Televisi dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang.
Artinya, siaran dari suatu media televisi dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya menguasai ruang tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali tidak menguasai
waktu. Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat diikuti secara audio dan visual suara
dan gambar secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat, maka siaran televisi tidak dapat memuaskan semua lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat membuat kagum dan
memukau sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu program mungkin disukai oleh kelompok
masyarakat terdidik, namun program itu akan ditinggalkan oeh sekelompok masyarakat lainnya.
I.5.5. Terorisme
Terorisme pada dasarnya merupakan suatu gejala kekerasan yang berkembang sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri. Terorisme sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan,
ditengarai telah ada sejak zaman Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan pada abad pertengahan. Terorisme secara klasik diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan
untuk menciptakan rasa takut dalam masyarakat. Kata teror berasal dari bahasa latin yaitu terrere yang kurang lebih diartikan sebagai
kegiatan atau tindakan yang dapat membuat pihak lain ketakutan. Di masa Revolusi Perancis, sekitar tahun 1794 kata teror juga dikenal sebagai kata Le Terreur. Yang pada awalnya kata
tersebut dipergunakan untuk menyebut tindak kekerasan yang dilakukan rezim hasil Revolusi Perancis terhadap para pembangkang yang diposisikan sebagai musuh negara. Teror yang
dikembangkan oleh pemerintahan pasca Revolusi Perancis adalah dengan cara menghukum
Universitas Sumatera Utara
Stimulus
Respon
Organisme : -
Perhatian -
Pengertian -
Penerimaan mati para pegiat anti-pemerintah, dengan memenggal kepala korban di bawah tiang penggal
guillotin. Sejak itulah kata teror masuk dalam khasanah bahasa-bahasa di Eropa. Definisi terorisme sendiri sampai saat ini masih menimbulkan silang pendapat.
Kompleksitas masalah yang terkait dengan tindakan terorisme, mengakibatkan pengertian terorisme itu sendiri masih diinterpretasikan dan dipahami secara berbeda-beda.
I.5.6. Teori S-O-R
Pada awalnya model ini dikenal sebagai model Stimulus – Respon, akan tetapi kemudian De Fleur menambahkan organisme dalam bagiannya hingga menjadi model S-O-R
Stimulus-Organisme-Respon. Teori ini dilandasi oleh suatu tanggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku
tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah : a.
Pesan Stimulus b.
Penerima Organisme c.
Efek Respon Model ini dirumuskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa respon ataupun perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada
organisme dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila organisme memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya,
sampai pada proses organisme tersebut memikirkannya hingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.
I.5.7 Sikap