10 Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor
belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan rotor sangkar. Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan
ditunjukkan pada gambar 2.5.
2.4 Medan Putar
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menganalisa medan putar. Pada kesempatan ini akan dibahas analisa medan putar secara vektor dan secara
perhitungan.
2.4.1 Analisa Medan Putar secara Vektor
Perputaran motor pada mesin arus bolak – balik ditimbulkan oleh adanya medan putar fluks yang berputar yang dihasilkan dalam kumparan stator. Medan
putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, pada umumnya tiga fasa. Hubungan belitan pada stator dapat berupa hubungan Y atau
. untuk mempermudah memahami medan putar , maka dapat dilihat gambar 2.6
berikut yang menggambarkan keadaan pada kumparan yang dialiri oleh arus dari sumber tiga fasa. Misalkan arus yang mengalir pada ketiga kumparan tersebut
sebesar:
t I
t i
M aa
ω
sin =
Ampere…………………………….2.1.a
120 sin
° −
= t
I t
i
M bb
ω Ampere……………………...…….2.1.b
240 sin
° −
= t
I t
i
M cc
ω Ampere…………………………….2.1.c
11 Arus yang ada pada kumparan
aa mengalir dari a dan keluar menuju ke a . Karena
arus yang mengalir pada kumparan aa ini, maka dihasilkan kerapatan medan magnet
H pada kumparan aa sebesar:
° ∠
= sin
t H
t H
M aa
ω Amp turnsm………………………2.2.a
x y
aa
H
aa
B
bb
H
bb
B
cc
H
cc
B
a b
c
a
b
c
Gambar -2.6 Vektor Medan Magnet pada Stator
Dan kerapatan medan magnet pada kumparan bb dan
cc sebesar:
° ∠
° −
= 120
120 sin
t H
t H
M bb
ω Amp.turnsm…………….2.2.b
° ∠
° −
= 240
240 sin
t H
t H
M cc
ω Amp.turnsm……………..2.2.c
Telah diketahui bahwa kerapatan fluks B dapat dihitung dari intensitas medan magnet H , yaitu:
B = µH Tesla T………………………………................................2.3
Maka didapat kerapatan fluks pada masing – masing kumparan, yaitu:
° ∠
= sin
t B
t B
M aa
ω Tesla……………………………2.4.a
° ∠
° −
= 120
120 sin
t B
t B
M bb
ω Tesla…………………………...2.4.b
12
° ∠
° −
= 240
240 sin
t B
t B
M cc
ω Tesla…………………………..2.4.c
Pada persamaan 2.4.a, 2.4.b, dan 2.4.c diatas , dimana
M M
H B
µ =
. Kerapatan fluks dapat dihitung resultannya dengan menentukan nilai dari waktu t,
sehingga resultan kerapatan fluks ada nilainya, misalnya pada saat t ω = 0, maka
kerapatan fluks pada masing – masing kumparan stator sebesar:
=
aa
B °
∠ °
− =
120 120
sin
M bb
B B
° ∠
− =
240 240
sin
M cc
B B
Resultan kerapatan fluks pada stator sebesar:
cc bb
aa net
B B
B B
+ +
=
° ∠
+ °
∠ −
+ =
240 2
3 120
2 3
M M
B B
= °
− ∠ 90
5 ,
1
M
B Tesla
Jika
° = 90
t
ω , maka:
° ∠
=
M aa
B B
° ∠
− =
120 5
,
M bb
B B
° ∠
− =
240 5
,
M cc
B B
cc bb
aa net
B B
B B
+ +
=
° ∠
− +
° ∠
− +
° ∠
= 240
5 ,
120 5
,
M M
M net
B B
B B
= °
∠0 5
, 1
M
B Tesla
13
x y
bb
B
cc
B
a b
c
a
b
c
net
B
x y
bb
B
cc
B
a b
c
a
b
c
net
B
a b
Gambar -2.7 a Vektor Medan Magnet Pada Stator Saat t =
°
b Vektor Medan Magnet Pada Stator Saat t =
° 90
Dari perhitungan saat t ω = 0 dan saat
° = 90
t
ω dihasilkan resultan medan
magnet yang sama besr amlitudonya, hanya berbeda sudutnya. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.7a dan gambar 2.7b, terlihat jelas bahwa medan magnet
yang dihasilkan ini berputar tergantung terhadap waktu t .
2.4.2 Analisa Medan Putar Secara Perhitungan