BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi dewasa ini tidak saja menyebabkan dunia ini semakin mengglobal tetapi juga membawa perubahan dalam tatanan
kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra merupakan manisfestasi
kehidupan jiwa bangsa dari abad ke abad. Di dalam karya sastra terkandung nilai- nilai budaya yang mencermikan kehidupan manusia pada waku tertentu. Karya
sastra merupakan khazanah ilmu pengetahuan dan budaya. Oleh karena itu penghayatan terhadap karya sastra akan memberikan keseimbangan antara
pemerolehan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak dan pembangun jiwa dipihak lain..
Salah satu dari sekian banyak kesusatraan yang sangat populer dan terkenal adalah kesusastraan Melayu. Sastra Melayu adalah salah satu yang
memiliki cerita rakyat yang hidup dan berkembang secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sastra Melayu juga merupakan dialog,
kompleksitas dan reaksi dari suatu masyarakat terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Mengapa dikatakan hasil dari suatu masyarakat, bukan hasil individu
atau pengarang? Hal ini dikarenakan dalam kesusastraan Melayu tidak dikenal nama pengarang atau anonim. Sebuah hasil karya sastra merupakan hasil
perenungan dari suatu komunitas atau milik bersama tanpa menonjolkan individu.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dari banyak warisan budaya Melayu terdapat Syair, yang mana merupakan genre foklor. Kelompok besar ini antara lain:
1. Bahasa rakyat Foklor speech seperti logat, julukan. Pangkat tradisional dan title
kebangsaan. 2. Ungkapan tradisional seperti peribahasa
pepatah dan pemeo. 3. Pertanyaan tradisional seperti teka-teki.
4. Puisi Rakyat seperti pantun, gurindam dan syair. 5. Cerita prosa rakyat, seperti mite legenda
dan dongeng. 6. Nyanyian rakyat. Dananjaya 1999:21.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Syair Haji termasuk ke dalam genre folklor kelompok puisi.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa yunani “poeima” membuat atau “poesis” pembuatan dan dalam bahasa inggris disebut poem atau poetry. Puisi
diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptkan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau atau
gambaran suasana tertentubaik fisik maupun badaniah Aminuddin 2000:134 Selanjutnya Pradopo 2000:7 mengungkapkan bahwa puisi merupakan
rekaman dan interpretsi pengalaman manusia yang terpenting, diekspresikan dan diubah dalam wujud yang berkesan estetis. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Widijanto, 2007: 31 menyatakan bahwa bentuk kata estetis lebih mengisyaratkan sebagai cara seseorang memahami keindahan, memahami nilai rasa serta bagaimana
nilai rasa itu dapat dimodifikasikan seseorang yang tengah menikmati karya seni, serta bagaimana pengarang mengaktualisasikan nilai itu dalam karyanya bersamaan
dengan sikapnya di samping unsur-unsur yang menyertainya. Dengan demikian, akan dihasilkan puisi yang merupakan perwakilan perasaan penyair dan pendokumentasian
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar penyair. Puisi merupakan salah satu media
Universitas Sumatera Utara
dalam karya sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengangkat masalah sosial dalam masyarakat. Persoalan sosial tersebut merupakan tanggapan atau respon
penulis terhadap fenomena permasalahan yang ada di sekelilingnya, sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penyair tidak bisa lepas dari pengaruh sosial budaya
masyarakatnya. Latar sosial budaya itu terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat, kesenian
dan benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam karya sastra Pradopo, 2000: 254.
Salah satu jenis puisi sebagaimana yang disebutkan di atas adalah syair. Syair merupakan bentuk puisi yang terpenting. Kata syair berasal dari bahasa
Arab. Yaitu ‘Syair’ sedangkan kata syi’run berasal dari bahasa Arab yang berarti puisi. Kliker dalam Fanani, 1997:2. Dalam hal ini penulis berpegang pada
pendapat Klikert yang menyatakan bahwa kata syair tersebut merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk puisi, di samping ada bentuk pantun, gurindam
dan talibun dalam sastra lama. Menurut Hooykas dalam Fanani, 1997:2 bentuk syair mempunyai syarat
sebagai berikut :1 setiap bait syair terdiri empat baris; 2 setiap akhir baris memiliki rima yang sama, yakni a,a,a,a dan 3 setiap baris terdiri atas empat kata,
banyak kata, banyak suku kata yang tidak tetap yakni 8-12 dan suku kata yang umumnya adalah 10 suku kata.
Syair selain bersifat menghibur juga dapat dibaca dengan berlagu sesuai dengan selera orang masing-masing. Syair mendapatkan tempat yang sangat
penting karena bentuk prosa belum dikenal benar, sehingga hampir semua cerita atau hikayat ditulis dalam bentuk syair. Bentuk syair dipakai karena gaya
penyampaiannya tidak menjemukan, sehingga dapat disukai serta bentuknya yang
Universitas Sumatera Utara
puitis, lebih cepat menarik perhatian. Syair juga dapat memberikan kenikmatan, kesenangan yang menarik jika di nyanyikan. Salah satu dari sekian banyak syair
yang dikenal dan populer pada masyarakat Melayu adalah Syair Haji . Syair Haji merupakan salah satu bentuk puisi lama yang tergolong syair
keagamaan dalam hal ini adalah Islam. Syair Haji berisikan mengenai haji, baik rukun maupun kewajiban yang harus dilakukan oleh jemaah haji. Sebagai bukti
Syair Haji dimasukkan syair keagamaan disebabkan dalam syair haji banyak terdapat kata–kata yang berhubungan dengan ajaran agama Islam seperti
penyebutan asma Allah pada ungkapan Alhamdulilah, qul huw allahu ahad, kahlilu-Lah dan masih banyak yang lain, di samping itu juga banyak ditemukan
kata Islam dan kata-kata yang menunjukan sifat keislaman, misalnya kata haji mengingatkan kepada agama Islam terutama dengan rukun Islam yang kelima.
Orang Islam diwajibkan menunaikan ibadah haji minimal satu kali dalam seumur hidup jika telah mampu dalam segala hal, antara lain mampu biaya, sehat
jasmani dan rohani, serta situasi dalam keadaan damai dan tentram. Di Museum Nasional Jakarta tersimpan naskah-naskah kesusatraan
Indonesia lama, satu antaranya, naskah Syair Haji yang tercatat dalam Katalagus Van Rongkel. Katalogus naskah Melayu Museum pusat di dalam katalagus itu
tertulis ada empat naskah Syair Haji dan setiap naskah itu masing-masing mempunyai kode Van Rongkel, 1909:61 dan Sutaarga, 1972:248. Keempat
naskah Syair Haji tersebut diberi nomor sebagai berikut. 1.
Syair Haji I Bernomor kode, Gen 23 B
2. Syair Haji II
Universitas Sumatera Utara
Bernomor, v.d.W.230 C 3.
Syair Haji III Bernomor v.d.W.240.C
4. Syair Haji IV
Bernomor 231 Sedangkan di Leiden tercatat ada empat naskah dengan kode, 3335, 3336,
3337 dan 3338. Selain Jakarta dan Leiden yang menyimpan naskah Syair Haji, Malaysia pun menyimpan naskah itu yang dicatat di dalam katalogus Malay
Manuscripts berjudul Syair Makkah Menurut Fannani 1997;15 naskah syair haji ini ada empat naskah seperti
tersebut di atas. Namun sebagai bahan penelitian penulis hanya mengunakan dua naskah saja yaitu naskah yang bernomor W 230 dan W 23. Hal ini dikarenakan
Syair Haji yang bernomor W 240 C isinya sama dengan naskah Syair Haji yang bernomor W.230 sehingga tidak perlu digunakan. Sedangkan Syair Haji yang
bernomor Bat.Gen 23 sedang difumigasi Pengasapan Sehingga tidak bisa dibaca. Harus diakui pada saat ini bahwa minat dan perhatian masyarakat
khususnya generasi muda sangat rendah terhadap puisi. Terutama syair jika dibandingkan dengan generasi yang lalu. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat
zaman dahulu yang mempergunakan syair dalam acara-acara besar seperti perkawinan, naik haji dan turun tanah atau menyampaikan pesan yang hendak
disampaikan dalam mendidik anak. Sedangkan masyarakat sekarang banyak yang tidak tahu tentang syair dan kadang salah meletakkan fungsi dari syair tersebut.
Hal di ataslah yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini selain merupakan usaha untuk memperkenalkan dan mengangkat kembali sebagian dari
Universitas Sumatera Utara
syair masyarakat Melayu. Sebagaimana sastra lisan lainnya yang ada di Indonesia khusus mengenai nilai nilai religiusitas yang terdapat dalam dalam Syair Haji.
Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang Syair Haji yang banyak berisikan ajaran Islam untuk diketahui dan dipahami oleh pembaca secara
umum. Pada syair ini dijelaskan mengenai bermacam persyaratan haji berupa rukun dan kewajiban yang dilakukan oleh jemaah haji setelah berada di Tanah
Suci.
1.2 Rumusan Masalah