BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Pada setiap penelitian pasti terdapat keterbatasan, begitu juga pada penelitian  ini.  Pada  penelitian  ini,  peneliti  sadar  masih  banyak  sekali
terdapat  kekurangan  karena  adanya  keterbatasan  yang  dimiliki  oleh peneliti  sehingga  hal  tersebut  akan  mempengaruhi  hasil  penelitian.  Di
antara keterbatasan tersebut adalah :
1. Keterbatasan
dalam mencari
literatur sehingga
peneliti menggunakan literatur penelitian dari luar sebagai referensi namun
penelitian  dari  luar  memiliki  keterbatasan  dalam  hal  karakteristik demografi  dan  budaya  yang  berkembang.  Hal  ini  memungkinkan
dalam penelitian ini terdapat perbedaan dalam hasil statistik.
2.  Pada  variabel  yang  ditanyakan  dengan  pertanyaan  tertutup  sehingga bersifat  subjektif  dan  relative  membuat  responden  memilih  jawaban
sesuai keinginannya.
6.2. Hasil Penelitian
Hasil  dari  penelitian  ini  dibagi  menjadi  dua  yaitu  hasil  penelitian  dalam bentuk  gambaran  deskriptif  dan  hasil  penelitian  dari  analisis  hubungan  variabel
independen dengan variabel dependen.
6.2.1. Umur Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Menurut  Comenius  2005  rentang  umur  18-24  tahun  adalah tahapan  perkembangan  fungsi  kemampuan  untuk  mandiri  dan  belajar
mengontrol  diri,  sedangkan  kelompok  umur  di  atas  24  tahun  merupakan tahapan  ketika  intelektual  individu  mengarahkan  perkembangan  seluruh
aspek kepribadian menuju kematangan diri.
Menurut Sedioetama 2006 dalam  Fauji 2010, umur  merupakan salah  satu  faktor  yang  diduga  dapat  mempengaruhi  seseorang  dalam
menentukan  keinginannya untuk memanfaatkan  layanan kesehatan. Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang
dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari – hari yang didukung
dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 76 sampel yang diteliti terdapat  72,4  ibu  hamil  yang  berusia  dewasa.  Artinya  frekuensi  ibu
hamil  dalam  penelitian  ini  didominasi  oleh  kelompok  umur  di  atas  25 tahun.  Jika  dilihat  dari  umur  responden,  usia  terendah  responden  hamil
yaitu  umur  18  tahun  dan  usia  yang  paling  tua  yaitu  44  tahun.  Hal  ini mengindikasikan  bahwa  ibu  hamil  lebih  didominasi  oleh  kelompok  usia
produktif,  yaitu  rentang  25
–  45  tahun  Widoyono,  2008.  Dalam
kaitannya  dengan  usia  reproduktif,  seseorang  yang  memiliki  usia reproduktif  sangat  perlu  memperhatikan  sistem,  fungsi  dan  proses
produksi yang mereka miliki, karena orang dengan usia reproduktif sangat membutuhkan  layanan  kesehatan.  Salah  satu  layanan  kesehatan  yang
seharusnya didapat ibu hamil yaitu kesehatan reproduksi. Oleh karena itu,
ibu  hamil  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Ciputat  membutuhkan  layanan
VCT sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak.
6.2.2. Pendidikan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Pendidikan  adalah  sebuah  proses  untuk  mengubah  sikap  dan  tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.  Pendidikan secara umum adalah segala  upaya  yang  direncanakan  untuk  mempengaruhi  orang  lain  baik
individu,  kelompok,  atau  masyarakat  sehingga  mereka  melakukan  apa yang  diharapkan  oleh  pelaku  pendidikan  Saptari,  2013.  Pendidikan
formal  yang  ditempuh  seseorang  pada  dasarnya  adalah  merupakan  suatu proses  menuju  kematangan  intelektual,  untuk  itu  pendidikan  tidak  dapat
terlepas dari proses belajar.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil  berpendidikan  SMA.  Dari  76  sampel  yang  diteliti  terdapat  67,1
ibu  hamil  berpendidikan  tinggi.  Artinya  ibu  hamil  di  Wilayah  kerja Puskesmas Ciputat dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika dilihat dari hasil
wawancara  pendidikan  tertinggi  ibu  hamil  didominasi  tingkat  menengah atas SMA. Hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sebanding
dengan usia yang dimilikina didominasi oleh kelompok usia dewasa. Pendidikan  mempunyai  peranan  dalam  menurunkan  penularan
HIV,  seperti  yang  dilaporkan  oleeh  beberapa  penelitain  berikut  Walque, Nakiying  Miiro,  Bosingye,  dan  Whitworth  2005  dalam  Roza  2013
yang  melakukan  studi  kohort  retrospektif  antara  tahun  1990 –  2000,
melaporkan  bahwa  pada  tahun  1989 –  1990  risiko  terinfeksi  HIV  lebih
besar  pada  mereka  yang  berpendidikan  lebih  tinggi,  namun  akhirnya menurun  pada  tahun  1999
–  2000.  Studi  ini  menunjukkan  bahwa penurunan  itu  terjadi  karena  mereka  yang  berpendidikan  lebih  banyak
terpapar  dengan  informasi  terkait  HIV  cara  penularan  dan  pencegah, termasuk bagaimana melakukan hubungan seks yang aman.
Artinya  tingkat  pendidikan  seseorang  mendukung  niat  seseorang untuk  melakukan  upaya  penularan  dan  pencegahan  terhadap  HIVAIDS.
Hal  ini  sejalan  dengan  Setiawan  2011,  seseorang  dengan  tingkat pendidikan  yang  semakin  tinggi,  maka  tingkat  pemanfaatan  klinik  VCT
akan  semakin  baik,  begitupun  sebaliknya,  semakin  rendah  tingkat pendidikan  seseorang,  semakin  rendah  pula  tingkat  pemanfaatan  layanan
VCT-nya.  Sehingga  disimpulkan  bahwa  tingkat  pendidikan  secara  tidak langsung  mempengaruhi  pengetahuan  seseorang.  Oleh  karena  itu,
pendidikan  yang  semakin  tinggi  maka  tingkat  pemanfaatan  layanan  VCT akan semakin tinggi.
6.2.3. Status Pekerjaan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Bekerja  adalah  salah  satu  upaya  untuk  mendapatkan  pamasukan, sehingga  dapat  memenuhi  kebutuhan  dan  meningkatkan  kesejahteraan.
Tingkat  kesejahteraan  yang  baik  dapat  meningkatkan  akses  seseorang  ke layanan  kesehatan  untuk  menjaga  status  kesehatannya  agar  tetap  baik
Indriyani, 2012.
Berdasarkan  hasil  penelitian  terlihat  bahwa  sebagian  besar  ibu hamil  tidak  bekerja  atau  ibu  rumah  tangga.  Dari  76  sampel  yang  diteliti
terdapat  77,6  ibu  hamil  berstatus  sebagai  ibu  rumah  tangga  atau  tidak bekerja  dan  22,4  ibu  hamil  yang  bekerja.  Sehingga  dapat  disimpulkan
bahwa  mayoritas  ibu  hamil  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Ciputat  dengan tingkat  ekonomi  rendah.  Sehingga  sebagian  besar  responden  menyatakan
bahwa  mereka  tidak  tahu  apakah  perilakunya  dapat  berisiko  untuk
terinfeksi HIVAIDS. Hal ini sejalan dengan Maulana 2009, menyatakan
bahwa  variabel  struktural  yang  salah  satu  di  antaranya  merupakan pengalaman  yang  dimiliki  individu,  termasuk  pengalaman  pekerjaan
riwayat  pekerjaan  dapat  mempengaruhi  persepsi  individu  terhadap kesehatannya.  Dengan  demikian,  kerentanan  terhadap  HIVAIDS  yang
dirasakan orang risiko tinggi yang memanfaatkan VCT dapat dipengaruhi oleh riwayat pekerjaan yang dimiliki.
Dari  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Purwaningsih  2011, menyatakan  bahwa  individu  yang  memiliki  riwayat  pekerjaan  yang  jelas
berisiko  terinfeksi  HIVAIDS  mungkin  akan  lebih  mudah  memotivasi dirinya untuk memanfaatkan VCT  karena ia menyadari bahaya yang akan
dialami  sedangkan  individu  yang  beranggapan  bahwa  dirinya  tidak berisiko,  kemungkinan  tidak  akan  melakukan  VCT.  Hal  ini  secara  tidak
langsung  dapat  memperluas  penularan  HIVAIDS  karena  individu  yang menganggap  bahwa  dirinya  tidak  memiliki  pekerjaan  yang  berisiko
cenderung untuk tidak  melakukan VCT. Adanya  anggapan tersebut dapat
menyebabkan  individu  tidak  menyadari  bahwa  dirinya  telah  tertular HIVAIDS.
6.2.4. Pengetahuan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Pengetahuan  adalah  hasil  pengindraan  manusia,  atau  hasil  tahu seseorang  terhadap  objek  melalui  indra  yang  dimilikinya  mata,  hidung,
telinga,  dan  sebagainya.  Pengetahuan  merupakan  domain  yang  sangat penting  untuk  terbentuknya  tindakan  seseorang  Notoatmodjo,  2007.
Menurut  Ermarini  2013,  pengetahuan  VCT  yang  sangat  umum  untuk diketahui diantaranya berupa pengetahuan tentang pengertian VCT, tujuan
dan  manfaat  VCT,  serta  dimana  layanan  VCT  dapat  di  akses.  Seseorang yang memiliki pengetahuan VCT rendah cenderung tidak mempunyai niat
untuk memanfaatkan layanan VCT. Dalam  penelitian  ini,  pengetahuan  VCT  yang  ditanyakan  kepada
responden adalah pertanyaan – pertanyaan terkait tujuan dan manfaat VCT
yang diambil  dari penelitian terdahulu  yang telah dimodifikasi  serta diuji kevalidan datanya. Pertanyaan terdiri dari 11 soal dan bagi responden yang
mampu menjawab menimal enam soal akan dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan  baik.  Berdasarkan  tabel  5.4.  diketahui  bahwa  sebagian
besar ibu hamil memiliki pengetahuan kurang tentang layanan VCT. Dari 76  sampel  yang  diteliti  terdapat  92,1  ibu  hamil  yang  berpengetahuan
rendah  tentang  VCT.  artinya  ibu  hamil  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas Ciputat berpengetahuan rendah tentang layanan VCT.
Berdasarkan  hasil  tabulasi  silang,  didapatkan  bahwa  responden yang  mempunyai  pengetahuan  baik  100  mempunyai  niat  untuk
memanfaatkan  layanan  VCT  dibandingkan  dengan  responden  yang mempunyai  pengetahuan  kurang  45,7  mempunyai  niat  untuk
memanfaatkan  layanan  VCT.  Hal  ini  sejalan  dengan  penelitian  Sumarlin 2013,  yang  menyatakan  ada  pengaruh  pengetahuan  terhadap  perubahan
perilaku  pada  pasien  HIVAIDS.  Pengetahuan  baik  lebih  besar kemungkinan  untuk  melakukan  perubahan  perilaku  dengan  persentase
65,7  dan  berpengetahuan  rendah  13,2.  Didukung  pula  dengan penjelasan  menurut  Notoatmodjo  2007  bahwa  pengetahuan  merupakan
strategi  perubahan  perilaku  yang  penting  untuk  menimbulkan  kesadaran dan  akhirnya  berperilaku  sesuai  dengan  pengetahuan  yang  dimilikinya.
Berdasarkan  teori  adaptasi,  apabila  seseorang  memiliki  tingkat pengetahuan  yang  baik  setidaknya  dapat  mendorong  untuk  mempunyai
sikap dan perilaku yang baik pula. Sedangkan  menurut  WHO  1984  dalam  Notoatmodjo  2005
bahwa  yang  menyebabkan  seseorang  itu  berperilaku  karena  adanya  4 alasan  pokok  yaitu  pemikiran  dan  perasaan,  acuan  dan  referensi  dari
seseorang,  sumber  daya,  dan  sosio  budaya.  Bentuk  dari  pemikiran  dan perasaan  salah  satunya  adalah  pengetahuan.  Seseorang  akan  berperilaku
didasarkan  beberapa  pertimbangan  yang  diperoleh  dari  tingkat pengetahuannya.
Menurut  Maslow  1984  dalam  Cicio  2006  juga  menyatakan bahwa  individu  lebih  menyukai  sesuatu  yang  dikenal  atau  diketahuinya
terlebih  dahulu  dari  pada  yang  belum  ia  kenal  atau  diketahuinya.  Hal  ini juga  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Cicio  2006  hasil
penelitian  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  informan  yang  ditelitinya tidak  memanfaatkan  layanan VCT dikarenakan  mereka tidak tahu apa  itu
VCT  dan  untuk  apa  layanan  VCT.  Sehingga  disimpulkan  ketertarikan seseorang  terhadap  layanan  VCT  dilatarbelakangi  oleh  pengetahuan
seseorang tentang layanan VCT.
6.2.5. Sikap Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Sikap  merupakan reaksi tertutup, bukan  merupakan reaksi terbuka atau  tingkah  laku  terbuka.  Sikap  merupakan  kesiapan  untuk  bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek  Notoatmodjo,  2003. Sikap dapat  menggambarkan  suka atau tidak
suka seseorang terhadap objek. Biasanya sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Dalam  penelitian  ini,  sikap  ditanyakan  dalam  kuisioner  dengan skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu dan dimodifikasi serta
telah diuji  kevalidan datanya.  Pertanyaan sikap  terdiri dari 5  soal apabila responden  menjawab  sangat  tidak  setuju  diberi  dengan  skor  1  sampai
dengan  sangat  setuju  diberi  skor  4,  responden  yang  mampu  menjawab dengan  nilai  skor  ≥  median  akan  dimasukkan  ke  dalam  kategori  sikap
positif  terhadap  VCT.  Jika  dilihat  dari  tabel  5.5.  terlihat  bahwa  sebagian besar  ibu  hamil  memiliki  sikap  positif  terhadap  layanan  VCT.  Dari  76
sampel  yang  diteliti  terdapat  32,9  ibu  hamil  memiliki  sikap  negatif terhadap VCT dan  67,1 ibu hamil memiliki sikap positif terhadap VCT.
Berdasarkan  hasil  tabulasi  silang,  didapatkan  bahwa  responden dengan  sikap  positif  mempunyai  niat  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT
60,8  sebaliknya 28,0 responden dengan sikap negatif mempunyai niat untuk  melakukan  VCT.    Menurut  hasil  penelitian  untuk  dua  pertanyaan
“status  HIV  dapat  diketahui  dengan  cara  mengunjunginya  dan  manfaat VCT dapat diketahui dengan cara mengunjunginya” responden cenderung
menjawab  setuju. Hal  ini  menunjukkan  bahwa responden  bersikap positif terhadap layanan VCT. Namun, maih ada responden yang bersikap negatig
terhadap  layanan  VCT.    Hal  ini  terlihat  dari  pertanyaan  “saya  perlu layanan VCT meskipun saya tidak merasakan sakit” responden cenderung
menjawab  tidak  setuju.  Pernyataan  ini  didukung  juga  dengan  hasil univariat  terlihat  bahwa  32,9  ibu  hamil  bersikap  negatif  terhadap
layanan VCT. Artinya sikap negatif ibu hamil terhadap layanan VCT secara tidak
langsung  dipengaruhi  oleh  pengetahuan  ibu  hamil  tentang  layanan  VCT. Menurut Ajzen 1991, faktor latar belakang background factors, seperti
usia  jenis  kelamin,  suku,  status  sosial  ekonomi,  suasana  hati,  sifat kepribadian, dan pengetahuan  mempengaruhi sikap dan perilaku  individu
terhadap  sesuatu  hal.  Hal  ini  sejalan  dengan  karakteristik  responden mayoritas  responden  berstatus  sebagai  ibu  rumah  tangga  dengan
pengetahuan  buruk  tentang  layanan  VCT,  secara  tidak  langsung  kedua
faktor tersebut  mempengaruhi  responden  untuk  bersikap  negatif  terhadap VCT.
6.2.6. Norma Subyektif Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Norma    subjektif    subjective    norm    adalah    persepsi    atau pandangan  seseorang  terhadap  kepercayaan-kepercayaan  orang  lain  yang
akan  mempengaruhi  minat    untuk    melakukan    atau    tidak    melakukan suatu  perilaku  Ajzen,  1991.  Norma  subjektif  merupakan  fungsi  dari
harapan  yang  dipersepsikan  individu dimana  satu  atau  lebih  orang  di sekitarnya    misalnya,    saudara,    teman    sejawat  menyetujui    perilaku
tertentu    dan  memotivasi    individu    tersebut    untuk  mematuhi  mereka Ajzen, 1991.
Dalam  penelitian  ini,  norma  subyektif  ditanyakan  dalam  bentuk kuisioner dengan skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang
telah  dimodifikasi  dan  diuji  kevalidan  datanya.  Pertanyaan  dalam kuisioner  ini  terdiri  dari  7  soal  apabila  responden  menjawab  sangat  tidak
setuju diberi skor 1 sampai dengan sangat setuju diberi skor 4, responden yang  mampu  menjawab  ≥  median  akan  dimasukkan  ke  dalam  kategori
dorongan kuat. Menurut  hasil  penelitian  terlihat  bahwa  ibu  hamil  yang  memiliki
dorongan lemah dan dorongan kuat seimbang. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat  47,4  ibu  hamil  yang  memiliki  norma  subyektif  dengan
dorongan  lemah  dan  52,6  ibu  hamil  yang  memiliki  norma  subyektif dengan  dorongan  kuat.  Dari  beberapa  pertanyaan  yang  menanyakan
“seberapa  pentingkah  pandangan  dari  orang  terdekat  akan  memberi pengaruh pada keputusan responden untuk memanfaatkan layanan VCT”
responden cenderung menjawab penting mengenai keputusan keluarga dan tenaga  kesehatan.  Dan  sebaliknya  untuk  pertanyaan  mengenai  keputusan
teman responden cenderung menjawab kurang penting. Artinya keputusan responden  untuk  berniat  memanfaatkan  layanan  VCT  akan  dapat
berpengaruh jika keluarga dan petugas kesehatan bersikap positif terhadap layanan  VCT.  Hasil  yang  sama  dilakukan  oleh  Swanson  et  al  2006
dalam  Saptari  2013,  pengaruh  sosial  sangat  berpengaruh  kepada keputusan  individu  untuk  mendukung  atau  melakukan  suatu  perilaku
tertentu.  Penelitian  ini  sejalan  dengan  Nurlina  2009,  faktor  dukungan orang  terdekat  mempengaruhi  individu  untuk  memanfaatkan  layanan
VCT.  Menurut  Rogers  1971,  seseorang  melewati  tahap  pengetahun, persepsi,  pengambilam  keputusan,  dan  tahap  akhir  yaitu  konfirmasi,
ditahap  inilah  individu  akan  mulai  mencari  dukungan  atau  tanggapan positif  dari  orang  terdekat  yang  kemungkinan  besar  akan  merubah
perilakunya. Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  semakin  responden  percaya
bahwa  orang –  orang  terdekatnya  berpendapat  ia  tidak  perlu
memanfaatkan  layanan  VCT,  maka  responden  cenderung  tidak memanfaatkan  layanan  VCT.  Norma  subyektif  responden  kemungkinan
besar  akan  berpengaruh  pada  niatnya  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT jika sebelumnya responden mempunyai pengalaman dari orang terdekat.
6.2.7. Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Menurut  Saptari  2013  persepsi  kontrol  diri  seseorang dikatagorikan  menjadi  persepsi  kontrol  diri  lemah  dan  kuat.  Hasil  dari
penelitian  yang  dilakukan  menunjukkan  bahwa  seseorang  yang  memiliki persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol
diri berhubungan signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu.
Dalam  penelitian  ini,  persepsi  kontrol  diri  perilaku  ditanyakan dalam kuisioner skala 4 likert yang diambil dari penelitian terdahulu yang
sudah  dimodifikasi  dan  diuji  kevalidan  datanya.  Pertanyan  persepsi kontrol  perilaku  terdiri  dari  5  soal  apabila  responden  menjawab  sangat
tidak  setuju  diberi  skor  1  sampai  dengan  sangat  setuju  diberi  skor  4, responden yang mampu menjawab ≥ median dimaukkan ke dalam kategori
persepsi kontrol kuat. Hasil  univariat  terlihat  bahwa  dari  76  sampel  ibu  hamil  yang
memiliki persepsi kontrol diri lemah sebanyak 42,1 sedangkan sebanyak 57,9  ibu  hamil  memiliki  persepsi  kontrol  diri  kuat.  Artinya  berimbang
antara  responden  dengan  proporsi  persepsi  kontrol  diri  kuat  dan sebaliknya.  Responden  cenderung  setuju  jika  keputusan  untuk
memanfaatkan  layanan  VCT  merupakan  keinginan  dari  dirinya  sendiri. Selain  itu,  sebagian  responden  juga  merasa  yakin  akan  mengikuti  semua
proses tahapan VCT jika hasil tes dinyatakan HIV. Artinya pada penelitian ini  57,9  responden  mempunyai  keyakinan  diri  untuk  memanfaatkan
layanan  VCT  dan  yakin  terhadap  dirinya  akan  mampu  mengikuti  semua proses tahapan VCT jika dinyatakan HIV.
6.2.8. Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT
Niat  merupakan  naluri  yang  timbul  dalam  diri,  untuk  melakukan suatu  tindakan  Putri,  2009.  Niat  juga  bisa  dikatakan  sebagai
kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Menurut Fishbein dan Azjen 1991 niat berperilaku dapat
memprediksi  tentang  bagaimana  seseorang  bertingkah  laku  dalam  situasi
tertentu.  Niat  ibu  hamil  untuk  memanfaatkan  layanan  kesehatan  dibagi
menjadi  dua  yaitu  “berniat”  dan  “tidak  berniat”.  Ibu  hamil  dikatakan berniat  apabila  menjawab  “ya”  pada  dua  pertanyaan  di  akhir  kusioner
bagian D. Dalam penelitian ini, niat ditanyakan dalam bentuk kuisioner yang
diambil  dari  penelitian  terdahulu  yang  sudah  dimodifikasi  dan  diuji kevalidan  datanya.  Pertanyaan  niat  terdiri  dari  8  soal  apabila  responden
mampu menjawab soal ≥ 2 akan dimasukkan dalam kategori berniat untuk melakukan  VCT.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  berimbang  antara
ibu  hamil  yang  mempunyai  niat  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT  dan yang  tidak  berniat  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT.  Dari  76  sampel
yang  diteliti  terdapat  50,0  ibu  hamil  yang  tidak  mempunyai  niat  untuk memanfaatkan  layanan  VCT  dan  50,0  ibu  hamil  yang  mempunyai  niat
untuk  memanfaatkan  layanan  VCT.  Proporsi  niat  ibu  hamil  untuk
memanfaatkan  layanan  VCT  dalam  penelitian  ini  lebih  rendah  jika
dibandingkan dengan penelitian  Finsa 2013, tetapi  hasil  yang  sama  jika dibandingkan  dengan  penelitian  Titi  2012.  Dari  hasil  penelitian  Finsa
mendapati  proporsi  niat  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT  pada kelompok  ibu  hamil  di  RS  Soewandhi  adalah  62.  Pada  penelitian  Titi
menemukan proporsi ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT sebesar
51,1.
Dalam  theory  of  planned  behavior  Ajzen,  2005,  niat  seseorang dipengaruhi  oleh  3  faktor  dominan  yaitu  sikap,  norma  subyektif,  dan
persepsi  kontrol  diri.  Selain  itu,  pengetahuan  juga  secara  tidak  langsung berperan  penting  karena  dapat  mempengaruhi  ketiga  faktor tersebut.  Jika
dilihat  dari  hasil  penelitian  Finsa  2013,  menjelaskan  bahwa  niat  ibu hamil  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT  sangat  dipengaruhi  oleh
pengetahuan  ibu  hamil  tentang  HIVAIDS.  Hasil  yang  sama  juga dilakukan  oleh  Titi  2012,  niat  ibu  hamil  dalam  memanfaatkan  layanan
VCT adalah faktor pengetahuan. Kemudian disusul dengan faktor persepsi kerentanan,  persepsi  halangan,  persepsi  manfaat,isyarat  bertindak,  akses
informasi, dukungan suami, dukungan bidan dan dukungan kader. Berdasarkan  penelitian  yang  sedang  dilakukan  Ilmiyah  2014,
secara  umum  faktor  yang  mempengaruhi  individu  untuk  memanfaatkan layanan  VCT  adalah  diskriminasi  yang  timbul  dari  masyarakat  tentang
HIV.  Sebagian  besar  individu  yang  sudah  diberikan  penyuluhan  masih membutuhkan  waktu  untuk  meyakinkan  dirinya  bahwa  VCT  bermanfaat
bagi  dirinya.  Hal  ini  sejalan  dengan  Nurlina  2009,  sebagian  besar responden yang tidak memanfaatkan layanan VCT dipengaruhi oleh takut
akan  hasil  yang  diperoleh  setelah  tes,  tidak  mengetahui  adanya  layanan VCT, dan dukungan dari orang terdekat yang kurang baik terhadap VCT.
Dalam  penelitian  ini  50  ibu  hamil  sudah  mempunyai  niat  untuk memanfaatkan  layanan  VCT.  Hasil  penelitian  ini  Ibu  hamil  memiliki
pengetahuan  rendah  tentang  VCT,  hal  ini  secara  tidak  langsung mempengaruhi  niat  ibu  untuk  memanfaatkan  layanan  VCT.  Artinya  ada
hubungan  antara  rendahnya  pengetahuan  ibu  hamil  dengan  minimnya sosialisasi yang dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas Ciputat.
6.3. Hubungan Antara Faktor Penyebab Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan