BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dua dasa warsa terakhir, perhatian dunia terhadap obat-obatan dari bahan alam obat tradisional menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara maju. Badan Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa hingga 65 dari penduduk negara-negara maju telah
menggunakan pengobatan tradisional dimana di dalamnya termasuk penggunaan obat-obat bahan alam. Hal ini menandai adanya peningkatan kesadaran masyarakat
untuk kembali ke alam back to nature dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami Depkes RI, 2007.
Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya.
Indonesia sebagai suatu negara dengan wilayah yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, dimana potensi sumber daya tumbuhan yang ada
merupakan suatu aset berharga dan sebagai modal dasar dalam upaya pemanfaaatan dan pengembangannya untuk menjadi komoditi yang kompetitif Depkes RI, 2007.
Salah satu spesies tumbuhan yang hidup di Indonesia adalah jengkol Pithecellobium lobatum Benth suku Fabaceae. Menurut Eka, A 2007, buah
jengkol mengandung karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor, kalsium, zat besi, alkaloid, steroid, glikosida, tanin, flavonoid dan saponin.
Buah jengkol telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan, sedangkan
daunnya digunakan sebagai obat karena diketahui berkhasiat sebagai obat eksim, kudis, luka dan bisul. Namun kulit buah jengkol hanya menjadi limbah rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
yang tidak bernilai, dimana penelitian serta pemanfaatannya sebagai obat masih sangat sedikit. Salah satunya kulit buah jengkol berkhasiat sebagai obat borok
Depkes RI, 1994. Bakteri Escherichia coli, Vibrio cholerae, Campylobacter jejuni, Shigella sp,
Salmonella sp, Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Vibrio haemolyticus, Clostridium difficile, Yersinia enterolitica, Klebsiella pneumoniae merupakan
penyebab terjadinya penyakit diare Suharyono, 2008. Namun menurut Dzulkarnain 1996, kasus diare di Indonesia lebih sering disebabkan oleh Escherichia coli,
Vibrio cholerae, Shigella sp, Salmonella sp dan Campylobacter. Berdasarkan keterangan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang
aktivitas antibakteri dari ekstrak kulit buah tanaman jengkol Pithecellobium lobatum Benth terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella
typhimurium. Di samping itu perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap karakterisasi simplisia dari kulit buah jengko l.
1.2 Perumusan Masalah