepastian hukum yang diberikan kepada mereka sudah cukup untuk meningkatkan stabilitas perdagangan barang dan atau jasa tentunya dengan adanya dukungan kepercayaan terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemakaian produk barang dan atau jasa. 9 Jika pendapat seperti itu dipertahankan, konsumen dengan tingkat pendidikan rendah akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku usaha yang berorientasi bisnis, memberikan informasi yang tidak benar, menyesatkan 9 Munculnya Kesadaran Konsumen Untuk Menggugat, diakses pada tanggal 20 November 2013 dari http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=19346cl=Berita 69 sehingga pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi konsumen atau nasabah tersebut. Konsumen dengan latar pendidikan cukup pun apabila berpandangan antipati terhadap produk hukum justru akan terjerumus ke dalam situasi dimana hukum tidak akan mempertahankan realitas kehidupan ekonomi masyarakat karena dipandang selalu meguntungkan pelaku usaha. b. Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Dari sisi pelaku usaha, sebagaimana hasil wawancara dengan pihak Bank ditemukan masih sering terjadi pelanggaran-pelanggaran kecil terhadap penerapan aturan hukum yang berlaku dalam perbankan. Hal ini dikarenakan oleh alasan efisiensi dalam operasional bank. Hal-hal kecil seperti inilah yang biasanya menjadi awal-mula dari permasalahan yang terjadi antara pihak bank sebagai pelaku usaha dan nasabah sebagai konsumen dan juga yang menjadi faktor kelemahan hukum yang memungkinkan terjadinya pelanggaran hukum dalam memproduksi dan memperdagangkan barang dan atau jasa. Berbanding terbalik dengan kesadaran hukum konsumen, dalam hal ini pelaku usaha justru memanfaatkan produk hukum yang ada dan ketidaksadaran hukum konsumen untuk mengambil keuntungan. Pengaturan pada batang tubuh Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang berisikan pengaturan secara umum memberikan 70 kemungkinan beraneka ragam interpretasi sehingga memberikan ruang gerak bagi pelaku usaha yang dari segi bisnis menguntungkan namun dari segi hukum dapat merugikan konsumen.

C. Bentuk-bentuk Mekanisme Perlindungan Hukum Atas Pelanggaran Data

Pribadi Nasabah Perbankan Dalam perkembangannya hubungan nasabah dengan bank tidak selalu berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari pengaduan nasabah. Pengaduan ini jika tidak terselesaikan dengan baik berpotensi menjadi perselisihan atau sengketa yang akhirnya akan menurunkan reputasi bank di mata masyarakat dan mampu menurunkan kepercayaan masyarakat pada lembaga perbankan apabila hal tersebut tidak segera diselesaikan dengan baik. Secara konvensional sengketa biasanya diselesaikan melalui pengadilan. Pengadilan merupakan lembaga resmi kenegaraan yang diberi kewenangan untuk mengadili, yaitu menerima, memeriksa dan memutus perkara berdasarkan hukum acara dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 10 Namun pengadilan mempunyai beberapa kelemahan yang kurang disukai seperti lamanya waktu yang tersita dalam proses pengadilan sehubungan dengan tahapan-tahapan banding dan kasasi yang harus dilalui dan sifat pengadilan yang terbuka untuk umum. 10 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, h. 2.