41 4. Starting dengan penambahan tahanan stator.
5. Starting dengan Autotransformator
3.2 Starting langsung direct on-line starting
Ini adalah cara paling sederhana, dimana stator di hubungkan langsung dengan sumber tegangan lihat Gambar 3.1. Start motor memiliki karakteristik
sendiri.
Gambar 3.1 Starting langsung
Ketika dinyalakan, motor bertindak seperti suatu transfomator dengan sekundernya berupa rotor belitan dengan tahanan yang kecil dihubung singkat. Ada
arus induksi tinggi yang mengalir pada rotor yang menyebabkan suatu arus puncak pada sumber tegangan yaitu:
42 Arus start = 5 sampai 8 arus nominal.
Torsi start rata-rata adalah: Torsi start = 0,5 sampai 1,5 torsi nominal.
Kendati keuntungannya peralatan yang sederhana, torsi start tinggi, kecepatan tinggi, biaya rendah, start langsung hanya boleh digunakan jika:
1. Motor dengan daya kecil
2. Mesin tidak harus mempercepat secara perlahan-lahan atau memiliki suatu alat
yang membatasi guncangan saat start. 3.
Torsi start tinggi tidak mempengaruhi kerja mesin atau beban yang dikendalikan.
3.3 Starting Dengan Tahanan Rotor
Metode Starting ini Gambar 3.2 hanya dapat digunakan pada motor dengan belitan rotor dapat dihubungkan dengan tahanan luar melalui cincin slip. Tipe motor
tersebut tidak bisa distart secara langsung direct on-line karena arus puncak pada saat starting sangat besar. Oleh karena itu motor distart dengan sebuah tahanan
variabel yang dihubungkan seri dengan belitan rotor. Metode tersebut didisain sedemikian rupa agar pada saat starting terdapat
tahanan maksimum pada rangkaian rotor. Kemudian secara bertahap nilai tahanan dikurangi sampai rangkaian rotor terhubung singkat.
Torsi start dengan metode ini adalah sebanding dengan arus motor. Sehingga torsi startnya adalah 1,5 kali torsi nominal dan arus start adalah 6 kali arus beban
penuh.
43 Starting dengan tahanan rotor ini, ideal untuk beban dengan kelembaman tinggi
yang distart pada saat berbeban dimana arus puncak dari sumber daya listrik dibatasi. Selanjutnya nilai tahanan dan jumlah tahap dapat ditentukan sesuai dengan
karakteristik motor tersebut.
Gambar 3.2 Starting dengan tahanan rotor
3.4 Starting Why-Delta