Pengertian Putusnya Perkawinan PENDAHULUAN

14 BAB II ALASAN YANG MENGAKIBATKAN PUTUSNYA PERKAWINAN Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk selama-lamanya dalam kehidupan yang sakinah, mawaddah, dan warahmah dan sampai matinya salah seorang suami dan istri sehingga tujuan perkawinan yang dianjurkan oleh undang- undang perkawinan dapat terwujud. Inilah sebenarnya yang dikehendaki oleh agama Islam. Namun dalam keadaan tertentu terdapat hal-hal yang menghendaki putusnya perkawinan itu, artinya apabila hubungan perkawinan tidak dapat dilanjutkan maka kemudaratan akan terjadi. Dalam hal ini Islam membenarkan putusnya perkawinan sebagai langkah terakhir dari usaha melanjutkan rumah tangga, dengan begitu putusnya perkawinan adalah suatu jalan yang baik. 1

A. Pengertian Putusnya Perkawinan

Putusnya Perkawinan adalah Istilah hukum yang digunakan dalam Undang- Undang Perkawinan untuk menjelaskan “Perceraian” atau berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri. Perceraian adalah suatu kata yang berasal dari kata cerai. Dalam kamus Bahasa Indonesia kata cerai diartikan dengan pisah dalam berlaki bini, putus 1 Amir syarifuddin, “Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan ” Jakarta: Prenada Media, 2006 h. 188. 15 pertalian, perpecahan dan perpisahan. 2 Perceraian dalam bahasa arab disebut dengan istilah Talak. Talak dalam istilah agama adalah menguraikan atau melepaskan ikatan nikah, sedangkan Talak di dalam Ensiklopedia Istilah Islam adalah perceraian yang dijatuhkan oleh suami jika keadaan telah demikian memaksanya sehingga jalan damai telah tertutup atau buntu hingga sulit bagi kedua suami istri untuk tetap bersatu dalam satu rumah tangga. 3 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan maupun dalam Putusan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak terdapat pasal yang menjelaskan pengertian perceraian secara khusus, hanya saja dalam pasal 38 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan bahwa perceraian merupakan salah satu sebab putusnya perkawinan. Menurut Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 117 menyebutkan, Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Untuk maksud putusnya perkawinan, dalam fiqh menggunakan istilah “furqoh” Penggunaan istilah putusnya perkawinan ini dilakukan secara hati-hati, Karena untuk pengertian perkawinan yang putus itu dalam istilah fiqh digunakan kata” ba-in “, yaitu suatu bentuk perceraian yang suami tidak boleh kembali lagi kepada mantan istrinya kecuali dengan melalui akad nikah yang baru. Ba‟in itu 2 Tim Pustaka Phonix, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: PT. Media Pustaka, 2009, cet IV, h. 158. 3 Gamal Komandoko, Ensiklopedi Istilah Islam, Yogyakarta: Cakrwala, 2005, Cet. I, h. 343. 16 merupakan satu bagian atau bentuk dari perceraian, sebagai lawan pengertian dari perceraian dalam bentuk roj ‟i, yaitu perceraiannya suami dengan istrinya namun belum dalam bentuknya yang tuntas, karena dia masih mungkin kembali kepada mantan istrinya itu tanpa akad nikah baru selama istrinya masih berada dalam „iddah atau masa tunggu. Setelah habis masa tunggu itu ternyata dia tidak kembali kepada mantan istrinya, baru perkawinannya dikatakan putus dalam arti sebenarnya atau yang disebut ba‟in. 4 Biasanya istilah yang digunakan memang adalah “perceraian”, namun sulit juga menggunakan istil ah tersebut sebagai pengganti “putusnya perkawinan”, karena perceraian itu adalah salah satu bentuk dari putusnya perkawinan. Untuk tidak terjebak dalam istilah tersebut, kita dapat menggunakan “putusnya perkawinan” namun dalam arti yang tidak sama dengan istilah ba‟in yang digunakan dalam fiqh, atau ia dipandang sebagai sinonim dari istilah furqah yang terdapat dalam kitab fiqh.

B. Alasan Putusnya Perkawinan