2.1.2 Tujuan Hadist Bekam
Bekam, walaupun bukan urusan ibadah langsung kepada Allah Swt, namun banyak disinggung Rasulullah Saw. Tujuan Rasulullah Saw menyampaikan hadits
tentang bekam adalah
1
: Bahwa bekam merupakan perbuatan yang baik. Sebab, pada zaman
Rasulullah Saw, bekam sudah menjadi pengobatan sehari-hari masyarakat, sehingga para sahabat khawatir jika bekam itu bertentangan dengan islam.
Lalu, Rasulullah membolehkan membekam dan memerintahkannya. Memberikan pendidikan kepada manusia, agar manusia mempelajari bekam
dan melakukan penelitian-penelitian tentang bekam. Menunjukkan bahwa bekam merupakan pilihan utama dari berbagai metode
pengobatan yang sudah ada pada saat itu. Menunjukkan kekuasaan Allah, bahwa walaupun Rasulullah Saw bukan ahli
bekam dan menyerahkan pengobatan bekam kepada sahabat yang lain, namun ternyata Rasulullah Saw dengan bimbingan wahyu ilahi, mampu
menunjukkan titik titik bekam yang efektif.
2.1.2.1 Hukum Mengenai Bekam
Secara nash, banyak hadits yang menyebutkan tentang hijamah berbekam yang mengarah kepada hukum yang mewajibkan. Namun sebenarnya
para ulama masih berbeda pendapat tentang hukumnya, bahkan juga berbeda pendapat tentang apakah hijamah itu bagian dari syariat atau bukan.
5
Di antara nash tentang hijamah berbekam antara lain sebagai berikut : Dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “kesembuhan itu ada
dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay” HR Bukhari
1
“Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata kepada orang
sakit yang dijenguknya, “Tidak akan sembuh kecuali dengan berbekam. Sungguh aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata bahwa
pada berbekam itu ada kesembuhan. ” HR Bukhari dan Muslim.
5
Dari Salma pelayan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata bahwa tidak ada seorang pun yang mengadukan penyakitnya kepada Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam di kepala kecuali beliau memerintahkan, “Berbekamlah.” HR Abu Daud dengan isnad hasan
5
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Berbekamlah pada tanggal 17, 19 dan 21.
Karena itu obat dari segala penyakit. HR Abu Daud dengan isnad hasan dengan syarat dari Muslim
5
Dr. Yusuf Al Qaradhawi dan banyak ulama di masa lalu, membahas tentang hukum hijamah dan berpendapat bahwa hijamah tidak lebih dari sebuah
teknologi kesehatan yang sedang berkembang di masa lalu. walaupun ada riwayat bahwa Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi WaSallam melakukan hijamah dibekam, bukan berarti hal itu menjadi bagian dari risalah beliau sebagai nabi.
5
Menurut beliau, ketika Nabi memberi pengarahan tentang berbekam, beliau sedang tidak dalam kapasitas sebagai pembawa risalah, melainkan sebagai
orang yang punya pengalaman teknis dengan hijamah. Jadi sekedar ijtihad, bukan syariat.
5
Sama seperti ketika Nabi mengatur posisi pasukan dalam perang Badar. Oleh para shahabat yang jauh lebih berpengalaman, petunjuk Nabi ini dianggap
kurang tepat. Setelah memastikan bahwa ketetapan itu bukan wahyu melainkan hanya ijithad Nabi belaka, maka posisi pasukan pun diubah supaya lebih
menguntungkan. Dan hal itu sangat dimungkinkan.
5
Tentang adanya tindakan Nabi yang menjadi bagian dari syariah dan bukan syariah, hal ini dijelaskan oleh Syeikh Ad Dahlawi Dalam
kitabnya Hujjatullah Al-Balighah, beliau mengatakan bahwa sunnah perkataan dan perbuatan Nabi itu terbagi menjadi dua klasifikasi
5
: Pertama, bagian yang terkait dengan hukum syariah, di mana hukumnya
bisa ditetapkan menjadi 5 yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Kedua, bagian yang tidak terkait dengan hukum syariah, melainkan
sekedar menjadi bagian dari fenomena sosial, teknologi dan hal-hal yang berbau teknis pada zaman dan wilayah tertentu.
Dan praktek hijamah ini dikelompokkan sebagai perbuatan Nabi Shalal
lahu ‘Alaihi Wa Sallam yang bukan termasuk syariah. Sehingga hukumnya
tidak terkait dengan hukum wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Hukumnya dikembalikan kepada semata-mata pertimbangan berdasarkan penelitian dan ilmu
kedokteran. Dan jika ternyata manfaat hijamah terbukti sesuai dengan ilmu kesehatan yang berkembang sekarang, maka dapat dipertimbangkan untuk
menjadi salah satu alternatif pengobatan namun jika sebaliknya maka dapat ditinggalkan saja karena tidak ada kaitannya dengan hukum wajib ataupun
sunnah, semuanya dikembalikan berdasarkan manfaatnya.
5
2.1.3 Macam-macam Bekam dan Peralatannya 2.1.3.1 Macam-Macam Bekam