BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Pada setiap penelitian pasti terdapat keterbatasan, begitu juga pada penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti sadar masih banyak sekali
terdapat kekurangan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti sehingga hal tersebut akan mempengaruhi hasil penelitian. Di
antara keterbatasan tersebut adalah :
1. Keterbatasan
dalam mencari
literatur sehingga
peneliti menggunakan literatur penelitian dari luar sebagai referensi namun
penelitian dari luar memiliki keterbatasan dalam hal karakteristik demografi dan budaya yang berkembang. Hal ini memungkinkan
dalam penelitian ini terdapat perbedaan dalam hasil statistik.
2. Pada variabel yang ditanyakan dengan pertanyaan tertutup sehingga bersifat subjektif dan relative membuat responden memilih jawaban
sesuai keinginannya.
6.2. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu hasil penelitian dalam bentuk gambaran deskriptif dan hasil penelitian dari analisis hubungan variabel
independen dengan variabel dependen.
6.2.1. Umur Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Menurut Comenius 2005 rentang umur 18-24 tahun adalah tahapan perkembangan fungsi kemampuan untuk mandiri dan belajar
mengontrol diri, sedangkan kelompok umur di atas 24 tahun merupakan tahapan ketika intelektual individu mengarahkan perkembangan seluruh
aspek kepribadian menuju kematangan diri.
Menurut Sedioetama 2006 dalam Fauji 2010, umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi seseorang dalam
menentukan keinginannya untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang
dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari – hari yang didukung
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 76 sampel yang diteliti terdapat 72,4 ibu hamil yang berusia dewasa. Artinya frekuensi ibu
hamil dalam penelitian ini didominasi oleh kelompok umur di atas 25 tahun. Jika dilihat dari umur responden, usia terendah responden hamil
yaitu umur 18 tahun dan usia yang paling tua yaitu 44 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa ibu hamil lebih didominasi oleh kelompok usia
produktif, yaitu rentang 25
– 45 tahun Widoyono, 2008. Dalam
kaitannya dengan usia reproduktif, seseorang yang memiliki usia reproduktif sangat perlu memperhatikan sistem, fungsi dan proses
produksi yang mereka miliki, karena orang dengan usia reproduktif sangat membutuhkan layanan kesehatan. Salah satu layanan kesehatan yang
seharusnya didapat ibu hamil yaitu kesehatan reproduksi. Oleh karena itu,
ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat membutuhkan layanan
VCT sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak.
6.2.2. Pendidikan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan Saptari, 2013. Pendidikan
formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya adalah merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual, untuk itu pendidikan tidak dapat
terlepas dari proses belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil berpendidikan SMA. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 67,1
ibu hamil berpendidikan tinggi. Artinya ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika dilihat dari hasil
wawancara pendidikan tertinggi ibu hamil didominasi tingkat menengah atas SMA. Hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sebanding
dengan usia yang dimilikina didominasi oleh kelompok usia dewasa. Pendidikan mempunyai peranan dalam menurunkan penularan
HIV, seperti yang dilaporkan oleeh beberapa penelitain berikut Walque, Nakiying Miiro, Bosingye, dan Whitworth 2005 dalam Roza 2013
yang melakukan studi kohort retrospektif antara tahun 1990 – 2000,
melaporkan bahwa pada tahun 1989 – 1990 risiko terinfeksi HIV lebih
besar pada mereka yang berpendidikan lebih tinggi, namun akhirnya menurun pada tahun 1999
– 2000. Studi ini menunjukkan bahwa penurunan itu terjadi karena mereka yang berpendidikan lebih banyak
terpapar dengan informasi terkait HIV cara penularan dan pencegah, termasuk bagaimana melakukan hubungan seks yang aman.
Artinya tingkat pendidikan seseorang mendukung niat seseorang untuk melakukan upaya penularan dan pencegahan terhadap HIVAIDS.
Hal ini sejalan dengan Setiawan 2011, seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka tingkat pemanfaatan klinik VCT
akan semakin baik, begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah pula tingkat pemanfaatan layanan
VCT-nya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Oleh karena itu,
pendidikan yang semakin tinggi maka tingkat pemanfaatan layanan VCT akan semakin tinggi.
6.2.3. Status Pekerjaan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Bekerja adalah salah satu upaya untuk mendapatkan pamasukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan.
Tingkat kesejahteraan yang baik dapat meningkatkan akses seseorang ke layanan kesehatan untuk menjaga status kesehatannya agar tetap baik
Indriyani, 2012.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Dari 76 sampel yang diteliti
terdapat 77,6 ibu hamil berstatus sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja dan 22,4 ibu hamil yang bekerja. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa mayoritas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat dengan tingkat ekonomi rendah. Sehingga sebagian besar responden menyatakan
bahwa mereka tidak tahu apakah perilakunya dapat berisiko untuk
terinfeksi HIVAIDS. Hal ini sejalan dengan Maulana 2009, menyatakan
bahwa variabel struktural yang salah satu di antaranya merupakan pengalaman yang dimiliki individu, termasuk pengalaman pekerjaan
riwayat pekerjaan dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap kesehatannya. Dengan demikian, kerentanan terhadap HIVAIDS yang
dirasakan orang risiko tinggi yang memanfaatkan VCT dapat dipengaruhi oleh riwayat pekerjaan yang dimiliki.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih 2011, menyatakan bahwa individu yang memiliki riwayat pekerjaan yang jelas
berisiko terinfeksi HIVAIDS mungkin akan lebih mudah memotivasi dirinya untuk memanfaatkan VCT karena ia menyadari bahaya yang akan
dialami sedangkan individu yang beranggapan bahwa dirinya tidak berisiko, kemungkinan tidak akan melakukan VCT. Hal ini secara tidak
langsung dapat memperluas penularan HIVAIDS karena individu yang menganggap bahwa dirinya tidak memiliki pekerjaan yang berisiko
cenderung untuk tidak melakukan VCT. Adanya anggapan tersebut dapat
menyebabkan individu tidak menyadari bahwa dirinya telah tertular HIVAIDS.
6.2.4. Pengetahuan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung,
telinga, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2007.
Menurut Ermarini 2013, pengetahuan VCT yang sangat umum untuk diketahui diantaranya berupa pengetahuan tentang pengertian VCT, tujuan
dan manfaat VCT, serta dimana layanan VCT dapat di akses. Seseorang yang memiliki pengetahuan VCT rendah cenderung tidak mempunyai niat
untuk memanfaatkan layanan VCT. Dalam penelitian ini, pengetahuan VCT yang ditanyakan kepada
responden adalah pertanyaan – pertanyaan terkait tujuan dan manfaat VCT
yang diambil dari penelitian terdahulu yang telah dimodifikasi serta diuji kevalidan datanya. Pertanyaan terdiri dari 11 soal dan bagi responden yang
mampu menjawab menimal enam soal akan dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan baik. Berdasarkan tabel 5.4. diketahui bahwa sebagian
besar ibu hamil memiliki pengetahuan kurang tentang layanan VCT. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 92,1 ibu hamil yang berpengetahuan
rendah tentang VCT. artinya ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat berpengetahuan rendah tentang layanan VCT.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik 100 mempunyai niat untuk
memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang 45,7 mempunyai niat untuk
memanfaatkan layanan VCT. Hal ini sejalan dengan penelitian Sumarlin 2013, yang menyatakan ada pengaruh pengetahuan terhadap perubahan
perilaku pada pasien HIVAIDS. Pengetahuan baik lebih besar kemungkinan untuk melakukan perubahan perilaku dengan persentase
65,7 dan berpengetahuan rendah 13,2. Didukung pula dengan penjelasan menurut Notoatmodjo 2007 bahwa pengetahuan merupakan
strategi perubahan perilaku yang penting untuk menimbulkan kesadaran dan akhirnya berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Berdasarkan teori adaptasi, apabila seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang baik setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai
sikap dan perilaku yang baik pula. Sedangkan menurut WHO 1984 dalam Notoatmodjo 2005
bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku karena adanya 4 alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan, acuan dan referensi dari
seseorang, sumber daya, dan sosio budaya. Bentuk dari pemikiran dan perasaan salah satunya adalah pengetahuan. Seseorang akan berperilaku
didasarkan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari tingkat pengetahuannya.
Menurut Maslow 1984 dalam Cicio 2006 juga menyatakan bahwa individu lebih menyukai sesuatu yang dikenal atau diketahuinya
terlebih dahulu dari pada yang belum ia kenal atau diketahuinya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicio 2006 hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan yang ditelitinya tidak memanfaatkan layanan VCT dikarenakan mereka tidak tahu apa itu
VCT dan untuk apa layanan VCT. Sehingga disimpulkan ketertarikan seseorang terhadap layanan VCT dilatarbelakangi oleh pengetahuan
seseorang tentang layanan VCT.
6.2.5. Sikap Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 2003. Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak
suka seseorang terhadap objek. Biasanya sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Dalam penelitian ini, sikap ditanyakan dalam kuisioner dengan skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu dan dimodifikasi serta
telah diuji kevalidan datanya. Pertanyaan sikap terdiri dari 5 soal apabila responden menjawab sangat tidak setuju diberi dengan skor 1 sampai
dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang mampu menjawab dengan nilai skor ≥ median akan dimasukkan ke dalam kategori sikap
positif terhadap VCT. Jika dilihat dari tabel 5.5. terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki sikap positif terhadap layanan VCT. Dari 76
sampel yang diteliti terdapat 32,9 ibu hamil memiliki sikap negatif terhadap VCT dan 67,1 ibu hamil memiliki sikap positif terhadap VCT.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan bahwa responden dengan sikap positif mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT
60,8 sebaliknya 28,0 responden dengan sikap negatif mempunyai niat untuk melakukan VCT. Menurut hasil penelitian untuk dua pertanyaan
“status HIV dapat diketahui dengan cara mengunjunginya dan manfaat VCT dapat diketahui dengan cara mengunjunginya” responden cenderung
menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden bersikap positif terhadap layanan VCT. Namun, maih ada responden yang bersikap negatig
terhadap layanan VCT. Hal ini terlihat dari pertanyaan “saya perlu layanan VCT meskipun saya tidak merasakan sakit” responden cenderung
menjawab tidak setuju. Pernyataan ini didukung juga dengan hasil univariat terlihat bahwa 32,9 ibu hamil bersikap negatif terhadap
layanan VCT. Artinya sikap negatif ibu hamil terhadap layanan VCT secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil tentang layanan VCT. Menurut Ajzen 1991, faktor latar belakang background factors, seperti
usia jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilaku individu
terhadap sesuatu hal. Hal ini sejalan dengan karakteristik responden mayoritas responden berstatus sebagai ibu rumah tangga dengan
pengetahuan buruk tentang layanan VCT, secara tidak langsung kedua
faktor tersebut mempengaruhi responden untuk bersikap negatif terhadap VCT.
6.2.6. Norma Subyektif Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Norma subjektif subjective norm adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang
akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku Ajzen, 1991. Norma subjektif merupakan fungsi dari
harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang di sekitarnya misalnya, saudara, teman sejawat menyetujui perilaku
tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka Ajzen, 1991.
Dalam penelitian ini, norma subyektif ditanyakan dalam bentuk kuisioner dengan skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang
telah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyaan dalam kuisioner ini terdiri dari 7 soal apabila responden menjawab sangat tidak
setuju diberi skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang mampu menjawab ≥ median akan dimasukkan ke dalam kategori
dorongan kuat. Menurut hasil penelitian terlihat bahwa ibu hamil yang memiliki
dorongan lemah dan dorongan kuat seimbang. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 47,4 ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan
dorongan lemah dan 52,6 ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan dorongan kuat. Dari beberapa pertanyaan yang menanyakan
“seberapa pentingkah pandangan dari orang terdekat akan memberi pengaruh pada keputusan responden untuk memanfaatkan layanan VCT”
responden cenderung menjawab penting mengenai keputusan keluarga dan tenaga kesehatan. Dan sebaliknya untuk pertanyaan mengenai keputusan
teman responden cenderung menjawab kurang penting. Artinya keputusan responden untuk berniat memanfaatkan layanan VCT akan dapat
berpengaruh jika keluarga dan petugas kesehatan bersikap positif terhadap layanan VCT. Hasil yang sama dilakukan oleh Swanson et al 2006
dalam Saptari 2013, pengaruh sosial sangat berpengaruh kepada keputusan individu untuk mendukung atau melakukan suatu perilaku
tertentu. Penelitian ini sejalan dengan Nurlina 2009, faktor dukungan orang terdekat mempengaruhi individu untuk memanfaatkan layanan
VCT. Menurut Rogers 1971, seseorang melewati tahap pengetahun, persepsi, pengambilam keputusan, dan tahap akhir yaitu konfirmasi,
ditahap inilah individu akan mulai mencari dukungan atau tanggapan positif dari orang terdekat yang kemungkinan besar akan merubah
perilakunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin responden percaya
bahwa orang – orang terdekatnya berpendapat ia tidak perlu
memanfaatkan layanan VCT, maka responden cenderung tidak memanfaatkan layanan VCT. Norma subyektif responden kemungkinan
besar akan berpengaruh pada niatnya untuk memanfaatkan layanan VCT jika sebelumnya responden mempunyai pengalaman dari orang terdekat.
6.2.7. Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Menurut Saptari 2013 persepsi kontrol diri seseorang dikatagorikan menjadi persepsi kontrol diri lemah dan kuat. Hasil dari
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol
diri berhubungan signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu.
Dalam penelitian ini, persepsi kontrol diri perilaku ditanyakan dalam kuisioner skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang
sudah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyan persepsi kontrol perilaku terdiri dari 5 soal apabila responden menjawab sangat
tidak setuju diberi skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang mampu menjawab ≥ median dimaukkan ke dalam kategori
persepsi kontrol kuat. Hasil univariat terlihat bahwa dari 76 sampel ibu hamil yang
memiliki persepsi kontrol diri lemah sebanyak 42,1 sedangkan sebanyak 57,9 ibu hamil memiliki persepsi kontrol diri kuat. Artinya berimbang
antara responden dengan proporsi persepsi kontrol diri kuat dan sebaliknya. Responden cenderung setuju jika keputusan untuk
memanfaatkan layanan VCT merupakan keinginan dari dirinya sendiri. Selain itu, sebagian responden juga merasa yakin akan mengikuti semua
proses tahapan VCT jika hasil tes dinyatakan HIV. Artinya pada penelitian ini 57,9 responden mempunyai keyakinan diri untuk memanfaatkan
layanan VCT dan yakin terhadap dirinya akan mampu mengikuti semua proses tahapan VCT jika dinyatakan HIV.
6.2.8. Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Niat merupakan naluri yang timbul dalam diri, untuk melakukan suatu tindakan Putri, 2009. Niat juga bisa dikatakan sebagai
kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Menurut Fishbein dan Azjen 1991 niat berperilaku dapat
memprediksi tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi
tertentu. Niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan kesehatan dibagi
menjadi dua yaitu “berniat” dan “tidak berniat”. Ibu hamil dikatakan berniat apabila menjawab “ya” pada dua pertanyaan di akhir kusioner
bagian D. Dalam penelitian ini, niat ditanyakan dalam bentuk kuisioner yang
diambil dari penelitian terdahulu yang sudah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyaan niat terdiri dari 8 soal apabila responden
mampu menjawab soal ≥ 2 akan dimasukkan dalam kategori berniat untuk melakukan VCT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berimbang antara
ibu hamil yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dan yang tidak berniat untuk memanfaatkan layanan VCT. Dari 76 sampel
yang diteliti terdapat 50,0 ibu hamil yang tidak mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dan 50,0 ibu hamil yang mempunyai niat
untuk memanfaatkan layanan VCT. Proporsi niat ibu hamil untuk
memanfaatkan layanan VCT dalam penelitian ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan penelitian Finsa 2013, tetapi hasil yang sama jika dibandingkan dengan penelitian Titi 2012. Dari hasil penelitian Finsa
mendapati proporsi niat untuk memanfaatkan layanan VCT pada kelompok ibu hamil di RS Soewandhi adalah 62. Pada penelitian Titi
menemukan proporsi ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sebesar
51,1.
Dalam theory of planned behavior Ajzen, 2005, niat seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor dominan yaitu sikap, norma subyektif, dan
persepsi kontrol diri. Selain itu, pengetahuan juga secara tidak langsung berperan penting karena dapat mempengaruhi ketiga faktor tersebut. Jika
dilihat dari hasil penelitian Finsa 2013, menjelaskan bahwa niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu hamil tentang HIVAIDS. Hasil yang sama juga dilakukan oleh Titi 2012, niat ibu hamil dalam memanfaatkan layanan
VCT adalah faktor pengetahuan. Kemudian disusul dengan faktor persepsi kerentanan, persepsi halangan, persepsi manfaat,isyarat bertindak, akses
informasi, dukungan suami, dukungan bidan dan dukungan kader. Berdasarkan penelitian yang sedang dilakukan Ilmiyah 2014,
secara umum faktor yang mempengaruhi individu untuk memanfaatkan layanan VCT adalah diskriminasi yang timbul dari masyarakat tentang
HIV. Sebagian besar individu yang sudah diberikan penyuluhan masih membutuhkan waktu untuk meyakinkan dirinya bahwa VCT bermanfaat
bagi dirinya. Hal ini sejalan dengan Nurlina 2009, sebagian besar responden yang tidak memanfaatkan layanan VCT dipengaruhi oleh takut
akan hasil yang diperoleh setelah tes, tidak mengetahui adanya layanan VCT, dan dukungan dari orang terdekat yang kurang baik terhadap VCT.
Dalam penelitian ini 50 ibu hamil sudah mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Hasil penelitian ini Ibu hamil memiliki
pengetahuan rendah tentang VCT, hal ini secara tidak langsung mempengaruhi niat ibu untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya ada
hubungan antara rendahnya pengetahuan ibu hamil dengan minimnya sosialisasi yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas Ciputat.
6.3. Hubungan Antara Faktor Penyebab Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan