Informed Consent Testing HIV dalam VCT

- Penilaian risiko untuk membantu klien mengetahui faktor risiko dan menyiapkan diri untuk pemeriksaaan darah - Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV. - Di dalam konseling pra testing seorang konselor VCT harus dapat membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian risiko dan merespon kebutuhan emosi klien. - Konselor VCT melakukan penilaian sistem dukungan. - Klien memberikan persetujuan tertulisnya Informed consent sebelum dilakukan testing HIVAIDS.

2.3.9.2. Informed Consent

a. Semua klien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan persetujuan tertulisnya. Aspek penting didalam persetujuan tertulis itu adalah sebagai berikut : - Klien telah diberi penjelasan cukup tentang risiko dan dampak sebagai akibat dari tindakannya dan klien menyetujuinya. - Klien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu menyatakan persetujuannya secara intelektual dan psikiatris. - Klien tidak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan bagi dirinya karena keterbatasan dalam memahami informasi maka tugas konselor untuk berlaku jujur dan obyektif dalam menyampaikan informasi sehingga klien memahami dengan benar dan dapat menyatakan persetujuannya. b. Batasan Umur Untuk Dapat Menyatakan Persetujuan Testing HIV. Umur anak untuk dapat menyatakan persetujuan pemeriksaan ketika anak telah dapat berkembang pikiran abstarak dan logikanya, yakni pada umur 12 tahun. Secara hukum seseorang dianggap dewasa ketika seorang laki – laki berumur 19 tahun dan perempuan berumur 16 tahun atau pernah menikah. Antara umur 12 tahun sampai usia dewasa secara hukum, persetujuan dapat dilakukan dengan persetujuan orang tua. Ketika anak berumur dibawah 12 tahun, orang tua atau pengampunya yang menandatangani surat persetujuan informed consent, jika ia tidak punya orang tua atau pengempu, maka kepala institusi, kepala puskesmas, kepala rumah sakit, kepala klinik atau siapa yang bertanggung jawab atas diri anak harus menandatangani informed consent. Jika anak dibawah umur 12 tahun memerlukan testing HIV, maka orangtua atau pengampunya harus mendampingi secara penuh.

2.3.9.3. Testing HIV dalam VCT

Prinsip testing HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasiaanya. Testing diimaksud untuk menegakkan diagnosis. Terdapat serangkaian testing yang berbeda – beda karena perbedaan prinsipp metoda yang digunakan. Testing yang digunakan adalah testing serologis untuk mendeteksi antibodi HIV dalam serum atau plasma. Spesimen adalah darah klien yang diambil secara intervena, plasma atau serumnya. Pada saat ini belum digunakan spesiemen lain seperti saliva, urin, dan spot darah kering. Penggunaan metode testing cepat rapid testing memungkinkan klien medapatkan hasil testing pada hari yang sama. Tujuan testing HIV ada 4 yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis, pengamanan darah donor skrining, untuk surveilans, dan untuk penelitian. Hasil testing yang disampaikan kepada klien adalah benar milik klien. Petugas laboraturium harus menjaga mutu dan konfidensialitas. Hindari terjadinya kesalahan, baik teknis tehnical error dan admisintratif administratif error. Petugas laboraturium perawat mengambil darah setelah klien mnejalani konseling par testing. Bagi pengambil darah dan teknisi laboraturium harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut : a. Sebelum testing harus didahului dengan konseling dan penandatanganan informed concent b. Hasil testing HIV harus dierifikasi oleh dokter patologi klinis atau dokter terlatih atau dokter penanggung jawab laboraturium. c. Hasil diberikan kepada konselor dalam amplop tertutup. d. Dalam laporan pemeriksaan hanya ditulis nomor atau kode pengenal. e. Jangan memberi tanda berbeda yang mencolok terhadap hasil yang psotif dan negatif. f. Meskipun spesimen berasal dari sarana kesehatan lainnya yang berbeda, tetap harus dipastikan bahwa klien telah menerima konseling dan menandatangani informed consent.

2.3.9.4. Konseling Pasca Testing

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Memanfaatkan Pelayanan Rujukan Ibu Hamil...

0 26 3

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2014

0 0 17

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kawasan Resosialisasi Argorejo Kota Semarang)

0 0 61

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU HAMIL DAN POTENSI HAMBATAN TERHADAP PEMANFAATAN LAYANAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) HIVAIDS (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Poncol Kota Semarang)

0 0 65

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KRETEK KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT IBU HAMIL UNTUK MEMANFAATKAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING DAN TESTING) DI PUSKESMAS SRANDAKAN BANTUL YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIVAIDS DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN WILAYAHKOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU HAMIL UNTUK MEMANFAATKAN LAYANAN VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2017 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU HAMIL UNTUK MEMA

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) HIVAIDS PADA IBU RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)

0 0 11