Kelas Motor Induksi Tiga Fasa

36 Untuk mendapatkan mesin induksi yang bekerja sebagai generator, maka terminal stator dihubungkan pada suatu sumber tegangan dengan frekuensi tetap dan rotornya digerakkan diatas kecepatan serempak dengan suatu penggerak mula, seperti pada gambar diatas. Sumber tersebut menjaga supaya kecepatan serempak tetap dan mencatu masukan daya reaktif yang diperlukan untuk meneral medan magnet celah udara.

2.12 Kelas Motor Induksi Tiga Fasa

Standart NEMA pada dasarnya mengkategorikan motor induksi ke dalam empat kelas yakni disain A, B, C, dan D. Karakteristik torsi – kecepatannya dapat dilihat pada Gambar 2.20. Gambar 2.20 Kurva Karakteristik kelas Motor Induksi 37 1. Kelas A Motor induksi yang didisain dengan kelas A merupakan motor dengan disain standart, dengan torsi start awal yang normal, arus start yang normal, dan slip yang kecil. Motor ini memiliki slip beban penuh yang lebih kecil dari 5 persen. Torsi maksimum yang dihasilkan oleh motor kelas A biasanya 200 sampai 300 persen dari torsi beban penuh dan terjadi pada slip yang kecil dibawah 20 persen . Torsi start pada kelas ini lebih besar sedikit dari rating torsi, untuk motor yang besar, dan untuk motor yang kecil biasanya 200 persen atau lebih dari rating torsi. Masalah yang ada pada kelas ini adalah nilai inrush current yang sangat ekstrim pada saat start. Arus yang dihasilkan pada saat start biasanya 5 sampai 8 kali arus nominal motor. 2. Kelas B Motor induksi yang didisain dengan kelas B memiliki torsi start yang nominal, arus start yang kecil, dan slip yang kecil. Torsi maksimum pullout torque motor pada kelas ini lebih besar atau biasanya 2 kali rating torsi beban, tetapi lebih kecil dari kelas A karena adanya kenaikan reaktansi rotor. Slip rotor selalu realatif kecil biasanya dibawah 5 persen saat beban penuh. Motor dengan disain kelas B lebih banyak digunakan karena arus yang dihasilkan pada saat start kecil. 3. Kelas C Motor induksi yang didisain dengan kelas C memiliki torsi start yang besar dengan arus start yang kecil dan slip yang kecil biasanya dibawah 5 persen pada saat beban penuh. Torsi maksimum yang dihasilkan motor dengan kelas ini lebih kecil dari pada torsi maksimum kelas A. Torsi start motor kelas C biasanya 250 38 persen leibh besar dari torsi beban penuh. Motor kelas ini biasanya dibuat dengan rotor yang memiliki sangkar ganda, sehingga harganya jauh lebih mahal dari motor dengan kelas yang lain. 4. Kelas D Motor induksi yang dibuat dengan kelas ini memiliki torsi start yang sangat besar biasanya dibuat 275 persen atau lebih dari rating torsi dan arus startnya kecil, tetapi pada saat beban penuh slipnya sangat besar. Motor dengan kelas ini biasanya digunakan pada beberapa aplikasi yang memerlukan akselerasi torsi dari beban yang tinggi, spesial pada penggunaan roda gaya dengan pukulan atau tekanan yang besar. Sebagai tambahan pada keempat kelas tersebut diatas, NEMA juga memperkenalkan disain kelas E dan F, yang sering disebut motor induksi soft-start, namun disain kelas ini sekarang sudah ditinggalkan. 39

BAB III METODE STARTING MOTOR INDUKSI TIGA FASA

3.1 Pendahuluan

Motor induksi tiga fasa tidak mengalami masalah starting seperti pada motor sinkron. Motor induksi dapat distarting langsung hanya dengan menghubungkan dengan sumber tegangan. Namun kadang-kadang untuk pertimbangan yang lebih baik hal ini tidak dilakukan. Sebagai contoh arus start yang dihasilkan dapat menyebabkan tegangan ‘dip’ pada sistem tenaga. Untuk motor induksi rotor belitan, starting dapat dilakukan dengan menambahkan tahanan pada belitan rotor melalui cincin slip. Penambahan tahanan ini tidak hanya menyebabkan torsi start meningkat tetapi juga memperkecil arus start. Untuk motor induksi tipe rotor sangkar, starting motor induksi dapat dilakukan dengan banyak cara tergantung pada daya nominal motor dan tahanan efektiv rotor saat motor distart. Untuk menentukan arus rotor pada saat starting, semua rotor sangkar saat ini mempunyai code letter agar tidak bingung dengan desgn class motor pada nameplatenya. Code letter menentukan jumlah arus pada saat start. Batas ini dinyatakan sebagai fungsi daya kuda hp. Tabel 3.1 adalah suatu tabel yang berisi kVAhp untuk setiap code letter. Untuk menentukan arus start suatu motor induksi, baca tegangan nominal daya motor hp dan code letter dari nameplate. Kemudian daya semu motor saat start dinyatakan sebagai