Keterbatasan Penelitian Hasil Penelitian

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Pada setiap penelitian pasti terdapat keterbatasan, begitu juga pada penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti sadar masih banyak sekali terdapat kekurangan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti sehingga hal tersebut akan mempengaruhi hasil penelitian. Di antara keterbatasan tersebut adalah : 1. Keterbatasan dalam mencari literatur sehingga peneliti menggunakan literatur penelitian dari luar sebagai referensi namun penelitian dari luar memiliki keterbatasan dalam hal karakteristik demografi dan budaya yang berkembang. Hal ini memungkinkan dalam penelitian ini terdapat perbedaan dalam hasil statistik. 2. Pada variabel yang ditanyakan dengan pertanyaan tertutup sehingga bersifat subjektif dan relative membuat responden memilih jawaban sesuai keinginannya.

6.2. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu hasil penelitian dalam bentuk gambaran deskriptif dan hasil penelitian dari analisis hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

6.2.1. Umur Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Menurut Comenius 2005 rentang umur 18-24 tahun adalah tahapan perkembangan fungsi kemampuan untuk mandiri dan belajar mengontrol diri, sedangkan kelompok umur di atas 24 tahun merupakan tahapan ketika intelektual individu mengarahkan perkembangan seluruh aspek kepribadian menuju kematangan diri. Menurut Sedioetama 2006 dalam Fauji 2010, umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan keinginannya untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari – hari yang didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 76 sampel yang diteliti terdapat 72,4 ibu hamil yang berusia dewasa. Artinya frekuensi ibu hamil dalam penelitian ini didominasi oleh kelompok umur di atas 25 tahun. Jika dilihat dari umur responden, usia terendah responden hamil yaitu umur 18 tahun dan usia yang paling tua yaitu 44 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa ibu hamil lebih didominasi oleh kelompok usia produktif, yaitu rentang 25 – 45 tahun Widoyono, 2008. Dalam kaitannya dengan usia reproduktif, seseorang yang memiliki usia reproduktif sangat perlu memperhatikan sistem, fungsi dan proses produksi yang mereka miliki, karena orang dengan usia reproduktif sangat membutuhkan layanan kesehatan. Salah satu layanan kesehatan yang seharusnya didapat ibu hamil yaitu kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat membutuhkan layanan VCT sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak.

6.2.2. Pendidikan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan Saptari, 2013. Pendidikan formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya adalah merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual, untuk itu pendidikan tidak dapat terlepas dari proses belajar. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil berpendidikan SMA. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 67,1 ibu hamil berpendidikan tinggi. Artinya ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika dilihat dari hasil wawancara pendidikan tertinggi ibu hamil didominasi tingkat menengah atas SMA. Hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sebanding dengan usia yang dimilikina didominasi oleh kelompok usia dewasa. Pendidikan mempunyai peranan dalam menurunkan penularan HIV, seperti yang dilaporkan oleeh beberapa penelitain berikut Walque, Nakiying Miiro, Bosingye, dan Whitworth 2005 dalam Roza 2013 yang melakukan studi kohort retrospektif antara tahun 1990 – 2000, melaporkan bahwa pada tahun 1989 – 1990 risiko terinfeksi HIV lebih besar pada mereka yang berpendidikan lebih tinggi, namun akhirnya menurun pada tahun 1999 – 2000. Studi ini menunjukkan bahwa penurunan itu terjadi karena mereka yang berpendidikan lebih banyak terpapar dengan informasi terkait HIV cara penularan dan pencegah, termasuk bagaimana melakukan hubungan seks yang aman. Artinya tingkat pendidikan seseorang mendukung niat seseorang untuk melakukan upaya penularan dan pencegahan terhadap HIVAIDS. Hal ini sejalan dengan Setiawan 2011, seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka tingkat pemanfaatan klinik VCT akan semakin baik, begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah pula tingkat pemanfaatan layanan VCT-nya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Oleh karena itu, pendidikan yang semakin tinggi maka tingkat pemanfaatan layanan VCT akan semakin tinggi.

6.2.3. Status Pekerjaan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Bekerja adalah salah satu upaya untuk mendapatkan pamasukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang baik dapat meningkatkan akses seseorang ke layanan kesehatan untuk menjaga status kesehatannya agar tetap baik Indriyani, 2012. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 77,6 ibu hamil berstatus sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja dan 22,4 ibu hamil yang bekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat dengan tingkat ekonomi rendah. Sehingga sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka tidak tahu apakah perilakunya dapat berisiko untuk terinfeksi HIVAIDS. Hal ini sejalan dengan Maulana 2009, menyatakan bahwa variabel struktural yang salah satu di antaranya merupakan pengalaman yang dimiliki individu, termasuk pengalaman pekerjaan riwayat pekerjaan dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap kesehatannya. Dengan demikian, kerentanan terhadap HIVAIDS yang dirasakan orang risiko tinggi yang memanfaatkan VCT dapat dipengaruhi oleh riwayat pekerjaan yang dimiliki. Dari penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih 2011, menyatakan bahwa individu yang memiliki riwayat pekerjaan yang jelas berisiko terinfeksi HIVAIDS mungkin akan lebih mudah memotivasi dirinya untuk memanfaatkan VCT karena ia menyadari bahaya yang akan dialami sedangkan individu yang beranggapan bahwa dirinya tidak berisiko, kemungkinan tidak akan melakukan VCT. Hal ini secara tidak langsung dapat memperluas penularan HIVAIDS karena individu yang menganggap bahwa dirinya tidak memiliki pekerjaan yang berisiko cenderung untuk tidak melakukan VCT. Adanya anggapan tersebut dapat menyebabkan individu tidak menyadari bahwa dirinya telah tertular HIVAIDS.

6.2.4. Pengetahuan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2007. Menurut Ermarini 2013, pengetahuan VCT yang sangat umum untuk diketahui diantaranya berupa pengetahuan tentang pengertian VCT, tujuan dan manfaat VCT, serta dimana layanan VCT dapat di akses. Seseorang yang memiliki pengetahuan VCT rendah cenderung tidak mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Dalam penelitian ini, pengetahuan VCT yang ditanyakan kepada responden adalah pertanyaan – pertanyaan terkait tujuan dan manfaat VCT yang diambil dari penelitian terdahulu yang telah dimodifikasi serta diuji kevalidan datanya. Pertanyaan terdiri dari 11 soal dan bagi responden yang mampu menjawab menimal enam soal akan dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan baik. Berdasarkan tabel 5.4. diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan kurang tentang layanan VCT. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 92,1 ibu hamil yang berpengetahuan rendah tentang VCT. artinya ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat berpengetahuan rendah tentang layanan VCT. Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik 100 mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang 45,7 mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Hal ini sejalan dengan penelitian Sumarlin 2013, yang menyatakan ada pengaruh pengetahuan terhadap perubahan perilaku pada pasien HIVAIDS. Pengetahuan baik lebih besar kemungkinan untuk melakukan perubahan perilaku dengan persentase 65,7 dan berpengetahuan rendah 13,2. Didukung pula dengan penjelasan menurut Notoatmodjo 2007 bahwa pengetahuan merupakan strategi perubahan perilaku yang penting untuk menimbulkan kesadaran dan akhirnya berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan teori adaptasi, apabila seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang baik setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik pula. Sedangkan menurut WHO 1984 dalam Notoatmodjo 2005 bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku karena adanya 4 alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan, acuan dan referensi dari seseorang, sumber daya, dan sosio budaya. Bentuk dari pemikiran dan perasaan salah satunya adalah pengetahuan. Seseorang akan berperilaku didasarkan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari tingkat pengetahuannya. Menurut Maslow 1984 dalam Cicio 2006 juga menyatakan bahwa individu lebih menyukai sesuatu yang dikenal atau diketahuinya terlebih dahulu dari pada yang belum ia kenal atau diketahuinya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicio 2006 hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan yang ditelitinya tidak memanfaatkan layanan VCT dikarenakan mereka tidak tahu apa itu VCT dan untuk apa layanan VCT. Sehingga disimpulkan ketertarikan seseorang terhadap layanan VCT dilatarbelakangi oleh pengetahuan seseorang tentang layanan VCT.

6.2.5. Sikap Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 2003. Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Biasanya sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Dalam penelitian ini, sikap ditanyakan dalam kuisioner dengan skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu dan dimodifikasi serta telah diuji kevalidan datanya. Pertanyaan sikap terdiri dari 5 soal apabila responden menjawab sangat tidak setuju diberi dengan skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang mampu menjawab dengan nilai skor ≥ median akan dimasukkan ke dalam kategori sikap positif terhadap VCT. Jika dilihat dari tabel 5.5. terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki sikap positif terhadap layanan VCT. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 32,9 ibu hamil memiliki sikap negatif terhadap VCT dan 67,1 ibu hamil memiliki sikap positif terhadap VCT. Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan bahwa responden dengan sikap positif mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT 60,8 sebaliknya 28,0 responden dengan sikap negatif mempunyai niat untuk melakukan VCT. Menurut hasil penelitian untuk dua pertanyaan “status HIV dapat diketahui dengan cara mengunjunginya dan manfaat VCT dapat diketahui dengan cara mengunjunginya” responden cenderung menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden bersikap positif terhadap layanan VCT. Namun, maih ada responden yang bersikap negatig terhadap layanan VCT. Hal ini terlihat dari pertanyaan “saya perlu layanan VCT meskipun saya tidak merasakan sakit” responden cenderung menjawab tidak setuju. Pernyataan ini didukung juga dengan hasil univariat terlihat bahwa 32,9 ibu hamil bersikap negatif terhadap layanan VCT. Artinya sikap negatif ibu hamil terhadap layanan VCT secara tidak langsung dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil tentang layanan VCT. Menurut Ajzen 1991, faktor latar belakang background factors, seperti usia jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Hal ini sejalan dengan karakteristik responden mayoritas responden berstatus sebagai ibu rumah tangga dengan pengetahuan buruk tentang layanan VCT, secara tidak langsung kedua faktor tersebut mempengaruhi responden untuk bersikap negatif terhadap VCT.

6.2.6. Norma Subyektif Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Norma subjektif subjective norm adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku Ajzen, 1991. Norma subjektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang di sekitarnya misalnya, saudara, teman sejawat menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka Ajzen, 1991. Dalam penelitian ini, norma subyektif ditanyakan dalam bentuk kuisioner dengan skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang telah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyaan dalam kuisioner ini terdiri dari 7 soal apabila responden menjawab sangat tidak setuju diberi skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang mampu menjawab ≥ median akan dimasukkan ke dalam kategori dorongan kuat. Menurut hasil penelitian terlihat bahwa ibu hamil yang memiliki dorongan lemah dan dorongan kuat seimbang. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 47,4 ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan dorongan lemah dan 52,6 ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan dorongan kuat. Dari beberapa pertanyaan yang menanyakan “seberapa pentingkah pandangan dari orang terdekat akan memberi pengaruh pada keputusan responden untuk memanfaatkan layanan VCT” responden cenderung menjawab penting mengenai keputusan keluarga dan tenaga kesehatan. Dan sebaliknya untuk pertanyaan mengenai keputusan teman responden cenderung menjawab kurang penting. Artinya keputusan responden untuk berniat memanfaatkan layanan VCT akan dapat berpengaruh jika keluarga dan petugas kesehatan bersikap positif terhadap layanan VCT. Hasil yang sama dilakukan oleh Swanson et al 2006 dalam Saptari 2013, pengaruh sosial sangat berpengaruh kepada keputusan individu untuk mendukung atau melakukan suatu perilaku tertentu. Penelitian ini sejalan dengan Nurlina 2009, faktor dukungan orang terdekat mempengaruhi individu untuk memanfaatkan layanan VCT. Menurut Rogers 1971, seseorang melewati tahap pengetahun, persepsi, pengambilam keputusan, dan tahap akhir yaitu konfirmasi, ditahap inilah individu akan mulai mencari dukungan atau tanggapan positif dari orang terdekat yang kemungkinan besar akan merubah perilakunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin responden percaya bahwa orang – orang terdekatnya berpendapat ia tidak perlu memanfaatkan layanan VCT, maka responden cenderung tidak memanfaatkan layanan VCT. Norma subyektif responden kemungkinan besar akan berpengaruh pada niatnya untuk memanfaatkan layanan VCT jika sebelumnya responden mempunyai pengalaman dari orang terdekat.

6.2.7. Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Menurut Saptari 2013 persepsi kontrol diri seseorang dikatagorikan menjadi persepsi kontrol diri lemah dan kuat. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol diri berhubungan signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam penelitian ini, persepsi kontrol diri perilaku ditanyakan dalam kuisioner skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang sudah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyan persepsi kontrol perilaku terdiri dari 5 soal apabila responden menjawab sangat tidak setuju diberi skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang mampu menjawab ≥ median dimaukkan ke dalam kategori persepsi kontrol kuat. Hasil univariat terlihat bahwa dari 76 sampel ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri lemah sebanyak 42,1 sedangkan sebanyak 57,9 ibu hamil memiliki persepsi kontrol diri kuat. Artinya berimbang antara responden dengan proporsi persepsi kontrol diri kuat dan sebaliknya. Responden cenderung setuju jika keputusan untuk memanfaatkan layanan VCT merupakan keinginan dari dirinya sendiri. Selain itu, sebagian responden juga merasa yakin akan mengikuti semua proses tahapan VCT jika hasil tes dinyatakan HIV. Artinya pada penelitian ini 57,9 responden mempunyai keyakinan diri untuk memanfaatkan layanan VCT dan yakin terhadap dirinya akan mampu mengikuti semua proses tahapan VCT jika dinyatakan HIV.

6.2.8. Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Niat merupakan naluri yang timbul dalam diri, untuk melakukan suatu tindakan Putri, 2009. Niat juga bisa dikatakan sebagai kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Menurut Fishbein dan Azjen 1991 niat berperilaku dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan kesehatan dibagi menjadi dua yaitu “berniat” dan “tidak berniat”. Ibu hamil dikatakan berniat apabila menjawab “ya” pada dua pertanyaan di akhir kusioner bagian D. Dalam penelitian ini, niat ditanyakan dalam bentuk kuisioner yang diambil dari penelitian terdahulu yang sudah dimodifikasi dan diuji kevalidan datanya. Pertanyaan niat terdiri dari 8 soal apabila responden mampu menjawab soal ≥ 2 akan dimasukkan dalam kategori berniat untuk melakukan VCT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berimbang antara ibu hamil yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dan yang tidak berniat untuk memanfaatkan layanan VCT. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 50,0 ibu hamil yang tidak mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dan 50,0 ibu hamil yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Proporsi niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT dalam penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Finsa 2013, tetapi hasil yang sama jika dibandingkan dengan penelitian Titi 2012. Dari hasil penelitian Finsa mendapati proporsi niat untuk memanfaatkan layanan VCT pada kelompok ibu hamil di RS Soewandhi adalah 62. Pada penelitian Titi menemukan proporsi ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sebesar 51,1. Dalam theory of planned behavior Ajzen, 2005, niat seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor dominan yaitu sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol diri. Selain itu, pengetahuan juga secara tidak langsung berperan penting karena dapat mempengaruhi ketiga faktor tersebut. Jika dilihat dari hasil penelitian Finsa 2013, menjelaskan bahwa niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil tentang HIVAIDS. Hasil yang sama juga dilakukan oleh Titi 2012, niat ibu hamil dalam memanfaatkan layanan VCT adalah faktor pengetahuan. Kemudian disusul dengan faktor persepsi kerentanan, persepsi halangan, persepsi manfaat,isyarat bertindak, akses informasi, dukungan suami, dukungan bidan dan dukungan kader. Berdasarkan penelitian yang sedang dilakukan Ilmiyah 2014, secara umum faktor yang mempengaruhi individu untuk memanfaatkan layanan VCT adalah diskriminasi yang timbul dari masyarakat tentang HIV. Sebagian besar individu yang sudah diberikan penyuluhan masih membutuhkan waktu untuk meyakinkan dirinya bahwa VCT bermanfaat bagi dirinya. Hal ini sejalan dengan Nurlina 2009, sebagian besar responden yang tidak memanfaatkan layanan VCT dipengaruhi oleh takut akan hasil yang diperoleh setelah tes, tidak mengetahui adanya layanan VCT, dan dukungan dari orang terdekat yang kurang baik terhadap VCT. Dalam penelitian ini 50 ibu hamil sudah mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Hasil penelitian ini Ibu hamil memiliki pengetahuan rendah tentang VCT, hal ini secara tidak langsung mempengaruhi niat ibu untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya ada hubungan antara rendahnya pengetahuan ibu hamil dengan minimnya sosialisasi yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas Ciputat.

6.3. Hubungan Antara Faktor Penyebab Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Memanfaatkan Pelayanan Rujukan Ibu Hamil...

0 26 3

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 17

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kawasan Resosialisasi Argorejo Kota Semarang)

0 0 61

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU HAMIL DAN POTENSI HAMBATAN TERHADAP PEMANFAATAN LAYANAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) HIVAIDS (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang)

0 0 65

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KRETEK KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT IBU HAMIL UNTUK MEMANFAATKAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING DAN TESTING) DI PUSKESMAS SRANDAKAN BANTUL YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIVAIDS DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN WILAYAHKOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU HAMIL UNTUK MEMANFAATKAN LAYANAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2017 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU HAMIL UNTUK MEMA

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) HIVAIDS PADA IBU RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)

0 0 11