1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah utama bangsa Indonesia setelah kemerdekaan adalah melakukan pembangunan nasional baik pembangunan fisik maupun
pembangunan mental rakyat. Untuk dapat melakukan pembangunan tentunya dibutuhkan sumber dana yang sangat besar. Adapun sumber dana
yang digunakan untuk membiayai pembangunan dalam era 50-an tentunya lebih baik menggunakan dana pinjaman luar negeri. Pada era tahun 1970-
an sumber pembiayaan pembangunan lebih banyak menggunakan sektor migas melalui ekspor migas disamping sumber pembiayaan lain
diantaranya melalui pinjaman luar negeri. Namun belakangan setelah era tahun 1970-an harga minyak perlahan-lahan mulai merosot serta cadangan
minyak Indonesia makin lama makin menyusut, pemerintah tidak dapat lagi semata-mata hanya mengandalkan ekspor migas untuk membiayai
pembangunan. Peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan mulai terus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman dan
penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab seluruh rakyat. Pemerintah mulai menggalakkan pajak sebagai
alternatif pembiayaan pembangunan. Pajak di satu sisi merupakan sumber pembiayaan pembangunan,
tetapi disisi lain tentunya merupakan beban bagi masyarakat yang harus
2 membayar pajak tersebut. Mengingat tujuan pembangunan adalah untuk
kesejahteraan rakyat, maka hendaknya penghasilan pajak yang dipungut yang merupakan sumber pembiayaan pembangunan tidak menyebabkan
rakyat menjadi tidak sejahtera. Undang-undang perpajakan di Indonesia menganut Self Assesment,
yaitu kepada wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban
pajak. Aparat perpajakan dalam hal ini hanya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Dengan menganut prinsip tersebut
pemerintah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakan atas kesadaran dan rasa tanggung
jawab dan untuk pengawasan atas laporan yang disampaikan wajib pajak akan diadakan pemeriksaan.
Sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku, setiap perusahaan yang didirikan di Indonesia atau melakukan kegiatan di
Indonesia merupakan wajib pajak, dimana perusahaan tersebut dituntut untuk melakukan kewajiban perpajakan, selain tugasnya menjalankan self
assessment sistem, wajib pajak juga berkewajiban memungut dan
memotong pajak. Dalam pelaksanaannya masih terdapat hambatan, dimana sebagian besar wajib pajak berpendapat pajak merupakan beban
yang harus ditekan jumlahnya. Salah satu tujuan perusahaan pasti untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham pemilik perusahaan dengan cara
3 memaksimalkan nilai perusahaan, yaitu dengan memperoleh laba
maksimum. Dan untuk memperoleh laba maksimum yaitu dengan cara meminimumkan pajak, karena pajak merupakan salah satu faktor
pengurang laba. Besarnya pajak seperti kita ketahui, tergantung pada besarnya penghasilan perusahaan. Semakin besar penghasilan maka
semakin besar pajak terhutang. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan
suatu perencanaan pajak atau yang disebut tax planning yang tepat agar
perusahaan membayar pajak seefisien mungkin sepanjang hal tersebut masih sesuai dengan aturan-aturan perpajakan yang berlaku.
Menurut Yenni Mangoting, 1999 tax planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian
rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini
dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.
Ada lima kecenderungan yang memotivasi manajemen melakukan tax planning
sesuai dengan yang diungkapakan oleh Handayani 2004 dan Suandy 2008 yakni: 1 Kebijakan Perpajakan Tax Policy adalah
kebijakan perpajakan yang terkandung dalam Ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Pada saat ini, sistem pembayaran pajak yang
berlaku di Indonesia dilandasi oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak boleh menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
disetorkan self assessment system. Dengan diberlakukannya sistem
4 tersebut, juga akan membuka peluang bagi manajer perusahaan untuk
mengimplementasikan tax planning dalam pengendalian pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan. 2 Undang-undang Perpajakan Tax
Law , pada kenyataannya dimanapun tidak ada Undang-undang yang
mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Keadaan ini menyebabkan munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dengan cermat atas
kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik. 3 Administrasi perpajakan Tax Administration, hal yang mendorong
perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran
antara aparat fiskus dan wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan parpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif.
4 Loopholes, salah satu tujuan perusahaan pasti untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham pemilik perusahaan dengan cara
memaksimalkan nilai perusahaan, yaitu dengan memperoleh laba maksimum. Dan untuk memperoleh laba maksimum, maka harus
meminimumkan pajak, karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba. Dengan adanya loopholes tersebut, maka perusahaan akan
melakukan pembayaran pajak seminal mungkin tanpa melanggar undang- undang pajak. 5 Tarif pajak tax rates , dengan adanya perbedaan tarif
pajak atas objek pajak, memotivasi perusahaan untuk memanfaatkannya agar beban pajaknya rendah. Perencanaan yang dapat dilakukan untuk
menghemat beban pajak atau meminimalisasi beban pajak penghasilan
5 yaitu dengan melihat dari segi siapa yang menanggung beban. Dimana
semakin besar tarif pajak maka semakin besar motivasi manajemen perusahaan untuk melakukan tax planning.
Pernyataan diatas menunjukan bahwa tax planning akan membantu meminimalisasikan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam
rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut tidak memberatkan wajib pajak dan tidak menghambat wajib pajak dalam melakukan pemenuhan
kewajiban pajaknya. Dan dengan melihat aktivitas dunia bisnis yang banyak dipengaruhi oleh pajak, maka peneliti tertarik untuk memprediksi
faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi manejeman perusahaan untuk melakukan tax planning.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Agus Subekti 2007 dengan judul faktor-faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan
tax planning pada perusahaan yang terdaftar sebagai wajib pajak badan di
KPP perusahaan masuk bursa Jakarta. Menunjukkan bahwa kebijakan perpajakan dan administrasi perpajakan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap tax planning. Dan undang-undang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tax planning. Penelitian yang
dilakukan oleh Martha Tanuwardi 2009 yang berjudul Analisis faktor- faktor yang memotivasi manajemen perusahaan melakukan tax planning
juga membuktikan bahwa kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, dan administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
tax planning.
6 Dengan uraian diatas tax planning merupakan isu penting yang
menarik untuk diteliti, karena sasarannya sejalan dengan kebutuhan perusahaan yang menitikberatkan pada peningkatan laba. Berdasarkan
pada uraian halaman sebelumnya, maka penelitian ini diberi judul:
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Perusahaan Untuk Melakukan Tax Planning”
B. Perumusan Masalah