ideologi, fanatisme agama, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan, gerilya, bahkan juga oleh pemerintah sebagai cara dan sarana menegakkan kekuasaannya.
Di Indonesia, terorisme pun sudah dikenal di awal kemerdekaan RI. Setidaknya, radikalisme gerakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia DITII di bawah pimpinan
Kartosuwiryo, menjadi embrio bagi berkembangnya kelompok-kelompok radikal yang menerapkan teror sebagai metode perjuangan.
II.5.2. Definisi Terorisme
Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere yang kurang lebih diartikan sebagai kegiatan atau tindakan yang dapat membuat pihak lain ketakutan Ezzat A. Fattah, 1997
dalam Hakim, 2004:9. Di masa Revolusi Perancis, sekitar tahun 1794, juga dikenal kata Le Terreur yang
berasal dari bahasa Perancis. Kata tersebut pada awalnya dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan rezim hasil Revolusi Perancis terhadap para pembangkang
yang diposisikan sebagai musuh negara. Teror yang dikembangkan oleh pemerintahan pasca Revolusi Perancis adalah dengan cara menghukum mati para pegiat anti-pemerintah, dengan
memenggal kepala korban di bawah tiang penggal guillotin. Sejak itulah kata teror masuk dalam khasanah bahasa-bahasa di Eropa.
Definisi terorisme sendiri sampai saat ini masih menimbulkan silang pendapat. Kompleksitas masalah yang terkait dengan tindakan terorisme, mengakibatkan pengertian
terorisme itu sendiri masih diinterpretasikan dan dipahami secara berbeda-beda. Walter Laqueur 1999, mengkaji setidaknya lebih dari seratus definisi terorisme. Kajian Laqueur
menyimpulkan ada unsur-unsur yang signifikan dari definisi terorisme yang dirumuskan berbagai kalangan, yaitu terorisme memiliki ciri utama digunakannya ancaman kekerasan dan
tindak kekerasan. Selain itu, terorisme umumnya didorong oleh motivasi politik, dan dapat juga karena adanya fanatisme keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks Indonesia, bisa saja gerakan-gerakan perlawanan yang menuntut kemerdekaan di Aceh dan Papua, seperti Gerakan Aceh Merdeka GAM dan Organisasi
Papua Merdeka OPM, atau gerakan Darul IslamTentara Islam Indonesia DITII di awal kemerdekaan, dapat dikategorikan sebagai terorisme. Karena faktanya menunjukkan gerakan-
gerakan itu menggunakan metoda teror yang berupa ancaman kekerasan dan tindak kekerasan, sebagaimana didiskripsikan oleh Laqueur.
Silang pendapat mengenai definisi terorisme, sejatinya telah mendorong badan dunia seperti Perserikatan Bangsa Bangsa PBB untuk berusaha merumuskan pengertian terorisme.
Pada tahun 1972, PBB membentuk Ad Hoc Committee on Terorism. Namun, setelah tujuh tahun komite Ad Hoc PBB yangg menangani terorisme ini bersidang, akhirnya juga gagal
merumuskan definisi terorisme. Pangkal utama tidak disepakatinya definisi terorisme karena beragam dan berbedanya pandangan negara-negara anggota PBB di satu sisi, dan
bervariasinya pendapat para pakar hukum internasional mengenai terorisme. Di Indonesia sendiri, sejak aksi-aksi teror merebak pasca pemerintahan Orde Baru
dengan klimaks peristiwa pemboman di Bali, pengertian terorisme ramai diperdebatkan publik. Adalah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang disangkakan sebagai teroris, karena disebut-
sebut sebagai tokoh Jamaah Islamiyah dan memiliki hubungan dengan Umar Al-Faruq, memiliki persepsi sendiri mengenai terorisme. Jamaah Islamiyah JI adalah kelompok Islam
yang oleh pemerintah Malaysia dan Singapura diberi label “radikal”, dan ditenggarai sebagai jaringan Al Qaeda di Asia Tenggara. Sedangkan Umar Al-Faruq adalah orang yang
diidentifikasi oleh CIA salah satu pimpinan Al Qaeda di Asia tenggara.
Universitas Sumatera Utara
Stimulus
Respon
Organisme : -
Perhatian -
Pengertian -
Penerimaan
II.6. Teori S-O-R