Kecepatan Aliran Urin pH Urin Hormon Pengaruh Sistem Asam-Basa dan Metabolit Endogen Overproduksi

Dapat kita lihat pada urat, ekspresi suatu prinsip bahwa berbagai produk akhir pada jalur katabolisme memainkan peran penting sebagai senyawa-senyawa pelindung. 8

2.2.3 Eksresi Asam Urat di Ginjal

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa hasil metabolisme yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk tersebut meliputi urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin dan metabolit dari berbagai hormon. Sekitar 75 dari asam urat akan dieksresikan melalui ginjal dan sisanya dieksresikan melalui saluran cerna setelah mengalami degradasi oleh bakteri kolon. 4,13 2.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Eksresi Asam Urat melalui Ginjal a. Volume Cairan Ekstraselular Volume cairan ekstraselular atau sirkulasi arteri efektif memiliki pengaruh yang sangat besar pada pengendalian asam urat oleh ginjal, eksresi asam urat akan mengalami peningkatan oleh adanya peningkatan dari volume cairan ekstraselular dan eksresi ini akan mengalami penurunan jika terjadi kontraksi dari volume cairan ekstraselular. Pengaruh-pengaruh yang ada ini mencerminkan pengaruh dari volume cairan ekstraselular terhadap perubahan absorpsi dari urat, dimana reabsorpsi akan meningkat jika terjadi kontraksi volume cairan ekstraselular dan akan menurun jika terjadi dengan adanya peningkatan volume cairan ekstraselular. 9

b. Kecepatan Aliran Urin

Sulit untuk membedakan pengaruh dari kecepatan aliran urin terhadap pengendalian asam urat oleh ginjal dengan volume cairan ekstraselular sebab pengaruh dari keduanya sering terjadi secara bersamaan. Beberapa studi yang dilakukan pada subjek manusia menunjukkan adanya pengaruh yang kecil dari kecepatan aliran urin secara independent terhadap pengendalian asam urat oleh ginjal, tanpa adanya pengaruh dari volume cairan ekstraselular, ketika kecepatan aliran urin dibawah 2mlmenit. 9

c. pH Urin

pH urin akan mempengaruhi kelarutan asam urat. Jika pH urin mengalami penurunan maka asam urat akan berada dalam bentuk ion yang sangat tidak larut. Pada pH yang basa senyawa akan terdisosiasi menjadi bentuk yang lebih larut. 9

d. Hormon

Beberapa hormon mempengaruhi pengedalian asam urat. Angiotensin dan norepinefrin akan menyebabkan penurunan klirens asam urat secara langsung berkaitan dengan aliran darah ginjal. 9

e. Pengaruh Sistem Asam-Basa dan Metabolit Endogen

Perubahan pada asam urat plasma dan ekskresi asam urat memiliki kaitan dengan abnormalitas dari sistem asam basa. Penurunan eksresi asam urat dilaporkan terjadi pada kondisi severe respiratory acidosis, diabetes ketoasidosis dan alkalosis metabolit. Beberapa metabolit endogen akan meningkatan eksresi asam urat, seperti glukosa hiperglikemia dan glisin. 9

f. Obat-obat

Beberapa obat-obatan dapat mempengaruhi eksresi asam urat, yang mana dapat menyebabkan hiperurisemia maupun hipourisemia. Obat-obatan seperti asam salisilat dosis rendah, etambutol, pirazinamid, asam nikotinat dan golongan diuretik dapat menyebabkan terjadiya hiperurisemia sedangkan obat-obatan seperti sulfinpirazon, probenezid, fenilbutazone dan lain lain akan mengakibatkan hipourisemia. 9

2.2.5 Kelainan Asam Urat

Pada manusia, asam urat merupakan produk sisa akhir dari degradasi senyawa purin. Karena ketidakberadaan urikase pada manusia, maka terdapat kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati batas tertentu akan menimbulkan gangguan patologis. 14 Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,5-7,0 mgdl dan perempuan antara 2,5 -5,6 mgdl. 15 Jika kelebihan produksi ataupun penurunan eksresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut hiperurisemia. Keadaan tersebut dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat adanya penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai dengan rasa nyeri. 14 Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap kadar asam urat serum, seperti stres yang dapat meningkatkan kadar asam urat serum meningkat. Obat- obatan juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam serum antara lain alkohol, asam askorbit, aspirin dosis rendah, kafein, cisplatin, diazoxide, diuretik, epinefrin, ethambutol, levodopa, metildopa, asam nikotinat, fenotiazin dan theofilin. Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum: alopurinol, aspirin dosis tinggi, azathioprin, clofibrat, kortikosteroid, estrogen, infuse glucose, guafenisin, manitol, probenecid dan warfarin. 14 Nilai abdnormal dimana kadar dalam serum meningkat hiperurisemia juga bisa disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: pirai gout, intake purin yang berlebihan, gangguan metabolisme purin pada bayi genetik, karsinoma metastase, multiple myeloma, leukemia, kemoterapi karsinoma, rhabdomiolisis olahragalatihan yang berat, luka baka, trauma, penurunan kesadaran pada epilepsy, infark miokard, penyakit ginjal kronik, asidosis ketotik atau laktak, hipotiroid, kehamilan dengan keracunan eklampsia, hiperlipoproteinemia, alkohol dan idiopatik. 14 Nilai abdnormal kadar asam urat dalam serum menurun juga bisa disebabkan oleh penyakit atau keadaan sebagai berikut: penyakit wilson, sindroma fnconi, keracunan pb timah, ikterus karena kelainan hati. 14

2.2.6 Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat serum. Secara biokimia akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di serum yang melewati ambang batasnya. 16

2.2.6.1 Etiologi dan Patofisiologi

Penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses metabolic yang dapat menimbulkan manifestasi gout, dibedakan dengan hiperurisemia primer, sekunder dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelaianan genetik, tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas. 16 Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain, terdiri dari hiperurisemia primer dengan kelainan molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena adanya kelainan enzim. 16 Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan underexcretion. 16 Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas. Hiperurisemia dapat pula terjadi karena peningkatan metabolisme asam urat overproduction, penurunan pengeluaran asam urat urin underexcretion atau gabungan keduanya. 13,16

a. Overproduksi

Beberapa sistem enzim meregulasi metabolisme dari purin. Adanya abnormalitas pada sistem regulasi ini dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat. Overproduksi asam urat juga dapat terjadi karena peningkatan perombakan asam nukleat jaringan, seperti pada penyakit mieloproliferatif dan limfoproliferatif. Enzim yang berperan dalam regulasi metabolisme purin adalah Phosporibosyl Pirophoshatase PRPP dan Hypoxanthine-guanine Phosphoribosyl Transferase HGPRT Gambar 2.5. Peningkatan aktivitas PRPP sintetase akan meningkatkan konsentrasi PRPP. PRPP memiliki peranan dalam proses sintesis purin sehingga akan terbentuk asam urat. HGPRT adalah enzim yang bertanggung jawab pada proses konversi guanin menjadi asam guanilat dan hipoxantin menjadi asam inosinat. Kedua proses konversi ini memerlukan PRPP sebagai ko-substrast dan merupakan proses penting yang terlibat dalam sintesis asam nukleat. Penurunan HGPRT akan menyebabkan peningkatan metabolisme guanin dan hipoxantin menjadi asam urat dan lebih banyak PRPP akan yang akan berinteraksi dengan glutamin pada proses awal dari jalur purin. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan overproduksi dari asam urat 16 :  Defisiensi HGPRT pada sindroma Lesh-Nyhan : pada sindroma Lesh- Nyhan terjadi gangguan X-linked. HGPRT mengkatalisa konversi hipoxantin menjadi asam inosinat, dimana PRPP bertindak sebagai donor fosfat. Defisiensi HGPRT menghasilkan akumulasi PRPP yang mempercepat biosintesis purin.  Defisiensi parsial HGPRT pada sindroma Killey-seegmiller : pada sindroma ini juga terjadi gangguan X-linked yang akan berkembang ke kondisi arthritis gout, menimbulkan nefrolotiasis asam urat dan defisiensi neurologik ringan.  Peningkatan aktivitas sintetase PRPP : kondisi ini terjadi oleh karena adanya gangguan X-linked yang menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas enzim sintetase PRPP degan memutasikannya.  Diet kaya purin : daging jeroan, daging unggas, alkohol, polong- polongan yang menyebabkan produksi asam urat berlebihan.  Peningkatan perubahan asam nukleat : terjadi pada pasien anemia hemolitik dan malignansi hematologis seperti limphoma, myeloma atau leukimia.  Sindroma lisis tumor : menghasilkan komplikasi serius hiperurisemia.  Glikogenolisis III, V dan VII Gambar 2.5 Metabolisme Purin 13

b. Penurunan Eksresi Asam Urat

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS TERAPI BEKAM BASAH (WET CUPPING THERAPY) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PENDERITA GOUT DI KLINIK BEKAM JETIS MALANG

0 5 28

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam di Rumah Sehat Afiat Cinere Tahun 2012

0 6 52

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA SESEORANG DENGAN HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI DI KECAMATAN JEBRES Perbedaan Kadar Asam Urat Pada Seseorang Dengan Hipertensi Dan Non Hipertensi Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 4 13

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SETELAH TERAPI BEKAM BASAH DAN PIJAT REFLEKSI PADA Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen.

0 2 13

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SETELAH TERAPI BEKAM BASAH DAN PIJAT REFLEKSI PADA Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen.

0 2 18

PENDAHULUAN Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen.

0 3 7

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANALGESIA TERAPI BEKAM DENGAN PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANALGESIA TERAPI BEKAM DENGAN AKUPUNKTUR PADA NYERI LEHER.

0 0 15

Gambaran Kadar Kolesterol Total Pada Penderita Hipertensi Sebeum Dan Sesudah Terapi Bekam Basah

0 0 5

Gambaran Kadar Kolesterol-LDL (Low Density Lipoprotein) Sebelum dan 48 Jam Sesudah Melakukan Satu Kali Terapi Bekam Basah Pada Penderita Hipertensi Dengan Pola lima titik

0 0 5

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH MENDENGARKAN MUROTTAL AL-QUR’AN

0 1 18