Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep Model Teoritis Operasionalisasi Variabel

tanggapan maupun sikap terhadap berita tersebut. Dengan adanya penonton yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti usia, jenis kelamin maupun tingkat pendidikan, memunculkan ketertarikan peneliti untuk melihat fenomena yang terjadi akibat berita terorisme tersebut. TV One yang dipilih oleh peneliti sebagai perwakilan media televisi yang menayangkan berita terorisme dianggap sebagai saluran media televisi yang mampu memenuhi kebutuhan informasi akan suatu berita yang terdepan dalam mengabarkannya. Dalam penyajian berita, TV One dapat menayangkannya secara langsung dari tempat kejadian perkara dimana pun dan kapan pun kejadian tersebut berlangsung. Lokasi penelitian yang peneliti anggap mampu meneliti permasalahan yang ingin diteliti adalah SMA Al-azhar Medan. Penelitian lokasi ini berdasarkan kesesuaian dengan judul yang peneliti angkat. Dimana peneliti ingin mengetahui akan sikap remaja muslim pada sekolah menengah umum yang ada di kota Medan. SMA Al-azhar merupakan salah satu sekolah menengah umum yang tidak hanya diutamakan menguasai ilmu dan teknologi tapi yang paling utama harus dibekali akhlak dan taqwa. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh berita terorisme di TV One terhadap sikap remaja muslim di SMA Al-Azhar Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmanakah berita terorisme di TV One mempengaruhi sikap remaja muslim di SMA Al-Azhar Medan” Universitas Sumatera Utara

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian mengenai berita terorisme hanya dibatasi pada lembaga penyiaran swasta TV One, karena lembaga penyiaran televisi swasta ini cukup representatif di dalam menyajikan berita-berita mengenai permasalahan terorisme. 2. Objek penelitian yang dipilih adalah siswa SMA Al-azhar Medan, dengan alasan lokasi penelitian dengan tempat tinggal penulis secara geografis cukup ideal sehingga penelitian ini dapat dilakukan. 3. Unit analisis penelitian ditetapkan siswasiswi kelas 1 dan 2 di SMA Al-azhar Medan tahun ajaran 20092010. 4. Penelitian ini layak dilakukan dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan alasan ketersediaan dana, dukungan data yang memadai atau mencukupi. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mencari hubungan pengaruh antara berita terorisme di TV One terhadap sikap remaja muslim di SMA Al-Azhar Medan. 2. Untuk mengetahui sikap remaja muslim di SMA Al-Azhar Medan terhadap pemberitaan terorisme di TV One. 3. Untuk mengetahui tanggapan remaja muslim di SMA Al-Azhar Medan setelah menonton berita terorisme di TV One. Universitas Sumatera Utara

I.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Secara Akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya jurusan ilmu komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya di bidang komunikasi massa. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis.

I.5. Kerangka Teori

Untuk memecahkan suatu masalah dengan jelas dan sisitematis, dibutuhkan teori-teori sebagai landasan dan kerangka berpikir. Teori berguna sebagai pendukung pemecahan masalah. Menurut Kerlinger dalam Rakhmat, 2007:6, teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah pengertian berita, nilai berita, syarat berita, televisi sebagai media penyiaran, terorisme, teori S-O-R dan sikap.

I.5.1. Pengertian Berita

Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan dalam bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan, saat berita dilaporkan Universitas Sumatera Utara oleh wartawan laporan tersebut maka akan menjadi faktaide terkini yang dipilih secara sengaja oleh redaksi pemberitaan atau media untuk disiarkan dengan anggapan bahwa berita yang terpilih dapat menarik khalayak banyak karena mengandung unsur-unsur berita. Stasiun televisi biasanya memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita ada dalam masyarakat, baik yang melek huruf maupun yang buta huruf http:id.wikipedia.orgwikiBerita. Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa belum ada definisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya. Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting, dan bermakna significant, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Defenisi berita tersebut mengandung unsur-unsur yang : a. baru dan penting, b. bermakna dan berpengaruh, c. menyangkut hidup orang banyak, d. relevan dan menarik.

I.5.2. Nilai Berita

Nilai berita news value merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi reporter. Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana Universitas Sumatera Utara peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu diliput dan harus dilupakan. Ada sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita, di antaranya adalah :

1. Keluarbiasaan unusualness

2. Kebaruan newness

3. Akibat impact

4. Aktual timeliness

5. Kedekatan proximity

6. Informasi information

7. Konflik conflict

8. Orang Penting prominence 9. Ketertarikan Manusiawi human interest 10. Kejutan surprising

11. Seks sex

I.5.3. Syarat Berita

Wartawan atau reporter tugasnya sama, mencari informasi yang menarik dan akhirnya dapat ditulis menjadi sebuah berita. Tidak mungkin bagus tulisan seorang wartawan atau sebuah reportase yang disampaikan reporter bila dia tidak mengerti sama sekali tentang persoalan yang diinformasikannya. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diketahui oleh wartawan atau reporter dalam menulis berita, salah satunya adalah syarat berita. Dapat diketahui bahwa syarat berita harus : a. Fakta b. Obyektif Universitas Sumatera Utara c. Berimbang d. Lengkap e. Akurat

I.5.4. Televisi Sebagai Media Penyiaran

Pada tahun 1952, muncul gagasan untuk mendirikan stasiun televisi di Indonesia. Meskipun jumlah pesawat televisi saat itu masih belum banyak namun sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1962 berhasil didirikannya Televisi Republik Indonesia TVRI. Ada tiga pemikiran yang menjadi dasar berdirinya TVRI. Pertama, secara politis akan menguntungkan pemerintah dalam hal kampanye pemilu. Kedua, dapat membentuk rasa persatuan bangsa Indonesia. Ketiga, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern dengan adanya stasiun televisi. Kemudian pemerintahan orde lama pun berakhir dan digantikan oleh pemerintahan orde baru. Pada pemerintahan ini TVRI memiliki tiga tujuan utama yaitu memajukan kesatuan dan persatuan nasional, memajukan stabilitas nasional dan memajukan stabilitas politik. Dan pada akhir tahun 1980-an, masyarakat mulai jenuh terhadap tayangan TVRI. Hal ini ditangkap oleh beberapa pengusaha yang kemudian mendirikan beberapa stasiun televisi swasta. Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya, bahkan di antara sesama media penyiaran, misalnya antara radio dan televisi, terdapat berbagai perbedaan sifat. Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebagai media massa elektronik, tetapi mempunyai ciri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan media massa cetak seperti surat kabar dan majalah. Media cetak dapat dibaca kapan saja tetapi televisi hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang. Universitas Sumatera Utara Televisi dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Artinya, siaran dari suatu media televisi dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya menguasai ruang tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali tidak menguasai waktu. Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat diikuti secara audio dan visual suara dan gambar secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat, maka siaran televisi tidak dapat memuaskan semua lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat membuat kagum dan memukau sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu program mungkin disukai oleh kelompok masyarakat terdidik, namun program itu akan ditinggalkan oeh sekelompok masyarakat lainnya.

I.5.5. Terorisme

Terorisme pada dasarnya merupakan suatu gejala kekerasan yang berkembang sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri. Terorisme sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, ditengarai telah ada sejak zaman Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan pada abad pertengahan. Terorisme secara klasik diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan untuk menciptakan rasa takut dalam masyarakat. Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere yang kurang lebih diartikan sebagai kegiatan atau tindakan yang dapat membuat pihak lain ketakutan. Di masa Revolusi Perancis, sekitar tahun 1794 kata teror juga dikenal sebagai kata Le Terreur. Yang pada awalnya kata tersebut dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan rezim hasil Revolusi Perancis terhadap para pembangkang yang diposisikan sebagai musuh negara. Teror yang dikembangkan oleh pemerintahan pasca Revolusi Perancis adalah dengan cara menghukum Universitas Sumatera Utara Stimulus Respon Organisme : - Perhatian - Pengertian - Penerimaan mati para pegiat anti-pemerintah, dengan memenggal kepala korban di bawah tiang penggal guillotin. Sejak itulah kata teror masuk dalam khasanah bahasa-bahasa di Eropa. Definisi terorisme sendiri sampai saat ini masih menimbulkan silang pendapat. Kompleksitas masalah yang terkait dengan tindakan terorisme, mengakibatkan pengertian terorisme itu sendiri masih diinterpretasikan dan dipahami secara berbeda-beda.

I.5.6. Teori S-O-R

Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus – Respon, akan tetapi kemudian De Fleur menambahkan organisme dalam bagiannya hingga menjadi model S-O-R Stimulus-Organisme-Respon. Teori ini dilandasi oleh suatu tanggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah : a. Pesan Stimulus b. Penerima Organisme c. Efek Respon Model ini dirumuskan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa respon ataupun perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada organisme dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila organisme memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya, sampai pada proses organisme tersebut memikirkannya hingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.

I.5.7 Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Manusia tidak dilahirkan dengan sikap tertentu. Sikap dibentuk sepanjang perkembangannya. Peranan sikap di dalam kehidupan manusia sangat besar sebab jika sudah terbentuk pada manusia ia akan turut menentukan cara manusia bertingkah laku terhadap objek-objek sikapnya. Sikap individual dimiliki oleh seseorang, bukan pada sekelompok orang. Interpretasi ini melahirkan pendiriansikap attitude seseorang yaitu apa yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap mempunyai tiga komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal sebagai A Affect ; perasaanemosi – B behavior ; perilaku – C Cognition ; pengertiankeyakinan. Universitas Sumatera Utara

I.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang mendasari penelitian ini, selanjutnya disusun oleh suatu kerangka konsep yang didalamnya terdapat variabel-variabel dan indikator yang tujuannya menjelaskan masalah penelitian. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu : 1. Variabel Bebas X, merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. - Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berita terorisme di TV One 2. Variabel Terikat Y, merupakan variabel yang memberikan reaksirespon jika dihubungkan dengan variabel bebas. - Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap remaja muslim

I.7. Model Teoritis

Gambar 1. Model Teoritis

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang ada diatas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu : Variabel X Berita terorisme di TV One Variabel Y Sikap Remaja Muslim Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Variabel Operasional Variabel Teori Variabel Operasional - Bentuk penyajian Variabel Bebas X Berita terorisme di TV One Karakteristik Responden - Gaya bahasa - Kejelasan isi berita - Frekuensi penayangan - Narasumber - Presenter - Wawancara - Usia - Jenis Kelamin Komponen Sikap : Variabel Terikat Y Sikap Remaja Muslim • Komponen kognitif - Perhatian - Kepedulian - Pengetahuan - Keyakinan • Komponen afektif - Sikap suka atau tidak terhadap berita terorisme - Mendukung atau tidak mendukung berita terorisme • Komponen behavior - Takut atau tidak takut terhadap terorisme Universitas Sumatera Utara

I.9. Definisi Operasional

Dokumen yang terkait

Majalah Gogirl! Dan sikap remaja (Studi Korelasional Pengaruh Rubrik Feature Majalah Gogirl! terhadap Sikap Remaja Putri di SMA Swasta Harapan I Medan)

0 45 119

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja dalam Menghadapi Sindrom Premenstruasi di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010

3 59 57

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

Sikap Ideal Remaja Muslim Dalam Prespektif Al-Qur'an

0 3 2

PENGARUH TERPAAN BERITA TERORISME DI TELEVISI TERHADAP PEMAHAMAN TENTANG PENGARUH TERPAAN BERITA TERORISME DI TELEVISI TERHADAP PEMAHAMAN TENTANG JIHAD PADA SISWA SMAN 3 YOGYAKARTA (Studi Kuantitatif Mengenai Pengaruh Terpaan Berita Terorisme di Televis

0 6 15

HUBUNGAN TERPAAN SINETRON REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJA DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Sinetron Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya).

1 3 79

SIKAP MASYARAKAT MUSLIM PELAKU YOGA DI SURABAYA TENTANG BERITA FATWA MUI HARAMKAN YOGA.

0 0 9

PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP BERITA ISLAMI DI TELEVISI : STUDI PADA MASYARAKAT MUSLIM KOTA SURABAYA PEMIRSA BERITA ISLAMI MASA KINI DI TRANS TV.

0 0 56

HUBUNGAN TERPAAN SINETRON REMAJA DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PERGAULAN BEBAS REMAJA DI SURABAYA (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Sinetron Remaja Dengan Sikap Remaja Terhadap Pergaulan Bebas Remaja di Surabaya)

0 3 18