Bentuk-bentuk Mekanisme Perlindungan Hukum Atas Pelanggaran Data

73 Bukti penerimaan pengaduan tersebut ditanda tangani oleh petugas yang menerima pengaduan. Selain itu bank wajib memelihara catatan penerimaan pengaduan. Catatan penerimaan pengaduan tersebut paling kurang memuat: a. Nomor registrasi pengaduan; b. Tanggal penerimaan pengaduan; c. Nama nasabah; d. Petugas penerima pengaduan; dan e. Deskripsi singkat pengaduan. Bank wajib menyelesaikan pengaduan paling lambat 20 dua puluh hari kerja setelah tanggal penerimaan pengaduan tertulis. Dalam hal terdapat kondisi tertentu, bank dapat memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20 dua puluh hari kerja. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu adalah: a. Kantor bank yang menerima pengaduan tidak sama dengan kantor bank tempat terjadinya permasalahan yang diadukan dan terdapat kendala komunikasi diantara kedua kantor bank tersebut; b. Transaksi keuangan yang diadukan oleh nasabah dan atau perwakilan nasabah memerlukan penelitian khusus terhadap dokumen-dokumen bank; c. Terdapat hal-hal lain yang berada diluar kendali bank, seperti adanya keterlibatan pihak ketiga diluar bank dalam transaksi keuangan yang dilakukan nasabah. 74 Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pengaduan tersebut wajib diberitahukan secara tertulis kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah yang mengajukan pengaduan sebelum jangka waktu awalnya berakhir. Dalam hal pengaduan terkait dengan transaksi keuangan yang melibatkan pejabat bank yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan pengaduan tersebut, maka penanganan dan penyelesaian pengaduan wajib dilakukan oleh pejabat bank yang tingkatannya lebih tinggi. Apabila pengaduan terkait dengan kewenangan pemimpin kantor bank tempat nasabah mengalami permasalahan, maka penanganan dan penyelesaian pengaduan diselesaikan oleh unit dan atau fungsi khusus penanganan dan penyelesaian pengaduan di kantor bank yang lebih tinggi tingkatannya. Bank wajib menginformasikan status penyelesaian pengaduan setiap saat nasabah dan atau perwakilan nasabah meminta penjelasan kepada bank mengenai pengaduan yang diajukannya. Dalam hal ini pengaduan diajukan secara tertulis, bank wajib menyampaikan hasil penyelesaian pengaduan secara tertulis kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah sesuai batas waktu yang ditentukan. Dalam hal pengaduan diajukan secara lisan, bank dapat menyampaikan hasil penyelesaian pengaduan secara tertulis dan atau kisan kepada nasabah dan atau perwakilan nasabah sesuai batas waktu yang ditentukan. Hasil penyelesaian pengaduan paling kurang memuat: a. Nomor registrasi pengaduan; b. Permasalahan yang diadukan; dan 75 c. Hasil penyelesaian pengaduan yang disertai penjelasan dan alasan yang cukup. Bank wajib menatausahakan seluruh dokumen yang berkaitan dengan penerimaan, penanganan, dan penyelesaian pengaduan. Bank wajib memiliki mekanisme pelaporan internal penyelesaian pengaduan. Bank wajib menyampaikan laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan secara triwulanan kepada Bank Indonesia. Laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan wajib disampaikan sesuai dengan format yang ditetapkan Bank Indonesia. Pelaporan tersebut dilakukan paling lambat 1 satu bulan setelah berakhirnya masa laporan. Bank dinyatakan terlambat menyampaikan laporan apabila laporan disampaikan melampaui batas waktu penyampaian tetapi belum melampaui 1 satu bulan sejak akhir batas waktu penyampaian laporan. Bank dinyatakan tidak menyampaikan laporan apabila laporan belum disampaikan oleh bank sampai dengan berakhirnya batas waktu.

D. Model Ideal Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Perlindungan

Data Pribadi Nasabah Perbankan Berdasarkan pemaparan penulis di sub-bab sebelumnya ditemukan bahwa masih terdapat banyak pelanggaran terhadap perlindungan hukum data pribadi nasabah. Hal ini terjadi oleh karena masih banyaknya faktor yang menyebabkan pelanggaran ini terus terjadi. Salah satu faktor yang terus menyebabkan 76 pelanggaran ini terjadi adalah karena kekurangtajaman hukum atau aturan perundang-undangan yang mengatur hal ini. Dalam PBI Nomor 76PBI2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, penulis tidak menemukan adanya sanksi pidana bagi pelaku tindak pelanggaran perlindungan hukum data nasabah perseorangan. Sanksi yang dijelaskan dalam PBI Nomor 76PBI2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah tersebut hanya mencakup sanksi administratif bagi pelaku pelanggaran perlindungan data nasabah yang dilakukan oleh suatu perusahaan perbankan maupun oknum pegawai perusahaan perbankan. Hal ini menjadi kelemahan dari peraturan tersebut, karena sanksi pidana bagi perseorangan yang melanggar tidak disebutkan. Penulis melakukan studi lapangan dengan cara mewawancarai pihak Bank BNI terkait mekanisme perlindungan data nasabah. Dalam studi tersebut penulis menemukan bahwa beberapa pegawai Bank BNI tidak kooperatif dalam menjelaskan mengenai perlindungan data nasabah. Perlindungan data nasabah tersebut disebutkan dalam klausula formulir pembukaan rekening tabungan, namun tidak dijelaskan secara rinci oleh beberapa pegawai Bank BNI. Sehingga nasabah tidak mendapatkan kejelasan soal penggunaan data pribadinya oleh pihak bank tersebut. Penulis juga menemukan tidak adanya keefesiensian dari Bank BNI ketika terjadi pengaduan nasabah yang merasa data pribadinya telah sampai ke pihak 77 lain selain Bank BNI tanpa sepengatahuan nasabah itu sendiri. Karena pengaduan hal ini ditangani juga oleh seorang pegawai yang menjabat sebagai Customer Service. Dalam hal ini berarti nasabah tersebut mendapatkan pelayanan bersamaan dengan para nasabah yang baru akan membuka rekening tabungan, giro, deposito, dan lainnya. Jadi dalam hal model yang ideal untuk perlindungan hukum data pribadi nasabah seharusnya PBI Nomor 76PBI2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank Dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, memuat sanksi pidana bagi yang melakukan tindak pelanggaran perlindungan data pribadi nasabah. Dalam PBI tersebut paling tidak juga dijelaskan mengenai sanksi admnistratif bagi bank yang tidak melakukan pengawasan terhadap beberapa pegawainya, yang tidak kooperatif dalam hal menjelaskan mengenai ketentuan perlindungan hukum nasabah, serta membuat suatu kebijakan bagi perusahaan bank untuk dapat membuat staff khusus yang menangani pengaduan perlihal pelanggaran hukum data pribadi nasabah. 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Setelah penulis melakukan penelitian, penulis menemukan bentuk pelanggaran hukum data pribadi nasabah perbankan yang banyak dilakukan oleh oknum pegawai bank itu sendiri tanpa sepengetahuan dan seizin nasabah yang bersangkutan. Selain itu bentuk pelanggaran hukum terhadap bocornya data pribadi nasabah juga dikarenakan oleh ulah oknum pegawai dari perusahaan yang terafiliasi dengan bank itu sendiri. 2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab bocornya data pribadi nasabah yaitu karena masih lemahnya struktur hukum di Indonesia, substansi hukum serta budaya hukum Indonesia yang juga masih lemah. 3. Setelah penulis melakukan studi lapangan ke PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk penulis menemukan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh bank tersebut yaitu selalu menerapkan setiap regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tersebut diterapkan dalam bentuk SOP Standard Operational Procedure maupun di dalam klausula-klausula produk PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk.