9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Irwansyah Lubis 2007, terdapat beberapa definisi pajak yaitu : Definisi yang dikemukakan oleh P.J.A. Adriani, pajak
adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanaya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Perancis, yang termuat dalam buku Leroy Beaulieu yang berjudul Traite de la Science des Finances 1906,
menyebutkan pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang
dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.
N.J Feldman, dalam bukunya De overheidsmid delen van Indonesia 1949
, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan
secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
10 Definisi pajak juga dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal
kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa: a.
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang b.
Jasa timbal balik tidak dapat ditunjukkan secara langsung c.
Pajak dipungut oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
d. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran umum
pemerintah e.
Dapat dipaksakan
2. Asas-asas Perpajakan
Menurut Adam Smith, seperti dikutip oleh Erly Suandy dalam I Kadek Sumadi 2006, pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas
empat azas perpajakan, yaitu: a.
Equality atau azas keadilan Pajak itu harus adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang-
orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar ability to pay
pajak tersebut, dan juga sesuai dengan yang diterimanya
11 b.
Certainty atau azas kepastian hukum Pajak itu tidak ditentukan secara sewenang-wenang, sebaiknya
pajak itu harus dari semula jelas bagi semua wajib pajak dan seluruh masyarakat. Berapa jumlah yang harus dibayar, kapan
harus dibayar dan bagaimana cara membayarnya. Apabila tidak ada kepastian bagi wajib pajak tentang kewajiban pajaknya, maka
pajak terutang bergantung kepada “kebijaksanaan” petugas pajak yang dapat menyalah gunakan kekuasaannya untuk keuntungan
dirinya. c.
Convenience of payment atau azas ketepatan waktu pemungutan Saat wajib pajak harus membayar pajaknya, hendaknya ditentukan
pada saat yang tidak menyulitkan wajib pajak d.
Economy in collection atau azas pemungutan pajak yang ekonomis efisien
Biaya pemungutan pajak bagi kantor pajak dan biaya memenuhi kewajiban pajak compliance cost bagi wajib pajak hendaknya sekecil
mungkin. Demikian pula halnya dengan beban yang dipikul oleh wajib pajak hendaknya juga sekecil mungkin. Pajak hendaknya tidak
menghalangi wajib pajak untuk terus melakukan kegiatan-kegiatan ekonomisnya.
12
B. Laporan Keuangan Fiskal