Operasional Variabel Penelitian Regresi Data Panel
49 pula yang menjadi dasar hukum pendirian bank sentral Indonesia dengan
nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bankwet 1992. Sejarah bank sentral Indonesia sebelum De Javasche Bank
dinasionalisasi dan resmi menjadi Bank Indonesia pada tahun 1953, sebenarnya memiliki kisah tersendiri jauh sebelumnya. Pada tahun 1945
sebenarnya telah dibentuk suatu yayasan yang disebut Jajasan Poesat Bank Indonesia yang diharapkan menjadi cikal bakal Bank Indonesia
yang nantinya akan berfungsi sebagai bank sirkulasi bagi Indonesia menggantikan fungsi De Javasche Bank.
Dengan UU No.2 Prp Tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 didirikan Bank Negara Indonesia BNI sebagai penjelmaan Jajasan Poesat Bank
Indonesia yang melebur ke dalamnya. Peresmian pendirian BNI tersebut dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1946 oleh Wakil Presiden
Mohammad Hatta. Fungsi BNI menurut Undang – undang pendiriannya
adalah menjadi bank sirkulasi untuk Indonesia di samping berfungsi sebagai bank komersial. Namun dalam perjalanannnya, fungsi BNI
sebagai bank sirkulasi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Ia lebih terkonsentrasi pada fungsinya sebagai bank komersial, meskipun
kegiatan tersebut tidaklah melanggar ketentuan perundangan. Gagasan pemberian fungsi bank sirkulasi kepada Bank Negara
Indonesia pada Konferensi Meja Bundar KMB di Den Haag ditolak oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian menetapkan De
Javasche Bank sebagai bank sentral Indonesia, sementara BNI ditetapkan
50 sebagai bank pembangunan. Penunjukan De Javasche Bank sebagai bank
sentral Indonesia lebih bernuansa politis dan ekonomis yang lebih berpihak kepada kepentingan pemerintah Nederland. Keputusan KMB
tersebut menempatkan pihak Indonesia pada posisi yang lemah di mana Belanda masih akan memiliki kemampuan untuk mengontrol terhadap
manajemen De Javasche Bank, terutama mengenai mata uang, di mana untuk melakukannya harus terlebih dahulu bermusyawarah dengan
pemerintah Belanda. Dengan adanya kesepakatn KMB tersebut, maka di Indonesia secara formal pada saat itu terdapat dua bank sirkulasi yaitu De
Javasche Bank di samping Bank Negara Indonesia. Didasarkan pada pertimbangan pragtisme dan mengingat
keterikatan pemerintah Indonesia terhadap keputusan KMB, diputuskan untuk tetap meneruskan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi dan
kelak menjadi bank sentral Indonesia. Keputusan tersebut pada dasarnya cukup rasional mengingat De Javasche Bank sudah beroperasi dan
berfungsi secara baik di samping telah memilki sumber daya manusia yang memadai dan jaringan operasional lokal dan internasional yang
sudah mapan. Namun pada waktunya, namanya perlu diganti menjadi Bank Indonesia.
2. Restrukturisasi Sistem Perbankan Indonesia
Dalam rangka menciptakan sistem dan pengawasan perbankan yang sehat serta untuk pengamanan keuangan Negara, pemerintah
selanjutnya mengeluarkan berbagai undang – undang antara lain
51 Undang
– Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok – Pokok Perbankan. Undang
– Undang ini menjadi “mile stone” bagi penataan kembali sistem perbankan Indonesia. Selanjutnya, setahun kemudian
beberapa undang – undang disahkan sehingga semakin menciptakan
system perbankan yang sehat dan memperjelas arah sistem perbankan Indonesia. Undang
– Undang tersebut adalah : a. UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral menggantikan UU
No. 11 Tahun 1953. Undang – undang ini menggantikan fungsi
BNI-UnitI dengan kembali menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia,
b. UU No. 27 Tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946 menggantikan BNI
– Unit III; c. UU No. 18 Tahun 1968 tentang Bank Dagang Negara
menggantikan d. UU No. 19 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan
BNI- Unit IV; e. UU No. 20 Tahun 1968 tentang Bank Tabungan Negara
menggantikan BNI- Unit V; f. UU No. 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia yang
menampung BNI- Unit II; g.UU No. 22 Tahun 1968 tentang Bank Ekspor Impor Indonesia
menampung BNI- Unit II Eksim ;
52 Dengan dikeluarkannya undang
– undang pendirian masing – masing bank tersebut di atas, maka semua bank pemerintah yang
sebelumnya merupakan unit – unit yang dilebur ke dalam Bank
Tunggal, yaitu Bank Negara Indonesia, maka secara otomatis berdasarkan undang
– undang menjadi bank – bank yang masing – masing memiliki badan hukum sendiri. Bank Indonesia sebagai bank
sentral berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968, diharuskan berkonsentrasi sebagai bank sentral dan melepaskan fungsi dualitisnya, yaitu di
samping sebagai bank sirkulasi juga melakukan kegiatan komersial. Fungsi Bank Indonesia menurut UU No. 13 Tahun 1968 antara lain
adalah : a. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah;
b.Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja fungsi BI sebagai agent of development ;
c. Bankers’ bank and lender of the last resort;
d.Membina dan mengawasi bank dan urusan kredit. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan efektivitas penyaluran
kreditnya dan peningkatan pelayanan perbankan guna mendorong produktivitas masyarakat, kepada masing
– masing bank pemerintah diberikan penekanan prioritas atau konsentrasi dalam melaksanakan
pembiayaan pada sektor – sektor tertentu, yaitu :
a. BNI 1946 – sektor industri;
b. Bank Rakyat Indonesia – sektor koperasi, tani dan nelayan;