Baru di Kota Medan. Ini adalah untuk memberikan gambaran rencana pemenuhan kebutuhan bahan pokok dalam menghadapi hari –hari besar serta
menganalisa permasalahan yang timbul, sehingga dapat diupayakan langkah- langkah antisipasi untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan sesuai
dengan kemampuan daya beli masyarakat.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana ketersediaan pangan pada HBKN di kota Medan tahun 2010
telur ayam, beras, daging ayam, daging sapi, gula pasir, cabe merah,
minyak goreng, bawang merah dan kacang tanah ?
2. Berapa jumlah konsumsi pangan telur, beras, daging ayam, daging sapi,
gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng pada
HBKN di Kota Medan?
3. Bagaimana perubahan harga telur, beras, daging ayam, daging sapi, gula,
cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng pada HBKN
di Kota Medan?
4. Bagaimana analisis prediksi ketersediaan dan harga pangan telur, beras,
daging ayam, daging sapi, gula, cabe merah, kacang tanah, minyak goreng
dan bawang merah HBKN di kota medan tahun 2012? 1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ketersediaan pangan pada HBKN di ketersediaan
pangan pada HBKN di kota Medan tahun 2010 telur ayam, beras, daging
ayam, daging sapi, gula pasir, cabe merah, minyak goreng, bawang merah
dan kacang tanah 2.
Untuk mengetahui jumlah konsumsi pangan telur, beras, daging ayam,
daging sapi, gula, cabe merah, bawang merah, minyak goreng dan kacang
tanah pada HBKN di Kota Medan 3.
Untuk mengetahui perubahan harga telur, beras, daging ayam, daging sapi,
gula, cabe merah, bawang merah, kacang tanah dan minyak goreng pada
HBKN di Kota Medan. 4.
Prognosa ketersediaan dan harga pangan telur, beras, daging ayam,
daging sapi, gula, cabe merah, kacang tanah, bawang merah, minyak
goreng pada HBKN di Kota Medan 2012 1.4.Kegunaaan Penelitian
2. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. 3.
Menjadi bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2. 1 Tinjauan Pustaka
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau
pembuatan makanan dan minuman BKP, 2010.
Pangan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok yakni : 1
Padi- padian; terdiri dari beras, jagung, terigu 2
Makanan berpati atau umbi- umbian; terdiri dari kentang, wortel, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan umbi- umbian lain
3 Pangan hewani dan tumbuhan; terdiri dari ikan, daging, susu, telur
4 Minyak dan lemak; terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak kelapa
sawit dan margarine 5
Buah dan biji berminyak; terdiri dari kelapa, kemiri, kenari, mete, dan coklat 6
Kacang- kacang lainnya; terdiri dari kacang tanah, kacang hijau, tahu dan tempe
7 Gula; terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya
8 Sayur dan buah; adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi
9 Lain- lain; terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman beralkohol.
BKP, 2010.
2.1.1 Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah
dan mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Dengan pengertian tersebut, ketahanan pangan dapat diartikan lebih lanjut :
1. Terpenuhinya pangan yang diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas
yaitu mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. 2.
Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan bendazat lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta aman dari kaidah agama.
3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dapat diartikan pangan
harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. 4.
Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh oleh setiap rumah tangga dengan harga yang terjangkau
Suryana, 2003 Ketahanan pangan merupakan suatu wujud dimana masyarakat mempunyai
pangan yang cukup di tingkat wilayah dan juga di masing-masing rumah tangga, serta mampu mengakses pangan dengan cukup untuk semua anggota keluarganya,
sehingga mereka dapat hidup sehat dan bekerja secara produktif. Ada dua prinsip yang terkandung dalam ketahanan pangan, yaitu tersedianya pangan yang cukup
dan kemampuan rumah tangga untuk mengakses pangan Soemarno, 2010.
Rumah tangga dalam konteks ini adalah semua rumah tangga masyarakat baik rumah tangga petani maupun rumah tangga non-petani. Ketahanan pangan
mensyaratkan bahwa setiap rumah tangga dapat mengkonsumsi pangan secara cukup. Standar kecukupan dalam mengkonsumsi sekitar 2000 kilokalori dan
ketersediaan 2.500 kilokalori. Standar kecukupan pangan dinyatakan dalam satuan kalori dan protein akan terus direvisi standarnya; sedangkan pola pangan
harapan merupakan kombinasi konsumsi kalau dinilai dengan skor 100 berarti sudah cukup beragam dalam mengkonsumsi bahan-bahan sumber karbohidrat,
protein, vitamin, mineral, dst Soemarno, 2010. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang terintregasi
pada ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dan interaksi dari ketiga subsistem tersebut
Suryana, 2003.
2.1.2 Ketersediaan Pangan
Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, dengan pertambahan jumlah penduduk 1,6 persen per tahun, membutuhkan ketersediaan pangan yang
cukup besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk memenuhinya. Beberapa masalah kunci dalam mencukupi ketersediaan
pangan adalah : 1.
Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh
berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian; semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian;
fenomena iklim yang semakin tidak menentu karena pengaruh global warming
2. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan
teknologi tepat guna menyebabkan tingkat produktifitas usaha tani relatif stagnan.
3. Dalam era perdagangan global, peluang impor pangan telah terbuka untuk
umum. Disamping menguras devisa Negara yang terbatas, impor menambah ketatnya persaingan produk – produk petani kita di pasar
domestik Suryana, 2003
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga yang dipakai dalam pengukuran mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Penentuan jangka waktu ketersediaan pangan di pedesaan biasanya mempertimbangkan jarak waktu antara
musim tanam dengan musim tanam berikutnya. Perbedaan jenis makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat berimplikasi pada penggunaan ukuran yang berbeda,
misalnya: A.
Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, dapat digunakan nilai 240 hari sebagai batas untuk menentukan
apakah suatu rumah tangga memiliki persediaan makanan pokok cukuptidak cukup. Penetapan nilai ini didasarkan pada panen padi yang
dapat dilakukan selama tiga kali dalam dua tahun. B.
Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok, dapat digunakan batas waktu selama 365 hari sebagai ukuran untuk
menentukan apakan rumah tangga mempunyai ketersediaan pangan cukuptidak cukup. Hal ini didasarkan pada masa panen jagung satu kali
dalam setahun Soemarno, 2010. Ketersediaan pangan dapat diukur dengan menggunakan setara beras sebagai
makanan pokok: 1.
Jika persediaan pangan rumah tangga mencukupi selama 240 hari, berarti pesediaan pangan rumah tangga cukup
2. Jika persediaan pangan rumah tangga hanya mencukupi selama 1 - 239
hari, berarti pesediaan pangan rumah tangga kurang cukup 3.
Jika rumah tangga tidak punya persediaan pangan, berarti pesediaan pangan rumah tangga tidak cukup.
Soemarno, 2010.
2.1.3 Konsumsi Pangan
Tingkat konsumsi pangan penduduk berkaitan dengan perilaku konsumsi masyarakat. Berbagai masalah yang dihadapi dalam konsumsi pangan adalah :
1. Penduduk yang cukup besar, sekitar 204 juta jiwa dengan konsentrasi
pangan pokok beras, pada saat ini membutuhkan sekitar 28 ton beras. Dengan penduduk yang terus bertambah beban penyediaan beras untuk
memenuhi permintaan yang meningkat akan semakin bertambah berat, terutama dalam kondisi semakin terbatasnya sumber daya alam sebagai
basis produksi. 2.
Kebijakan pengembangan pangan yang terfokus pada beras telah mengabaikan potensi sumber-sumber pangan karbohidrat lainnya, dan
lambatnya pengembangan usaha penyediaan bahan pangan sumber protein
seperti serelia, daging, susu, telur serta sumber zat gizi mikro yaitu sayuran dan buah-buahan. Karena itu, sampai saat ini sumber protein
nabatipun masih didominasi berasal dari beras. 3.
Teknologi pengolahan pangan lokal di masyarakat kurang berkembang dibandingkan teknologi produksi dan kurang bisa mengimbangi semakin
membanjirnya produk pangan olahan yang berasal dari pangan impor. Makanan cepat saji yang menggunakan bahan impor dan kurang
menggunakan bahan pangan lokal telah menjadi bagian perilaku sebagian masyarakat di berbagai kota besar dan cenderung semakin meningkat.
4. Masyarakat pada daerah – daerah tertentu masih mengalami kerawanan
pangan secara berulang kronis pada musim paceklik, demikian pula sering terjadi kerawanan pangan mendadak pada daerah –daerah yang
terkena bencana. Kerawanan kronis disebabkan karena terbatasnya kemampuan produksi serta sumber pendapatan yang dibutuhkan untuk
menopang kebutuhan rumah tangganya. Suryana, 2003.
2.1.4 Kebijaksanaan Harga pada Hari Besar Keagamaan Nasional
Kebijaksanaan harga merupakan instrument harga pada dari kebijaksanaan pangan. Secara garis besar, sasaran kebijaksanaan harga dapat digolongkan ke
dalam tiga aspek sebagai berikut : a melindungi produsen dari kemorosotan harga pasar bagi produk yang dihasilkannya; b melindungi konsumen dari kenaikan
harga eceran yang melebihi daya beli, dan c mengendalikan inflasi melalui stabilitas harga Suryana dkk, 1990.
Pemantauan harga yang akurat dan tepat waktu akan membantu pemerintah dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesegera
mungkin. Adanya hubungan yang sangat erat antara harga yang diterima petani dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan produksi secara makro, maka
pemantauan harga akan sangat menentukan keberhasilan program peningkatan produksi dalam negeri serta tidak menurunkan harga di tingkat petani
Mahpudin, 2011. Peningkatan produksi pertanian yang cukup signifikan telah menimbulkan
berbagai masalah di bidang pemasarannya, sehingga diperlukan penanganan secara khusus untuk menjamin harga jual komoditas sehingga terjadinya
kesinambungan di dalam peningkatan produksi Mahpudin, 2011. Menjelang HBKN, seperti Lebaran, Puasa, Natal dan Tahun Baru terjadi
gejolak harga yang ditandai dengan naiknya permintaan pangan sesaat yang mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan. Agar tidak terjadi spekulasi yang
terlalu besar, perlu diantisipasi penyediaan bahan pangan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang. Pada umumnya
harga yang mengalami perubahan yang signifikan adalah kebutuhan pangan pokok yang strategis yaitu pangan tertentu yang terkait dengan kepentingan
sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Komoditas pangan yang strategis tersebut meliputi : beras, gula, daging, telur,
minyak goreng dan buah serta sayuran. Komoditas tersebut di atas setiap waktu dapat mengalami fluktuasi harga terutama pada saat hari-hari besar keagamaan
dan nasional, panen dan paceklik serta Mahpudin, 2011.
2.2 Landasan Teori
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak dioalah yang diperuntukkan sebagai tambahan
pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan dan minuman BKP, 2010.
Menurut Bustanul Arifin 2005 ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad
milenium ini. Apabila melihat Penjelasan PP 682002 tersebut, upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumber daya
pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik
dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin
agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem
konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan
kehalalannya. Situasi ketahanan pangan di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh: a jumlah penduduk rawan pangan tingkat
konsumsi 90 dari rekomendasi 2.000 kkalkaphari dan sangat rawan pangan tingkat konsumsi 70 dari rekomendasi masih cukup besar, yaitu masing-
masing 36,85 juta dan 15,48 juta jiwa untuk tahun 2002; b anak-anak balita
kurang gizi masih cukup besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 Ali Khomsan, 2008.
Dikatakan suatu daerah atau suatu rumah tangga dikatakan tidak mengalami rawan pangan adalah ketika ketersediaan pangan yang dilihat dari
produksi pengadaan atau distribusi pangan mudah di akses oleh rumah tangga atau individu sesuai dengan daya beli rumah tangga. Ketika barang atau pangan
tersedia tetapi daya beli masyarakat, rumah tangga dan individu tidak mendukung akan terjadi kerawanan pangan.
Gambar 2. 1. Bagan Ketahanan Pangan
Ketersediaan pangan merupakan salah satu subsistem utama dalam sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah pangan yang tersedia di
suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi dalam negeri, atau daerah, pemasokan dari luar negeri atau luar daerah, dan cadangan
yang dimiliki Negara atau daerah bersangkutan BKP, 2010. Ketersediaan pangan pada HBKN di Kota Medan dalam keadaan
mencukupi bahkan surplus dari kebutuhan. Meskipun harga sudah ada yang
Ketahanan Pangan
Ketersediaan
Akses Pangandaya beli RTIndividu
Produksi Pengadaan
Distribusi
Harga
Tersedia Vs Daya Beli
Kerawanan Pangan
mengalamii kenaikan yakni berkisar 5-7, namun masih dapat ditolerir karena ketersediaan banyak di lapangan BKP, 2011
Ketersediaan untuk dikonsumsi adalah produksi dalam negeri komoditas pangan dikurangi dengan kebutuhan untuk pakan ternak, dikurangi dengan
kebutuhan untuk benihbibit untuk kesinambungan hasil produksi berikutnya, dikurangi dengan tercecer. Dimana ketersediaan untuk dikonsumsi tidaklah sama
maknanya dengan jumlah stok ketersediaan pangan BKP, 2010. Pada HBKN kenaikan permintaan pangan pasti akan terjadi. Lonjakan
permintaan pangan ini sering terjadi karena budaya mudik kumpul bersama pada HBKN, seringnya menyuguhkan tamu dengan berbagai makanan dan juga
antisipasi setelah HBKN Stok.
Gambar 2. 2. Bagan Kenaikan Permintaan Pangan
Pada HBKN di kota Medan harga pangan pokok dan strategis cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan permintaan pangan yang meningkat dengan
Penyebab Kenaikan Permintaan Pangan
1. Budaya Mudik kumpul bersama pada saat HBKN
2. Seringnya menyuguhkan tamu berbagai makanan
3. Antisipasi setelah HBKN stok
beberapa alasan – alasan tertentu. Dan dilihat juga dari ketersediaan pangannya di pasaran.
Pada prinsipnya ilmu ekonomi mempelajari perilaku manusia. Secara sederhana, perilaku yang dipelajari difokuskan pada perilaku ekonomi, misalnya
perilaku konsumsi, produksi, membeli suatu barang, keputusan bekerja dan sebagainya Sugiyanto, 1994.
Perilaku ekonomi manusia bersifat kompleks. Maksudnya, terdapat banyak hal atau faktor yang menjadi pertimbangan sebelum seseorang
memutuskan sesuatu. Didalam penelitian ekonomi, tentu tidak semua aspek yang mempengaruhi keputusan seseorang diamati. Bentuk sederhana dari realita di atas
biasanya disebut dengan model. Model memang tidak sama dengan realita, namun dari model yang baik kita dapat meramalkan sebagian besar dari apa yang terjadi
dengan realita Sugiyanto, 1994. Dari berbagai aspek ekonomi pangan, harga merupakan salah satu aspek
penting yang perlu mendapat perhatian. Pentingnya harga pangan terutama di tingkat petani – produsen dengan tetap melindungi konsumen, dilakukan oleh
pemerintah di berbagai Negara melalui kebijakan intervensi. Beberapa instrument kebijakan harga pangan dalam rangka melidungi petani produsen yang umum
dilakukan pemerintah adalah melalui 1 penetapan harga tertinggi-terendah atau harga pembelian pemerintah, 2 penetapan waktu dan volume impor, 3
pengaturan volume stok pemerintah dan pelepasan stok ke pasar dan 4 penetapan larangan ekspor Mursid, 2003.
Akibat sifat – sifat yang dimiliki yaitu cepat rusak, berjumlah sangat banyak dan musiman menyebabkan harga komoditi pertanian sering mengalami
fluktuasi harga. Akibat adanya permintaan yang sangat besar pada hari raya keagamaan dan jumlah produksi yang tidak mencukupi mengakibatkan harga
pangan pokok dan strategis meningkat. Meningkatnya harga pangan masih dianggap
wajar, karena
peningkatan harga
tidak terlalu
berlebihan Laurensius, 2010.
Menjelang HBKN permintaan pangan meningkat tetapi ketersediaan pangan tetap yang akan membuat harga meningkat. Untuk itu perlu dilakukan
antisipasi agar pangan tersedia pada saat HBKN dengan menggunakan alat perhitungan estimasi Prognosa Ketersediaan pangan.
2. 3. Kerangka Pemikiran