Latar Belakang Upaya Hukum Pemilik Barang Terhadap Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerugian Yang Dialami Akibat Tenggelamnya Kapal Pengirim Barang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran pelaku usaha ekspedisi selama ini dianggap sangat membantu dalam mempermudah pengiriman barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Pentingya untuk saling melengkapi satu sama lain, pelaku usaha ekspedisi muatan kapal muncul dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang timbul sejalan dengan perkembangan masyarakat dan semakin tingginya mobilitas, sehingga menjadikan pengangkutan itu sendiri sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat. Usaha ekspedisi kian bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas jasa pengiriman barang. Dapat dilihat, banyaknya masyarakat melakukan jual beli jarak jauh, antar provinsi ataupun antar negara, pesanan pengiriman barang melalui muatan kapal pun meningkat drastis. Dengan memperbaiki dan meningkat kan pelayanan usaha pengiriman barang laut, pelaku usaha ekspedisi saling bersaing untuk memuaskan konsumennya dan menjadi rekanan yang dapat dipercaya. Berdasarkan informasi PT Dataindo Inti Swakarsa perusahaan yang melakukan survei industri dan menerbitkannya dalam bentuk data dan informasi keuangan, penyebaran pasar industri ekspedisijasa pengiriman serta usaha titipan berdasarkan beberapa wilayah di Indonesia antara lain, Jakarta memiliki pangsa pasar sebanyak 36,8 , Jawa Barat memiliki pangsa pasar sebanyak 3,4 , Jawa Timur memiliki pangsa pasar sebanyak 23,2 , Jawa Tengah memiliki pangsa Universitas Sumatera Utara pasar sebanyak 6,1 , Sumatera memiliki pangsa pasar sebanyak 13,9 , Bali memiliki pangsa pasar sebanyak 5,2 , Sulawesi memiliki pangsa pasar sebanyak 3,8 , dan wilayah lainnya memiliki pangsa pasar sebesar 7,6. 2 Seperti yang diketahui saat ini, perkembangan jumlah perusahaan ekspedisi meningkat dengan pesat seiring kebutuhan masyarakat akan jasa pengiriman barang melalui pelaku usaha ekspedisi tersebut. Dalam tahun 2001 , jumlah perusahaan ekspedisi berjumlah 990 perusahaan. Kemudian pada tahun 2002 perusahaan ekspedisi meningkat dari 990 perusahaan menjadi 1.250 perusahaan. Kemudian jumlah tersebut bertambah lagi di tahun 2003 dari 1.250 perusahaan menjadi 1.391 perusahaan. Kemudian pada tahun 2004 terjadi peningkatan lagi dari 1.391 perusahaan menjadi 1.657 perusahaan. Dan pada tahun 2005 peningkatan jumlah perusahaan ekspedisi dari 1.657 menjadi 1.701 perusahaan. 3 Dalam perkembangan jumlah perusahaan ekspedisi yang meningkat drastis setiap tahunnya ternyata tidak menjamin omzet yang diterima oleh perusahaan industri tersebut. Perkembangan omzet industri perusahaan ekspedisi mengalami naik turun. Pada tahun 2001 , omzet perusaahan ekspedisi sebesar Rp 68,61 Triliun. Lalu pada tahun 2002, omzet perusahaan ekspedisi mengalami penurunan yang lumayan besar menjadi Rp 65,93 Triliun. Kemudian pada tahun 2003 omzet perusahaan ekspedisi kembali mengalami penurunan menjadi Rp 63.3 Triliun. Kemudian pada tahun 2004, omezet perusahaan ekspedisi mengalami 2 Majalah Bisnis dan Manajemen ‘Eksekutif’ 3 www.wartaekonomi.co.id Universitas Sumatera Utara sedikit penurunan menjadi Rp 62,94 Triliun. Kemudian pada tahun 2005, omzet perusahaan ekspedisi mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp 63,03 Triliun. 4 Gambar 1.1 Segmentasi Produk dan Jasa Industri Ekspedisi Sumber: wartaekonomi.co.id Para pelaku industri forwardingekspedisi biasanya terdiri dari kelompok Ekspedisi Muatan Kapal Laut EMKL, Ekspedisi Muatan Pesawat Udara EMPU, dan Ekspedisi Muatan Kereta Api EMKA, serta perusahaan freight forwarder. Pada 2005 ada 1.701 perusahaan yang bergerak di bisnis ini, atau bertambah 44 perusahaan dibandingkan pada tahun 2004. EMKL merupakan jasa ekspedisi yang paling banyak dimanfaatkan berbagai sektor industri di Indonesia. Porsi EMKL sekitar 50 dari total industri forwardingekspedisi, disusul EMPU 20, dan EMKA 20. Sisanya, 10, merupakan jasa freight forwarding. Dalam industri ekspedisi dan pengepakan ini terdapat 3 tiga jenis pasar yang saling berbeda, yakni general freight muatan umum, specialized freight muatan barang khusus, serta muatan angkutan udara, baik untuk pasar dalam 4 Ibid. Universitas Sumatera Utara negeri maupun luar negeri. Berdasarkan segmen pasar, maka pengguna utama jasa industri ekspedisi adalah industri manufaktur, industri grosir dan industri retail pengecer. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1.2 Segmentasi Pasar Utama Industri Ekspedisi Sumber: wartaekonomi.co.id Pihak yang menjalankan jasa pengiriman barang dikenal dengan ekspeditur. Ekspeditur atau di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut dengan UUPK disebut dengan pelaku usaha dimana pelaku usaha tersebut menjalankan kegiatan usahanya dengan melakukan pengiriman barang. Terkait dengan usaha ekspedisi muatan laut, pelaku usaha ekspedisi muatan kapal melaksanakan usahanya dalam mengantarkan barang ke tempat yang dituju tanpa harus memiliki kapal itu sendiri. Pelaku usaha ekspedisi muatan kapal bekerja sama dengan pemilik kapal, maka pelaksanaan pengiriman barang sudah dapat dilakukan. Sedikit membingungkan dalam bentuk hubungan hukumnnya, karena pemilik barang hanya berhubungan dengan pelaku usaha ekspedisi muatan kapal tidak dengan Universitas Sumatera Utara pemilik kapal. Walaupun demikian, usaha ekspedisi ini tetap laris dan diminati oleh masyarakat banyak. Adanya hubungan 3 tiga pihak antara pelaku usaha ekspedisi muatan laut, pemilik barang dengan pemilik kapal, kenyataannya menimbulkan masalah ketika kapal yang digunakan untuk mengantarkan barang mengalami hal yang tidak terduga hingga tenggelam. Kerugian yang muncul pastinya tidak sedikit dan pada akhirnya menimbulkan pertanyaan, pihak mana yang harus bertanggung jawab. Pemilik barang melakukan perjanjian dengan pelaku usaha ekspedisi muatan kapal, akan tetapi pemilik barang tidak tahu menahu akan keberadaan pemilik kapal dimana pemilik kapal ini muncul diakibatkan adanya hubungan antara pelaku usaha ekspedisi muatan kapal dengan pemilik kapal. Tenggelamnya kapal pastinya diakibatkan oleh sesuatu hal yang dapat berupa memang kelalain pihak pemilik kapal atau diluar dari kemampuan pemilik kapal. Hal ini sangat penting karena akan menunjukkan bentuk pertanggungjawaban atas timbulnya kerugian yang dialami oleh pemilik barang. Oleh karena itu pihak yang telah menimbulkan kerugian dapat tidak diminta pertanggungjawabannya apabila kerugian tersebut muncul diluar dari kuasanya. Terkait penjelasan singkat mengenai usaha ekspedisi hingga timbulnya kerugian akibat tenggelamnya kapal diatas, maka diangkatlah judul Upaya Hukum Pemilik Barang Terhadap Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut Atas Kerugian Akibat Tenggelamnya Kapal Pengirim Barang Ditinjau Dari Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 44 104

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN BARANG DAN JASA YANG TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIJANJIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 1

TANGGUNG JAWAD PELAKU USAHA TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN AKIBAT INFORMASI YANG TlDAKJELAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG No 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 1

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 14

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 37

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 4

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMBELIAN PERUMAHAN BERSUBSIDI DI PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 16