Upaya Hukum Melalui Non-Litigasi

Ketika kedua pihak telah memutuskan untuk melakukan penyelesaian dengan jalan di luar pengadilan, nantinya ketika mereka akan pergi ke pengadilan pengadilan negeri tempat kedudukan konsumen untuk masalah yang sama, mereka hanya dapat mengajukan gugatan mereka di pengadilan jika penyelesaian melalui jalur non-litigasi gagal. Penyelesaian Sengketa Alternatif PSA menjadi salah satu pilihan penyelesaian sengketa berdasarkan pertimbangan bahwa penyelesaian perkara melalui jalur litigasi di Indonesia memiliki kecenderungan proses yang sangat formal, panjang, memakan waktu dan biaya yang mahal. Proses penyelesaian sengketa melalui Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM menurut UUPK dapat ditempuh dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase. Dalam prosesnya para pihak yang bersengketabermasalah bersepakat memilih cara penyelesaian tersebut. Hasil proses penyelesaiannya dituangkan dalam bentuk kesepakatan Agreement secara tertulis, yang wajib ditaati oleh kedua belah pihak dan peran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM hanya sebagai mediator, konsiliator dan arbiter. Penentuan butir-butir kesepakatan mengacu pada peraturan yang dimuat dalam UUPK serta undang-undang lainnya yang mendukung.

A. Upaya Hukum Melalui Non-Litigasi

1. Penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah institusi non struktural yang memiliki fungsi sebagai “institusi yang menyelesaikan Universitas Sumatera Utara permasalahan konsumen diluar pengadilan secara murah, cepat dan sederhana”. Badan ini sangat penting dibutuhkan di daerah dan kota di seluruh Indonesia. Anggota-anggotanya terdiri dari perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha. Dasar hukum penyelesaian sengketa melalui BPSK adalah Pasal 47 UUPK, yang menyatakan bahwa, penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Konsumen yang bermasalah terhadap produk yang dikonsumsi akan dapat memperoleh haknya secara lebih mudah dan efisien melalui peranan BPSK . Selain itu bisa juga menjadi sebuah akses untuk mendapatkan infomasi dan jaminan perlindungan hukum yang sejajar baik untuk konsumen maupun pelaku usaha. Dalam menangani dan mengatur permasalahan konsumen, BPSK memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan dari para pihak yang bersengketa. Tugas dan Wewenang BPSK menurut ketentuan UUPK: a. Pasal 49 ayat 1 UUPK menyatakan bahwa, pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.Menangani permasalahan konsumen melalui mediasi, konsiliasi atau arbitrasi; Juncto Bab II Tugas dan Wewenang BPSK; Kepmen No 350MPPKep122001 pada Pasal 2 Universitas Sumatera Utara b. Pasal 52 UUPK menyatakan bahwa, tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK meliputi: 1 Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. 2 Memberikan konsultasi perlindungan konsumen. 3 Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku. 4 Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam Undang-undang ini. 5 Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 6 Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen. 7 Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 8 Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini. 9 Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 10 Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan. Universitas Sumatera Utara 11 Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen. 12 Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen 13 Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini. Tugas dan Wewenang BPSK dalam menjatuhkan sanksi dinyatakan dalam Pasal 60 jo. Pasal 3 Bab II: Kepmen No 350MPPKep122001, antara lain: a. Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi admini stratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan ayat 3, Pasal 20, Pasal 25 dan Pasal 26 b. Sanksi administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. c. Tata cara penetapan sanksi administrative sebagaiman dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan. 2. Teknik Penyelesaian Sengketa a. Konsiliasi 1 BPSK membentuk sebuah badan sebagai pasif fasilitator. 2 Badan yang membiarkan yang bermasalah untuk menyelesaikan masalah mereka secara menyeluruh oleh mereka sendiri untuk bentuk dan jumlah kompensasi. 3 Ketika sebuah penyelesaian dicapai, itu akan dinyatakan sebagai persetujuan rekonsiliasi yang diperkuat oleh keputusan BPSK. Universitas Sumatera Utara 4 Penyelesaian dilaksanakan paling lama 21 hari kerja. b. Mediasi 1 BPSK membentuk sebuah fungsi badan sebagai fasilitator yang aktif untuk memberikan petunjuk, nasehat dan saran kepada yang bermasalah. 2 Badan ini membiarkan yang bermasalah menyelesaikan permasalahan mereka secara menyeluruh untuk bentuk dan jumlah kompensasinya. 3 Ketika sebuah penyelesaian dicapai, itu akan diletakkan pada persetujuan rekonsiliasi yang diperkuat oleh keputusan BPSK. 4 Penyelesaian dilaksanakan paling lama 21 hari kerja. c. Arbitrase 1 Yang bermasalah memilih BPSK sebagai arbiter dalam menyelesaikan masalah konsumen. 2 Kedua belah pihak seutuhnya membiarkan badan tersebut menyelesaikan permasalahan mereka. 3 BPSK membuat sebuah penyelesaian final yang mengikat. 4 Penyelesaian harus diselesaikan dalam jangka waktu 21 hari kerja paling lama. 5 Ketika kedua belah pihak tidak puas pada penyelesaian tersebut, kedua belah pihak dapat mengajukan keluhan kepada pengadilan negeri dalam 14 hari setelah penyelesaian di informasikan. Universitas Sumatera Utara

B. Upaya Hukum Melalui Litigas

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 44 104

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN BARANG DAN JASA YANG TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIJANJIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 1

TANGGUNG JAWAD PELAKU USAHA TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN AKIBAT INFORMASI YANG TlDAKJELAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG No 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 1

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 14

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 37

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 4

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PEMBELIAN PERUMAHAN BERSUBSIDI DI PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 16