26 Sebenarnya pembayaran pajak dapat dengan mudah dihindari
dengan tidak melakukan perbuatan yang memberikan alasan untuk dikenai pajak, yaitu dengan meniadakan atau tidak melakukan hal-hal
yang dapat dikenakan pajak. Hal ini biasanya dilakukan dengan penahanan diri atau dengan penggunaan surogat atau barang yang
tidak atau barang yang kurang dikenakan pajak. Misalnya cukai tembakau atas rokok putih luar negeri dapat dihindari melalui
pemuasan diri dengan rokok klobot. Yenni Mangoting, 1999
E. Tahap – tahap dalam membuat perencanaan pajak
Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang sedemikian tajam seorang manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak
sebagaimana strategi perencanaan perusahaan secara keseluruhan Global Company’s Strategy
juga harus memperhitungkan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun internasional, maka agar tax planning dapat berhasil
sesuai dengan yang diharapkan, maka menurut Ismarita 2007 perencanaan seharusnya dilakukan melalui berbagai tahap-tahap berikut:
1. Analisis informasi yang ada
Tahap pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis komponen yang berbeda atas pajak terlibat dalam suatu
proyek dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan
masing-masing elemen dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun
27 secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai tax planning
yang paling efisien. Menurut Suandy 2008 seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik internal maupun
eksternal yaitu: a.
Fakta yang relevan Seorang manajer perusahaan dalam melakukan perncanaan pajak
untuk perusahaannya dituntut untuk benar-benar menguasai situasi yang dihadapi. Baik perubahan yang terjadi agar
perencanaan pajak dapat dilakukan secara tepat dan meneyeluruh terhadap situasi maupun transaksi-transaksi yang mempunyai
dampak dalam perpajakan. b.
Faktor-faktor pajak tax factors Dalam menganalisis setiap permasalahan yang dihadapi dalam
penyusunan perencanaan pajak tidak terlepas dari dua hal utama yang berkaitan dengan factor-faktor:
1 setiap perpajakan nasional yang dianut oleh suatu Negara.
2 sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakan baik
undang-undang domestik maupun tax treaty. c.
Faktor non-pajak Beberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan
dalam penyusunan suatu perencanaan pajak antara lain:
28 1
Masalah badan hukum legal entry Badan hukum perusahaan terdiri dari berbagai bentuk seperti
perseroan terbatas, perusahaan terbuka, trusts, kongsi partnership, dan badan hukum lainnya. Pemilihan bentuk
badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi dari seluruh peraturan baik untuk pajak maupun bukan pajak,
dalam rangka administrasi pembentukan dan pembubaran badan hukum yang bersangkutan.
2 Masalah mata uang dan nilai tukar Dalam ruang lingkup tax planning yang bersifat internasional
masalah nilai tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Nilai
tukar mata uang yang berfluktuasi atau tidak stabil memberikan resiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi jika ada
masalah devaluasi maupun revaluasi. Dari dampak finasial tentunya berakibat pada posisi laba rugi, terutama bila
terdapat banyak transaksi baik eksporimpor maupun pinjaman dalam bentuk mata uang asing. Di sini diperlukan
strategi bisnis dalam menangani jual beli antara perusahaan induk dengan anak ataupun dengan berbagai mitra usaha.
Untuk mengatasi kerugian fluktuasi nilai mata uang asing biasanya dilakukan forward market, maupun future markets.
3 Masalah pengawasan devisa exchange control
29 Sistem pengawasan devisa yang dianut suatu negara menjadi
bahan pertimbanagan penting terutama jika suatu negara menganut
pambatasanlarangan untuk
mengadakan pertukaran atau transfer dana dari transaksi internasional
ataupun adanya larangan untuk meminjam uangmenarik uang dari luar tanpa seizin bank sentralmentri keuangan.
Berbagai aturan yang dibuat tentunya menjadi bahan pertimbangan bagi pengusaha investor untuk menambahkan
modal atau tidak, karena perhitungan untung rugi akhirnya selalu menjadi patokan dasar dalam mengambil keputusan.
4 Masalah program intensif invenstasi Masalah program intensif yang ditawarkan negara tertentu
memberikan pilihan bagi wajib pajak untuk melakukan investasipemekaran usaha pada suatu lokasinegara tertentu.
Intensif investasi yang merangsang bisa berupa pemberian pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga ataupun
adanya pemberian bantuan dari pemerintah. 5 Masalah faktor non-pajak lainnya
Faktor bukan pajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang berlaku, kestabilan ekonomi dan politik,
tenaga kerja, pasar, atau tidaknya tenaga profesional, fasilitas perbankan. Iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi, dan lain-
lain harus dipertimbangkan juga dalam penyusunan
30 perencanaan pajak terutama berkaitan dengan pemilihan
lokasi investasi-apakah berupa cabang, anak perusahaan atau
lainnya. 2.
Buat satu model lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakan-tindakan berikut:
a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
Dividen, bunga dan royalti dan capital gains sering memperoleh perlakuan perpajakan yang berbeda baik di tingkat lokal maupun
dalam treaty antar-negara. Dengan demikian perlu diperhitungkan dalam memutuskan suatu perencanaan pajak, sebagai contoh
apakah investasi harus dilakukan dalam bentuk saham sebagai hasil dari pemilikan saham atau dalam bentuk bungan sebagai
hasil peminjaman uang. Konsekuensi perpajakan atas operasi melalui anak perusahaan atau melalui cabang atau melalui agen
bebas juga sering berbeda. Perbedaan ini mungkin penting dalam menentukan cara dari operasi yang akan dilaksanakan. Di banyak
negara pengertian dari Bentuk Usaha Tetap BUT digunakan untuk penentuan kewajiban pajak bagi wajib pajak Luar Negeri
yang melaksanakan bisnis di negara tersebut. Sebagai tambahan pengertian ini sering dipergunakan dalam tax treaties perjanjian
pajak sebagai dasar pembagian atas pajak penghasilan khususnya dalam hal laba industri maupun komersial. Metode
31 yang harus diterapkan dalam menganalisis dan membandingkan
beban pajak maupun pengeluaran lainnya dari suatu proyek adalah:
1 Apabila tidak ada rencana pembatasan minimum pajak yang
diterapkan. 2
Apabila ada rencana pembatasan minimum pajak yang diterapkan, berhasil ataupun gagal.
b. Pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau
menjadi residen dari negara tersebut. Dalam rencana perpajakan internasional mungkin dapat diperoleh perlakuan khusus dengan
memilih antara dua atau lebih kemungkinan investasi di negara- negara yang berbeda. Dalam menguji keunggulan pengenaan
pajaknya. Sebagai contoh dalam memutuskan antara penawaran untuk memiliki saham perusahaan di berbagai negara,
pertimbangan-pertimbangan berikut harus diperhitungkan: 1
tarif yang dikenakan atas laba perusahaan di negara investasi. 2
apakah dividen yang dibagikan terutang withholding taxes. Jika ya, berapa tarifnya.
3 apakah ada kredit pajak atau pengurangan pajak lainnya di
negara domisili dari pemegang saham sehubungan dengan pajak yang dibayar di negara investasi.
c. Pengunaan satu atau lebih negara tambahan. Dalam banyak kasus,
pertimbangan penghematan pajak tidak hanya dapat dipengaruhi
32 oleh pemilihan yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi
maupun hubungan internasional, tetapi juga oleh penggunaan satu atau lebih negara sebagai tambahan dari negara yang
bersangkutan yang sudah ada dalam data base. Perencanaan pajak internasional sebetulnya merupakan perluasan yang sederhana
perencanaan pajak nasional melalui penggunaan elemen asing, seperti pembentukan trust atau holding company di negara lain
dimana tarif pajaknya rendah biasa diterapkan. 3.
Evaluasi pelaksanaan rencana pajak
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari seluruh perncanaan strategi perusahaan, oleh karena itu
perlu dilakukan terhadap beban pajak tax burden, perbedaan laba kotor dan penghasilan selain pajak atas berbagai alternatif
perencanaan. Variabel-variabel tersebut akan diditung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai berikut:
a. Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan.
b. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil
dengan baik. c.
Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tetapi gagal. Dari tiga hipotesis tersebut akan memberikan hasil yang berbeda. Dari
hasil tersebut baru dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut layak untuk dilaksanakan atau tidak.
33 Sebagai contoh, misalnya perusahaan A menghitung apabila:
a. Ia tidak melaksanakan perencanaan pajak, pajak yang harus di
tanggung Rp 100.000.000,00. b.
Ia melaksanakan perencanaan pajak dan berhasil, maka pajak yang harus ditanggung Rp 75.000.000,00.
c. Ia melaksanakan perencanaan pajak tapi gagal, maka pajak yang
harus di tanggung Rp 125.000.000,00. Perusahaan
tentu akan
memilih untuk
melaksanakan perencanaan pajak karena ia bisa menghemat pajak sebesar Rp
25.000.000,00 jika perencanaan pajak tersebut berhasil sesuai sasaran. Namun perlu diperhatikan bahwa ada tambahan biaya hukum dan
lain-lainnya yang mungkin terjadi apabila pihak otoritas pajak tidak setuju dengan deductible items sehingga menjadi suatu kasus di
pengadilan. Begitu juga dengan waktu nilai mata uang time value of
money . Bila perencanaan pajak yang dilaksanakan semata-mata
hanya untuk menunda pembayaran bukan untuk mengurangi beban pajak, maka seharusnya di tarik kembali discounted terhadap nilai
sekarang dan dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sekarang. Dengan kata lain dilihat nilai sekarang present value atas
penghematan penundaan pajak berbagai tahun dikemudian hari dikurangi nilai sekarang atas biaya yang dikeluarkan untuk suatu
perencanaan pajak.
34
4. Mencari kelemahan dan kemungkinan memperbaiki kembali