1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan bank umum pada dekade 1990-an merupakan tugas yang amat menantang. Kondisi perekonomian yang sedemikian sulit, terjadinya
perubahan peraturan yang cepat, persaingan yang semakin tajam, dan berbagai kecenderungan lain dalam industri perbankan menjadikan alasan
perlunya manajemen bank yang solid agar mampu menghadapi dan mengantisipasi semua keadaan. Konsep dan teknik yang digunakan dan
dikembangkan bank begitu cepat menjadi ketinggalan dan harus segera diperbaharui. Demikain pula pasar yang dilayani bank demikian cepat
mengalami perubahan secara dramatis, terutama sejak memasuki tahun 1990-an. Dalam menghadapi meningkatnya kompleksitas dalam
pengambilan keputusan, banyak manajemen bank menganggap hal tersebut sebagai suatu beban dan sangat menyusahkan. Sebaliknya, banyak
bank lain yang menjadikannya sebagai suatu kondisi untuk menilai kinerja manajemen bank.Dahlan Siamat,2005:275.
Pada umumnya, kinerja perbankan Indonesia sebelum terjadinya krisis ekonomi cukup baik dan menunjukan kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari
mobilisasi dana pada tahun 1996 mencapai Rp 414 triliun, dana pihak ketiga, giro, tabungan dengan deposito serta kredit mengalami kenaikan
menjadi Rp 304 triliun dari Rp 266 triliun. Efisiensi pada tahun tersebut
2 juga masih dapat dikatakan baik. Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional menunjukan nilai 92, ROE 16.96, CAR menunjukan peningkatan rata
– rata 12.10. Industri perbankan saat ini sudah membaik tapi perbankan Indonesia
belum efisien. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga loan-to-deposit ratioLDR perbankan Indonesia masih rendah, hal itu menandakan bahwa
penyaluran kredit belum optimal, karena dana yang disalurkan untuk kredit masih sekitar 70 dari total dana pihak ketiga DPK. Menurut
ketentuan BI, LDR yang netral berada di kisaran 85-110 persen. Kredit bermasalah juga menyebabkan tidak optimumnya fungsi intermediasi
perbankan. Persoalan lain dalam perbankan yaitu terjadinya ekses likuiditas, hal ini terlihat dalam besarnya dana bank yang ditempatkan di
BI dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI. Selama ini, penilaian mengenai kinerja keuangan perbankan di
Indonesia telah banyak dibahas dan disajikan dengan metodologi CAMEL sedangkan di dalam penelitian ini akan meniliai kinerja perbankan
berdasarkan tingkat efisiensi. Di lain pihak, pemahaman akan kinerja efisiensi bank mutlak diperlukan dalam situasi persaingan industri
perbankan yang semakin ketat, terutama untuk menganstisipasi kriteria bank jangkar seperti yang syaratkan di dalam Arsitektur Perbankan
Indonesia API . Efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber
pertumbuhan perbankan. Fenomena munculnya bank-bank besar dan
3 merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hukum too
big too fail pada perbankan konvensional telah mendorong perbankan untuk
meningkatkan skala
usaha dalam
rangka meningkatkan
efisiensiPriyonggo Suseno,2008 . Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input
yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output
tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.
Sedangkan efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena
merupakan jawaban atas kesulitan - kesulitan dalam menghitung ukuran- ukuran kinerja sebagaimana disebutkan di atas. Sering kali, perhitungan
tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui,
industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia
perbankan. Capital Adequacy Ratio CAR, Reserve Requirement, Legal Lending Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah contoh
4 peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di dunia
perbankan Muliaman D.Hadad, dkk, 2003. Suatu bank dikatakan efisien secara teknik apabila mampu
menghasilkan output maksimal dengan sumber daya input tertentu atau menghasilkan output tertentu dengan sumber daya input minimal. Oleh
karena itu diperlukan cara untuk mengukur kinerja suatu bank yang dapat menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola input menjadi output
yang menunjukan ukuran efisiensi relatif suatu bank. Studi empiris tentang kinerja efisiensi bank telah banyak dilakukan.
Muliaman D. Hadad, dkk. 2003 mereka melakukan studi pada periode tahun 1995 sampai 2003. Studi ini menggunakan dua metode parametrik
untuk menganalisis tingkat efisiensi bank di Indonesia. Hasil dari studi tersebut menunjukan bahwa bank asing campuran merupakan kategori
bank paling efisien dibandingkan dengan kategori lainnya. Zaenal Abidin 2007 mengevaluasi kinerja efisiensi 93 bank umum
di Indonesia pada periode tahun 2002 sampai 2005. Hasil temuan menunjukkan bahwa kelompok bank asing dan bank pemerintah
menunjukan lebih efisien dibandingkan kelompok bank lain. Secara rata –
rata tingkat efisiensi 93 bank umum mengalami peningkatan dari 0.776 ditahun 2002 menjadi 0.793 di akhir tahun 2003 tetapi kemudian
mengalami penurunan di tahun 2004 dan 2005 yaitu sebesar 0.782 dan 0.736. Pada bank Persero, bank BNI, BRI dan Mandiri selalu mencapai
5 tingkat efisiensi 100 . Sedangkan bagi BTN, selama 2 tahun terakhir
hanya mencapai 89 dan 97 di bandingkan seluruh jenis bank. Sari Yuniarti 2007 meneliti efisiensi kinerja pada bank
berstratifikasi dengan kategori bank kegiatan terbatas, bank fokus, dan bank nasional yang go public pada tahun 2005-2007 dengan menggunakan
pendekatan Data Envelopment Analysis. Hasil penelitian menunjukan rata – rata kinerja efisiensi relatif pada bank – bank go public dari tahun 2005-
2007 mengalami peningkatan efisiensi yang cukup baik. Efisiensi yang paling baik dicapai oleh Bank Capital Indonesia, Bank Lippo, Bank Panin,
Bank Victoria Internasional yang masing – masing merupakan kategori
bank fokus serta Bank BCA dan Bank BRI yang masuk dalam kategori bank nasional nilai efisiensi relative 1,0000 atau 100 .
Dengan keunggulan yang dimilki DEA sebagai alat analisis efisiensi bank, penulis akan menggunakan DEA dalam mengukur tingkat efisiensi
bank persero. Kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi data panel untuk menganalisis apakah total asset, dana pihak ketiga, dan kredit yang
diberikan mempengaruhi tingkat efisiensi pada bank persero. Dengan juga menganalisis total asset, dana pihak ketiga, dan kredit
yang diberikan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian –
penelitian sebelumnya yang hanya menganalisis efisiensi perbankan di Indonesia, antara lain Priyonggo Suseno 2008 yang meneliti tingkat
efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Zaenal Abidin 2007 yang meneliti kinerja efisiensi 93 bank umum di Indonesia, Yuliani 2007 yang
6 meneliti hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja
profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di Indonesia. Maka p
enulis mengangkat judul “ Analisis Pengaruh Total Asset, Dana Pihak Ketiga, Dan Kredit Yang Diberikan Terhadap Kinerja Efisiensi Bank
Persero di Indonesia ”.
Peneliti memilih bank persero sebagai sampel dalam penelitian karena secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Apabila bank
persero memiliki tingkat efisiensi yang baik, maka masyarakat tidak akan ragu
– ragu untuk menyimpan uang mereka di bank. Bank persero dapat dikatakan sebagai bank yang dijadikan patokan para masyarakat, karena
apabila bank persero tidak efisien, maka masyarakat tidak akan percaya lagi kepada bank persero, dan masyarakat akan beralih ke bank
– bank lainnya, seperti bank asing, bank swasta nasional. Apabila hal ini terjadi,
maka masyarakat tidak akan menyimpan uang mereka di bank – bank
pemerintah, dan akan menurunkan tingkat keuntungan bank pemerintah itu sendiri.
Bank persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil jumlahnya menjadi hanya 4 bank. Kebijakan pemerintah terhadap bank persero
dilakukan dengan menggabungkan merger Bank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia dan Bank Dagang Negara ke dalam Bank
Mandiri, sementara BTN, BNI 46 dan BRI tetap terus beroperasi seperti sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah menjadi Bank Ekspor
7 Indonesia yang tidak lagi beroperasi sebagai bank dan berubah fungsi
menjadi lembaga pembiayaan ekspor. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab ketidakefisienan sehingga dapat pula dibuat kebijakan-kebijakan yang
mengarah pada langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh perbankan di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan pula
pengambil kebijakan mengambil langkah-langkah tepat baik bagi bank yang sudah sangat tidak efisien exit policy Muliaman D. Hadad, dkk,
2003 .
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi bank persero dengan metode DEA Data Envelopment Analysis ?
2. Bagaimana pengaruh Total Asset, Dana Pihak Ketiga, dan Kredit yang Diberikan terhadap tingkat efisiensi bank persero ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
8 a. Menganalisis tingkat kinerja efisiensi bank persero BRI,
BNI, MANDIRI, dan BTN dilihat dari metode Data Envelopment Analysis DEA .
b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Total Asset, Dana Pihak Ketiga, dan Kredit yang Diberikan
terhadap tingkat efisiensi bank persero. 2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis, penelitian ini akan menjadi salah satu cara untuk
mengaplikasikan dan
mengembangkan ilmu
akademis yang telah didapatkan di bangku kuliah. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengambil
keputusan tentang kinerja efisiensi bank yang ada di Indonesia.
c. Dapat memberikan informasi tentang kinerja efisiensi bank di Indonesia bagi pihak
– pihak yang berkepentingan dengan studi ini.
d. Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan perbandingan mengenai kinerja efisiensi bank bagi
penelitian selanjutnya.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengantar
Dalam Bab II ini, akan diuraikan kerangka teori yang digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan tingkat kinerja efisiensi bank Persero di
Indonesia yang diteliti dapat memilki landasan keilmuan yang kuat. Setelah uraian kerangka teori, akan diuraikan penelitian
– penelitian sebelumnya sebagai landasan pembanding atau rujukan metodologi yang
digunakan. Pengertian bank, jenis – jenis bank, kegiatan bank, dan lain – lain
akan dipaparkan dan dijelaskan lebih detail.
B. Pengertian Bank
Banyak definisi mengenai bank, pada dasarnya semua definisi tersebut tidak berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau usaha bank.
Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara financial intermediary untuk menyalurkan penawaran
dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan Ahmad Rodoni, 2006:21. Menurut Kasmir 1999:23, dalam pembicaraan sehari
– hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima
simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang kredit bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk
10 menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran dan setoran. Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah : 1
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya,
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. 2
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3 Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Definisi bank di atas memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah
menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak
semata – mata memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya bagi
pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat Dahlan Siamat, 2005:275-276 .
11 Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang lebih dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito.
Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan
kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan, atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang
diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan
dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya.
Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualbelikan
12 kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan
istilah kredit lending . Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit debitur dalam bentuk bunga dan
biaya administrasi Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga
simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya.
Disamping bunga simpanan pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang
dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh lain –
lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun funding dan menyalurkan dana lending ini merupakan kegiatan utama bankKasmir,
1999:23-25.
C. Jenis – Jenis Bank
Kasmir,1999, dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang
– Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluar Undang
– Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang
– Undang nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau
pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.
13 Bank
– bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya dikelompokkan ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat BPR .
Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian, sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan terutama yang
terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak di keluarkannya undang
– undang di bidang keuangan dan perbankan, bank yang beroperasi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan Dahlan Siamat,2005:47 :
1. Fungsi, yaitu : Bank Sentral;
Bank Umum; Bank Perkreditan Rakyat.
2. Kepemilikan, yaitu : Bank Persero Bank Pemerintah ;
Bank Umum Swasta Nasional; Bank Asing;
Bank Pemerintah Daerah; Bank Campuran.
3. Sistem Pengenaan Bunga, yaitu : Bank Konvensional;
Bank Syariah. 4. Kegiatannya di Bidang Devisa, yaitu :
Bank Devisa foreign exchange bank ; Bank Non Devisa non foreign exchange bank .