BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PEMAKAIAN JASA DARI
PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Perlindungan konsumen sebelum terbentuknya undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen didasarkan kepada kesalahan yang
terdapat pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melawan hukum dan kelalaian yang mengakibatkan wanrestasi berdasarkan ketentuan Pasal
1234 KUHPerdata. Kedua dasar tuntutan tersebut menempatkan unsur kesalahan dan itikad tidak baik dari produsen.
Pada prakteknya gugatan berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata belum mampu memberikan perlindungan yang maksimal bagi konsumen karena
tuntutan tersebut tetap mendasarkan pada tiga faktor yang menjadi titika lemah prinsip tanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata dari perspektif
kepentingan konsumen yaitu adanya unsur kesalahan, adanya hubungan kontrak dan beban pembuktian pada pihak konsumen.
A. Pengertian Perlindungan Konsumen
Kegiatan bisnis selalu menimbulkan saling membutuhkan antara pelaku usaha dan konsumen. Kepentingan pelaku usaha adalah memperoleh laba dari
transaksi dengan konsumen adalah memperoleh kepuasan melalui pemenuhan kebutuhannya terhadap produk tertentu. Dalam hubungan yang demikian sering
kali terdapat ketidaksetaraan antara keduanya. Konsumen biasanya berada dalam
Universitas Sumatera Utara
posisi yang lemah dan karenanya dapat menjadi sasaran eksploitasi dari pelaku usaha yang secara sosial dan ekonomi mempunyai posisi yang kuat. Dengan kata
lain, konsumen adalah pihak yang rentan diekspolitasi oleh pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Untuk melindungi atau memberdayakan konsumen diperlukan seperangkat aturan hukum, oleh karenanya diperlukan adanya campur tangan negara melalui
penetapan sistem perlindungan hukum terhadap konsumen. Berkaitan dengan itu ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Sesuai dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 1 disebutkan
bahwa ”perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.Adapun tujuan
dari perlindungan ko nsumen , antara lain: 1.
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa; 3.
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-hak sebagai konsumen;
Universitas Sumatera Utara
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum, keterbukaan informasi serta akses untuk memperoleh informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha, sehingga tumbuh sikap jujur dan
bertanggung jawab dalam oenyediaan barang danatau jasa yang berkualitas. Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang
memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen sedangkan hukum konsumen adalah
hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup
16
. Oleh karena itu pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:
17
1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung akses dan
informasi, serta menjamin kepastian hukum; 2.
Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha pada umumnya;
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yangmenipu
dan menyesatkan; 5.
Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.
16
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia edisi Revisi 2006, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006, hal. 11
17
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen: Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran, Nusa Media, Bandung, 2008, hal.8
Universitas Sumatera Utara
Kerangka umum tentang sendi-sendi pokok pengaturan perlindungan konsumen yaitu:
18
1. Kesederajatan antara konsumen dan pelaku usaha;
2. Konsumen mempunyai hak;
3. Pelaku usaha mempunyai kewajiban;
4. Pengaturan tentang perlindungan konsumen berkontribusi pada pembangunan
nasional; 5.
Perlindungan konsumen dalam iklim bisnis yang sehat; 6.
Keterbukaan dalam promosi barang atau jasa; 7.
Pemerintah perlu berperan aktif; 8.
Masyarakat juga perlu berperan serta; 9.
Perlindungan konsumen memerlukan terobosan hukum dalam berbagai bidang;
10. Konsep perlindungan konsumen memerlukan pembinaan sikap.
Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat pada Pasal 1 di atas sudah cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum” diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya
demi kepentingan perlindungan konsumen.
19
Meskipun undang-undang ini disebut sebagai undang-undang perlindungan konsumen, namun bukan berarti kepentingan pelaku usaha tidak ikut
18
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Visimedia, , 2008, hal. 5
19
Ahmadi Miru Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
menjadi perhatian, teristimewa karena keberadaan perekonomian nasional banyak ditentukan oleh para pelaku usaha.
Bahwa kunci pokok perlindungan konsumen adalah bahwa konsumen dan pengusaha produsen atau pengedar produk saling membutuhkan. Produksi tidak
ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan produk yang dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi gratis
bagi pengusaha.
20
Disamping terdapat tujuan perlindungan konsumen, terdapat pula lima asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
21
1. Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan 2.
Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipan seluruh rakyat bisa diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh hakbya dan melaksanakan kewajibannuya secara adil
3. Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
20
Abdul Halim Barkatulah, Op.Cit, hal, 47
21
Abdul Rahman R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, cetakan ke-5 Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hal. 210
Universitas Sumatera Utara
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan
5. Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha dan konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaran perlindungan konsumen serta negara
Di indonesia dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan konsumen adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat 1, Pasal 21 ayat 1, Pasal 21 ayat
1, Pasal 27 dan Pasal 23. 2.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen . 3.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak usaha tidak sehat.
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. 5.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Noor 235DJPDNVII2001
tentang Penangananan Pengaduan Konsumen yang dtiujukan kepada Seluruh Dinas Indag PropKabKota.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor
795DJPDNSE122005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen .
B. Ruang Lingkup Perlindungan Konsumen