Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut, Pemilik Barang dan Pemilik Kapal

2. Penawaran dari pihak pengirim Apabila penawaran dilakukan oleh ekspeditur, maka ekspeditur menghubungi pengangkut atas nama pengirim barang. Kemudian pengirim barang menyerahkan barang pada ekspeditur untuk diangkut. Dari adanya perjanjian pengangkutan laut tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi pengangkut dan pengirim. Pengangkut mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari satu tempat ke ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mempunyai kewajiban untuk membayar angkutan. Antara pengangkut dan pengirim sama- sama saling mempunyai hak untuk melakukan penuntutan apabila salah satu pihak tidak memenuhi prestasi. 43

B. Hubungan Hukum antara Pelaku Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut, Pemilik Barang dan Pemilik Kapal

Pelaku usaha ekspedisi muatan kapal laut atau sering dsebut juga dengan ekspeditur adalah pihak yang menjalankan fungsinya sebagai tukang menyuruh orang mengangkut barang apabila pihak ekspeditur tidak memiliki alat pengangkut. Mengenai ekspeditur telah diatur dalam KUHDagang, Buku I, bab V bagian II Pasal 86 ayat 1 yang berbunyi “Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menyuruh orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan barang-barang dagangan dan barang-barang lainnya melalui daratan atau perairan”. 43 H.M.N Purwostjipto, Op.Cit. hal.2 Universitas Sumatera Utara Usaha mencarikan pengangkut yang baik dan cocok dengan barang yang akan diangkut, biasanya ekspeditur bertindak “atas nama sendiri”, walaupun untuk kepentingan dan atas tanggung jawab pengirim. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994 disebutkan bahwa : “Barang siapa membuat perjanjian charter kapal untuk orang lain, terikatlah dia untuk diri sendiri terhadap pihak lawannya, kecuali apabila pada waktu membuat perjanjian tersebut dia bertindak batas-batas kuasanya dan menyebutkan nama si pemberi kuasa yang bersangkutan”. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen , membagi 2 dua pihak saja yaitu konsumen dan pelaku usaha. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan sedangkan pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 44 Pemilik barang yang dalam hal ini memanfaatkan jasa dari ekspeditur sebaga pelaku usaha untuk melakukan pengiriman barang ke tempat tujuan yang diiginkan oleh pemilik barang sedangkan ekspeditur menjadi sebagai konsumen 44 Pasal 1 ayat 2 dan ayat 3 UUPK Universitas Sumatera Utara yang memanfaatkan jasa dari pemilik kapal untuk mengantarkan barang yang telah dipercayakan pemilik barang kepada ekspeditur. Hubungan hukum antara 3 tiga pihak ini pada prinsipnya memiliki batasan dimana 1 satu pihak hanya bertanggung jawab pada 1 satu pihak lainnya karena sesuai dengan perjanjian yang masing-masing mengikatnya. Pemilik barang melakukan perjanjian dengan ekspeditur, ekpeditur melakukan perjanjian dengan pemilik kapal untuk mengantarkan barang. Apabila barang dari pemilik barang rusak ataupun hilang maka pemilik barang meminta pertanggung jawaban kepada ekspeditur atas kehilangan ataupun kerusakan barang tersebut. Akan tetapi sesuai dengan peraturan yang ada, pemilik kapal lah yang bertanggungjawab akan hal itu. Pada kenyataannya sedikit kompleksitas hubungan antara ketiga belah pihak ini, karena di satu sisi pihak pertama hanya berhubungan dengan kedua, namun pihak ketiga sebagai pemilik kapal akan bertanggung jawab atas barang- barang yang rusak ataupun hilang padahal pihak ketiga tersebut tidak ada berhubungan atau melakukan perjanjian dengan pihak pertama. Kegiatan pengangkutan barang yang dilakukan oleh ekspeditur merupakan kegiatan perantara, berikut jenis perjanjian yang terbentuk dari perjanjian pengangkutan barang tersebut: 1. Perjanjian yang dibuat antara ekspeditur dengan pengirim tersebut dengan perjanjian ekspedisi yaitu perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut Universitas Sumatera Utara yang baik bagi si pengirim, sedangkan si pengirim mengikatkan diri untuk membayar provisi kepada ekspeditur. 2. Perjanjian antara ekspeditur atas nama pengirim dengan pengangkut disebut dengan perjanjian pengangkutan. Dari dua jenis perjanjian diatas, maka akan membentuk hubungan hukum ekspeditur sebagai berikut: 1. Sebagai pemegang kuasa Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas nama pengirim. Dengan demikian ketentuan-ketentuan tentang pemberian kuasa yang tercantum dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUHPerdata berlaku baginya 2. Sebagai komisioner Kalau ekspeditur berbuat melakukan perbuatan hukum atas namanya sendiri, maka diberlakukanlah kepadanya ketentuan-ketentuan hukum mengenai komisioner sebagai mana tercantum dalam Pasal 76 KUHD dan seterusnya 3. Sebagai penyimpan barang Sebelum ekspeditur dapat menentukan pengangkut yang memenuhi syarat, sering juga eskepditur terpaksa harus menyimpan dulu barang-barang pengirim di gudangnya. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya adalah ketentuan mengenai penyimapanan barang sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1694 KUHPerdata 4. Sebagai penyelenggara usaha Untuk melaksanakan tugasamanat pengirim, sering kali ekspeditur berurusan dengan pihak ketiga, seperti misalnya melaksanakan ketentuan-ketentuan Universitas Sumatera Utara tentang pengeluaran dan pemasukan barang-barang di pelabuhan, bea cukai dan lain-lain.

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 44 104

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN BARANG DAN JASA YANG TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIJANJIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 1

TANGGUNG JAWAD PELAKU USAHA TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN AKIBAT INFORMASI YANG TlDAKJELAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG No 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 1

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 14

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 37

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 4

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMBELIAN PERUMAHAN BERSUBSIDI DI PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 16