48
dan jika dianggapnya perlu dapat menunda pengambilan keputusan hingga lima tahun lagi dengan mengulangi panggilan umum.
B. Lama Waktu Kepergian Suami
Karena luasnya pembahasan tentang perceraian, maka penulis lebih memfokuskan pada perceraian yang diakibatkan oleh suami ghoib mafqud.
1. Pandangan Hukum Positif
Undang-undang Perkawinan Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Oktober 1975 adalah undang-undang
yang luas sekali ruang lingkupnya. Undang-undang tersebut tidak hanya mengatur soal perkawinan, tetapi juga masalah perceraian serta akibatnya.
25
Dalam undang-undang ini ketentuan perceraian telah diatur dalam, pasal 38, perkawinan dapat putus karena : a. kematian b. perceraian dan c. atas
keputusan pengadilan. Pasal 39 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
pertama perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak, kedua untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai
suami istri, tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan sendiri.
25
Muhammad Daud Ali “Hukum Islam dan Peradilan Agama” Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2002, Cet. Ke-2, h. 19.
49
Pasal tersebut berkaitan dengan isi pasal 29 tentang perjanjian perkawinan:
a. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak
atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku
juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.
b. Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas,
agama, dan kesusilaan. c.
Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan d.
Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat dirubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan
perubahan tidak merugikan pihak ketiga.
26
Berdasarkan peraturan yang dijelaskan pada pasal 39 ayat 2 menjelaskan tentang alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk
perceraian adalah: a.
Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin tanpa alasan yang sah atau kaerena hal yang lain di luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman yang yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung. d.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
mengakibatkab tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suamiistri. f.
Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
27
26
K. Wantjik Saleh, “Himpunan Peraturan dan Undang-undang Perkawinan”,Jakarta: PT.
Ichtiar Baru, 1974 Cet II, h. 95-96.
27
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, “Kitab Undang-undang Hukum Perdata: dengan Tambahan Undang-undang Pokok Agraria dan Undang-Undang Perkawi
nan”, h. 549.
50
Pada Kompilasi Hukum Islam KHI putusnya perkawinan dapat putus karena: a. kematian b. perceraian, dan atas keputusan pengadilan pasal 113,
talak dan berdasarkan gugatan cerai pasal 114, dan dapat terjadi dengan alasan pasal 116:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya. c.
Salah satu pihak mendapat hukuman lima tahun atau hukuman yang berat setelah hukuman berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain. e.
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.
28
Di dalam buku hukum perkawinan dan perceraian di Malaysia dan Indonesia disitu dituliskan, Undang-undang perkawinan mengikuti ordonasi
perkawinan Kristen Indonesia dalam hal panjangnya jangka waktu meninggalkan salah satu pihak tanpa izin sebagai alasan memohon cerai.
Kitab undang-undang hukun perdata menentukan lebih lama, yaitu lima tahun. Persyaratan yang penting dalam hal meninggalkan salah satu pihak ini
itikadnya yang memang ingin meninggalkannya tanpa suatu alasan yang sah dan tanpa izin dari orang yang ditinggalkan itu. Kalau kiranya kepergiannya
itu karena hendak berlibur, dinas ke luar kota, urusan dagang, dan lain-lain demi kepentingan yang berkaitan dengan kelangsungan kehidupan mereka
pada masa yang akan dating, sudah tentu sebab-sebab itu tidak dapat
28
Tim Redaksi Fokusmedia, “Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Kompilasi
Hukum Islam”, h. 38-39.
51
digunakan oleh pihak yang ditinggalkan untuk digunakan sebagai alasan memohon perceraian.
2. Pandangan Hukum Islam
Secara etimologis kata hukum berasal dari bahasa arab yang berarti memutuskan atau menetapkan dan menyelesaikan.
29
Kata hukum kata jamaknya ahkam yang berarti putusan, ketetapan, perintah, pemerintahan,
kekuasaan, hukuman dan lain-lain. Pengertian hukum yang lebih umum secara bahasa adalah bila anda memutuskan sesuatu dengan begitu atau
dengan begini baik keputusan tersebut mengikat orang lain atau tidak.
30
Hukum Islam itu berdasarkan pada empat sumber yaitu, Al- Qur‟an,
Hadis, Fiqih dan ketetapan undang-undang. Di mana keempat hal tersebut secara hierarkis menjadi rujukan di dalam setiap jawaban untuk memecahkan
persoalan yang ada pada agama Islam. Hukum Islam mengakui adanya empat cara yang sah untuk pemutusan
perkawinan, yaitu 1 kematian dari salah satu pihak, 2 talak, termasuk talik talak dan talak melalui syiqaq, 3 khuluk, termasuk khulu
‟ melalui syiqaq dan 4 fasakh, istri dapat meminta cerai, apabila suaminya ghoib atau tidak
berada ditempat selama beberapa waktu. Dari empat cara pemutusan perkwinan yang telah disebutkan di atas,
penulis membatasi pembahasan pada putusnya perkawinan apabila suami
29
Basiq Djalil “Pernikahan Lintas Agama” Jakarta: Qolbun Salim, 2005 Cet. Ke-1, h. 9.
30
Ibid, h. 12.
52
ghoib mafqud atau tidak ada ditempat selama beberapa waktu. Mengenai hal ini dapat kita cantumkan beberapa pendapat ulama fiqih.
Mengenai batas waktu hilangnya suami, Imam Malik mengatakan setahun. Tapi ada yang mengatakan tiga tahun. Dan Imam Ahmad
berpendapat, bahwa waktu tercepat bagi kebolehan istri minta diceraikan adalah enam bulan. Setelah enam bulan ini, ia boleh minta dipisahkan, sebab
waktu inilah yang paling lama bagi wanita untuk bisa sabar atas hilangnya suami.
31
Walau terjadi perbedaan pendapat mengenai batas waktu suami meninggalkan istri, namun hal diatas dengan tegas menyepakati bahwa
dilarang bagi
orang suami
meninggalkan istri
dengan maksud
menelantarkannya. Kesepakatan ini didasarkan dalam menjalani hak dan kewajiban sebagai suami istri. Mengenai hal ini sebagian ulama berpendapat,
al-Malikiyah berpendapat bahwa bila istri berbahaya lantaran ditinggal pergi lama oleh suaminya, seperti misalnya ia takut menyeleweng, maka ia harus
mengajukan perkaranya kepada Hakim mengenai perceraiannya. al-Hanafiah dan al-
Syafi‟iyah berpendapat bahwa hilangnya suami itu tidak dianggap suatu alasan yang benar bagi perempuan dalam memohon perceraian.
32
Istri juga mempunyai hak untuk minta diceraikan lantaran kesepian yang melanda dirinya karena suaminya jauh bukan karena hilang. Kesepian
31
Ibrahim Muhammad al-Jamal “Fiqh Wanita Islam” Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991 Cet.
Pertama, h. 76.
32
Ibid, h. 75.
53
yang melanda dirinya ini setahun lamanya dan ia merasa harus, sementara ia takut terjerumus dalam apa yang telah diharamkan oleh Allah.
Artinya : “Dari ibnu Abbas, semoga Allah meridhoinya, dia berkata :
Rosulullah pernah berkata: janganlah merusakan orang lain dan jangan membalasi kerusakan itu dengan kerusakan pula. H.R.
Ahmad dan Ibn Majah”
33
Pengertian hadis ini yaitu bahwa janganlah orang lain termasuk suami ataupun mantan istri untuk saling membahayakan atau memadharatkan. Dan
juga janganlah membalas suatu kerusakan dengan kerusakan pula, karena hal ini tidak akan menjadikan sebuah akhir yang baik dari segala permasalahan
termasuk perceraian. Apabila suami istri menginginkan perceraian, maka kedua belah pihak janganlah melakukan kerusakan atau balas dendam diantara
mereka, seperti mengungkit atau menggunjing kesalahan pada waktu lalu, dan janganlah pula membalas hal tersebut dengan perbuatan yang sama.
3. Pandangan Para Ahli
Pasal 29 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan mengatur perjanjian perkawinan pasal ini ada kaitannya dengan pasal 35 ayat
2 mengenai penguasaan atas harta bawaan dari masing-masing sumi istri. Menurut penjelasan resmi atas pasal 29 tersebut, taklik talak tidak termasuk
33
Jalaludin Abd. Rahman bin Abi Bakar as-Suyuti, “Uqud Zabarjad „ala Musnad al-Imam
Ahmad”,Beirut: Dar-al Ilmiyah, 1987, h. 105.
54
dalam perjanjian yang dimaksud dengan pasal 29 itu. Hazairin membenarkan hal ini, dengan alasan bahwa taklik talak di Indonesia itu bukan perjanjian
yang bersifat bilateral, melainkan hanya merupakan pernyataan yang bersifat unilateral yang mengikat pihak yang mengucapkannya, yaitu suami dan
menjadi sumber hak bagi istri, apabila syarat yang disebut dalam talik talak itu terpenuhi.
34
Senada dengan hal tersebut J. Prins mengatakan dalam kaitan ini kita harus kembali sekejap pada memori penjelasan atas pasal 29 undang-undang,
berbunyi: yang dimaksu d dengan “perjanjian” dalam pasal ini tidak termasuk
taklik talak. Seperti diketahui, dengan istilah ini dimaksud perjanjian tertentu yang oleh suami diucapkan pada saat berlangsungnya pernikahan. Untuk
mengungkapkannya dengan kata-kata: seorang suami praktis pada setiap pernikahan mengucapkan suatu rumus yang mengandung isi bahwa
seandainya ia telah meninggalkan istrinya selama beberapa bulan, tanpa pernah member nafkah kepadanya atau jika dia melakukan hal-hal yang
sangat tidak menyenagkan terhadap istrinya dan istrinya menyukai hal itu, dan mengadu kepada pemerintah hakim, istri akan ditalak.
35
Mengenai taklik talak, lebih lanjut Hazairin mengatakan bahwa taklik talak telah ditetapkan secara uniform oleh menteri agama untuk seluruh
34
Ismuha “Pencaharian Bersama Suami Istri” Jakarta; PT. Bulan Bintang, 1986 Cet.
Pertama, h.106.
35
J. Prins “Tentang Hukum Perkawinan di Indonesia” Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982 Cet.
Pertama, h. 67.
55
Indonesia dalam rangka memberikan pertolongan kepada wanita dalam hal ditelantarkan oleh suaminya.
Oleh karena itu pemerintah telah menyediakan contoh-contoh model kontrak-kontrak perkawinan, dibagian belakang formulir telah dicetak rumus-
rumus talak yang menurut kebisaaan menetapkan bahwa talak yang menurut kebisaaan menetapkan bahwa talak satu akan jatuh secara otomatis, apabila;
a. Suami meninggalkan istrinya selama enam bulan berturut-turut, atau;
b. Selama tiga bulan turut tidak member nafkah, atau juga;
c. Memperlakukan istrinya dengan kasar, menukulinya atau;
d. Selama tiga bulan berturut-turut mempermainkannya misalnya suatu
permainan dengan ancaman talak, untuk sementara tidak member nafkah dan seterusnya untuk ini siistri harus mengadukan kelakuan yang tdak
sepantasnya dari suami atau kealpaannya kepada pengadilan.
36
Semua merupakan persyaratan yang baku dan istri masih boleh untuk menambahkan persyaratan lain. Menurut perjanjian itu, bila istri mengetahui
adanya salah satu persyaratan dilanggar oleh suami dan istri tidak rela dan mengadukan halnya kepada hakim agama, disertai dengan dua orang saksi
yang mengetahui keadaan rumah tangga mereka.
36
Ibid, h. 68.
56
BAB IV ANALISA PUTUSAN
A. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Mengenai Perceraian.
1. Duduk Perkara
a. Tentang para pihak, Pada kasus ini adalah perkara Nomor:
0965Pdt.G2009PAJS. Penggugat adalah isteri, umur 36 tahun agama Islam, pekerjaan swasta, tempat tinggal di jalan Karet Belakang RT.014
RW. 007 No. 16 Kelurahan Karet Kuningan Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
Tergugat adalah suami, umur 33 tahun agama Islam, pekerjaan swasta, tempat kediaman dahulu di komplek Kodam RT.002 RW. 008 Kelurahan
Kebayoran Lama Selatan Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Dan saat ini tidak diketahui alamatnya atau tempat tinggalnya yang pasti
baik didalam maupun di luar Indonesia ghoib mafqud. b.
Tentang Posita Duduk Perkara Bahwa, Penggugat dan Tergugat telah menikah pada tanggal 16 desember
2008, ketentuan hukum Islam dan dan telah dicatat menurut perundang- undangan yang berlaku, sesuai akta nikah Nomor: 39737XII2008 yang
dikeluarkan oleh kantor Urusan AAgama Kecamatan Polanharjo Klaten, sebagaimana terbukti dari kutipan Akta Nikah Nomor: 39737XII2008
tanggal 16 desember 2008;